Minggu, 28 Maret 2021

TOL UDARA NUSANTARA INDONESIA


Share by Letda Laut (P/W) Michelle


TOL UDARA NUSANTARA

Sebuah karya dari Marsekal (Purn) Chappy Hakim

 

Marsekal (Purn) Chappy Hakim adalah mantan Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia dengan masa jabatan dari tahun 2002 hingga 2005. Beliau merupakan lulusan dari Akabri Udara di Yogyakarta pada tahun 1971 dan beliau memulai mencoba menulis apa saja yang dialaminya sejak memulai operasi penerbangan ketika duduk di kokpit pesawat Dakota dengan pangkat Letnan Dua. Setelah purnawira kegiatan beliau adalah mengajar, memberikan ceramah, dan menjadi pembicara di Lemhanas dan beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta. Salah satu penghargaan dan bintang kehormatan yang diterimanya adalah Bintang Mahaputra dan beberapa rekor MURI.

Buku Tol Udara Nusantara merupakan salah satu karya dari Marsekal (Purn) Chappy Hakim yang berisi kumpulan artikel-artikel pendek tentang kegiatan sehari-hari beliau, cerita tentang masa lalu dan juga impian-impian akan masa depan. Buku ini terdiri dari 180 artikel yang dibagi dalam tujuan bagian atau bab.

Bab pertama bertema tentang Kebangsaan terdiri atas 71 artikel. Bab kedua bertema tentang Kedirgantaraan terdiri atas 47 artikel. Bab ketiga bertema tentang Teknologi terdiri atas 20 artikel. Bab kelima bertema tentang Olahraga terdiri atas 8 artikel. Bab keenam bertema tentang Sepak Bola terdiri atas 17 artikel. Dan terakhir bab ketujuh bertema tentang Musik yang  terdiri atas 7 artikel.

Salah satu artikel pendek yang dibahas dalam buku ini adalah Tol Udara yang mendukung pembangunan nasional. program Tol Udara adalah salah satu perintah Presiden Joko Widodo yang dikemukakan pada akhir tahun 2016. Tol Udara merupakan kelanjutan dari program Tol Laut. Program ini tujuannya agar barang-barang yang telah diangkut oleh kapal dalam Tol Laut akan dilanjutkan ke daerah-daerah tujuan perintis menggunakan pesawat udara.

Menurut Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso, ada dua sasaran dari program Tol Udara ini. Pertama, menjamin ketersediaan barang dan untuk mengurangi disparitas harga bagi masyarakat. Dan yang kedua adalah menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.

Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, memang pantas jika pemerintah Indonesia menggelar program Tol Laut. Namun perhubungan darat yang ditopang Tol Laut masih belum akan berarti banyak apabila tidak diiringi program Tol Udara. Komunikasi dan perhubungan melalui udara adalah satu-satunya solusi yang dapat memberikan penyelesaian yang cepat dan tepat. Jalur perhubungan darat memang harus bersambung dengan perhubungan laut. Tetapi pada akhirnya perhubungan laut juga akan berhenti dan berlanjut melