by Letda Pnb Gesang
Siswa Sekolah Penerbang Rotary Wing A-102 Skadik 105 Wingdik 100
Pendidikan Saya selanjutnya
adalah di SMPN 4 Kepanjen yang waktu itu masih menjadi Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) walaupun pada saat Saya lulus predikat tersebut
sudah dihapuskan. Sekolah Saya dapat dikatakan salah satu sekolah terbaik di
daerah tersebut. Jarak yang Saya tempuh lumayan jauh, 11 Km menggunakan kendaraan
umum. Saya harus berangkat pagi agar tidak terlambat masuk ke sekolah. Saya
bukanlah murid yang rajin, tetapi Saya bersyukur dengan kecerdasan yang Saya
miliki. Pelajaran di sekolah Sangatlah menyenangkan bagi Saya. Tempat Saya
belajar adalah di Sekolah, di rumah adalah tempat untuk berkumpul dengan
keluarga dan bermain kecuali ada PR yang harus Saya kerjakan. Pelajaran favorit
Saya adalah Matematika, Fisika dan Bahasa Inggris. Disela-sela kesibukan, Saya
juga mengikuti OSIS dan memiliki hobi di dunia fotografi. Saya dapat
menyelesaikan pendidikan SMP Saya dengan baik dan memiliki nilai yang cukup
memuaskan pada tahun 2014.
Setelah dinyatakan lulus dari SMP, Saya dihadapkan dengan pilihan yang berat dan proses yang susah. Saya mencoba untuk mendaftar di SMA Taruna Nusantara yang berada di Magelang, tetapi takdir berkata lain, Saya tidak lolos seleksi tersebut. Akhirnya Saya memiliki dua pilihan, melanjutkan di SMAN 1 Kepanjen atau di SMAN 1 Malang. Saya memutuskan untuk daftar di dua sekolah tersebut, di SMAN 1 Kepanjen Saya sudah diterima tetapi Saya lebih memilih untuk menjadi anak kota. Saya melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Malang yang berada di pusat Kota Malang. Jarak yang cukup jauh memaksa Saya untuk tinggal di rumah kos. Hal ini mungkin asing buat Saya, tetapi seorang anak laki-laki haruslah berjuang demi masa depannya. Banyak cerita seru yang terjadi di SMA. Saya mendaftar semua kegiatan ekstrakulikuler yang ada, mulai dari Paskibra, Basket, OSIS dan MBC (Misa Bhawana Citta) sebuah organisasi pecinta alam. Hal yang paling berkesan adalah ketika Saya berada di MBC tersebut. Saya adalah MBC A-36. Banyak suka dan duka yang Saya lalui di SMA dan dengan hal itu membentuk pribadi Saya yang sekarang ini. Mulai dari sinilah perjuangan Saya untuk menjadi seorang Taruna dimulai.
Saya menggembleng diri Saya dengan keras hari demi hari. Saya tidak mendaftar di Universitas manapun karena tekad Saya hanya ingin menjadi seorang TNI. Hari demi hari Saya lalui dengan baik, hingga akhirnya Saya tiba dititik dimana Saya dinyatakan tidak lolos di tahap Pantukhir Daerah yang dilaksanakan di Pangkalan Udara Abdurachman Saleh di Malang. Tetapi hal itu tidak membuat Saya patah semangat. Dengan rekan-rekan Saya yang juga gagal, Kami memutuskan untuk mendaki ke puncak tertinggi di Jawa, yaitu Mahameru. Perjalanan Kami menuju kesana sudah Kami siapkan dan Kami sudah siap untuk berangkat. Hingga akhirnya Kami tiba di Ranu Pane, pos pertama untuk melakukan pendakian ke Mahameru. Perjalanan Kami sangatlah melelahkan dan juga penuh perjuangan. Di hari pertama Kami memutuskan untuk Camping di Kalimati, tempat para pendaki melakukan start menuju Mahameru. Sesampainya Kami disana, Kami langsung mendirikan tenda dan istirahat untuk persiapan mendaki ke Mahameru. Tengah malam Kami berangkat menuju puncak Mahameru. Semua kelelahan terbayar sudah dengan suguhan pemandangan indah pagi itu. Hari selanjutnya Kami memutuskan untuk Camping di Ranukumbolo dan beristirahat disana. Kegagalan Kami terasa tidak pernah ada setelah pendakian tersebut, semua menjalani hari dengan normal dan akan berjuang untuk pendaftaran tahun depan.
Tidak terasa waktu berlalu
dengan begitu cepat, selama satu tahun Saya persiapkan diri Saya dengan
mengikuti les dan menjaga tubuh Saya tetap prima. Walaupun harapan Saya tidak
sebesar dulu untuk masuk menjadi Taruna Karbol, akan tetapi Saya tetap berjuang
dengan keras. Hingga akhirnya pengumuman Pantukhir Daerah dibacakan, dan nama
Saya termasuk di daftar peserta yang lolos untuk mengikuti tes tingkat pusat di
Yogyakarta. Saya panik bukan kepalang, Saya tidak membawa berkas sama sekali,
karena sebelumnya Saya beranggapan bahwa “Pasti Saya tidak lolos”, takdir
berkata lain Saya lolos. Saya bergegas kembali ke rumah untuk mengambil berkas
yang Saya butuhkan, sore itu juga berkas Saya sudah Saya serahkan ke panitia.
Keesokan harinya Kami berangkat menuju Yogyakarta menggunakan pesawat Hercules.
Tahap seleksi tingkat pusat pun dimulai. Saya mendapat teman baru disana, semua
tes Kami lalui dengan semangat. Sampai akhirnya pengumuman pun dibacakan, ada
dua golongan yang dibacakan, yang keluar menuju pintu kiri dan pintu kanan. Saya
termasuk orang yang berada di pintu kanan, bis sudah menunggu Kami diluar.
Akhirnya Kami diajak mengelilingi AAU dan berhenti di Teleng Krida. Kami yang
berada disana ternyata orang-orang yang lulus dan akan melanjutkan pendidikan
Chandradimuka di Magelang.
Sesampainya di Magelang Kami
langsung dibagikan Kaporlap Caprabhatar dengan seragam hijau tuanya pakaian
Kami sama. Mulai hari itu derajat Kami disamakan menjadi satu yaitu Caprabhatar
semua hal yang kami bawa kami kumpulkan termasuk alat komunikasi. Hari-hari
yang sangat berat pun dimulai. Mulai dari kegiatan pagi hingga lari malam kami
lalui bersama. Terkadang kami juga melakukan pelanggaran yang membuat kami
mendapat hukuman dari para pelatih dan pengasuh kami disana. Hari demi hari
kami lalui sepenuh hati. Latihan apapun kami lewati dengan baik, persaudaraan
diantara kami para Caprabhatar tumbuh. Sampai akhirnya Wisuda Prajurit pun
dimulai, orang tua kami mencari-cari anaknya yang berdiri kokoh ditengah
lapangan. Sampai akhirnya orang tua Saya berdiri dengan rasa bangga di depan
anaknya, Saya Prajurit Taruna Gesang Satriatama. Rindu pun Kami lepaskan,
banyak cerita menarik yang Saya ceritakan kepada orang tua Saya. Waktu berjalan
begitu cepat waktunya kembali ke Ksatrian Chandradimuka. Perjalanan Saya
sebagai seorang Taruna Saya lewati dengan ikhlas dan lancar. Sampai akhirnya
kami berpangkat Kopral Taruna, yang berarti ini adalah waktunya untuk kembali
ke Bumi Maguwo tempat para Karbol dididik. Waktu berjalan begitu cepat, Sersan
Taruna, Sersan Mayor Dua Taruna tidak terasa pangkat di lengan sudah meningkat.
Tingkat III, dengan pangkat Sermadatar perjalanan sebagai siswa Sekbang taruna dimulai. Saya lolos menjadi seorang calon penerbang TNI AU dan diwaktu itu juga Saya dipertemukan dengan pujaan hati Saya Fatma Shafira Nurul Ramadhani seorang Mahasiswi semester 6 Universitas Brawijaya waktu itu. Motivasi Saya bertambah selain harus membuat orang tua saya bangga, Saya memiliki orang yang tidak kalah spesial di hidup Saya sekarang. Saya lakukan rutinitas seperti biasa, menjalani pendidikan di AAU serta di Wingdik Terbang Lanud Adisutjipto. Sampai akhirnya Kami selesai bina terbang latih dasar terima kasih banyak para instruktur penerbang khususnya J-829 guru pattern Saya. Pada bulan Mei para Taruna tingkat IV melaksanakan kegiatan Latsitarda di Lombok yang berlangsung selama satu bulan. Banyak pengalaman menarik dan terbentuk ikatan yang kuat antara Taruna Akpol, Darat, Laut serta Udara. Waktu sekali lagi berjalan dengan sangat cepat, Juli kami dilantik oleh Presiden Indonesia Ir. Joko Widodo di Istana Negara. Orang tua Saya sangatlah bangga melihat anaknya sudah lulus menjadi perwira penerbang TNI AU.
Penjurusan pun dimulai setelah Kami, Sekbang A-102 kembali dari cuti Praspa. Saya yang awalnya ingin masuk ke Fix Wing harus memendam keinginan Saya. Saya terpilih menjadi calon peberbang Rotary Wing. Kami yang Rotary Wing pun berpindah dari Yogyakarta menuju Kalijati, Subang, Jawa Barat. Pendidikan Kami pun dimulai kembali disini. Banyak ilmu baru yang harus kami pelajari, menerbangkan pesawat Fix Wing dan Rotary Wing sangatlah berbeda. Kami belajar hover, dan landing dengan cara yang berbeda dengan Fix Wing. Waktu berjalan Saya mulai menikmati terbang dengan menggunakan helikopter, Saya bisa mendarat dimana saja. Sekarang perjalanan Saya sudah berada diujung tanduk sebagai siswa. Ini adalah kisah hidup Saya, semoga dapat menjadi motivasi dan pembelajaran bagi seluruh pembaca. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar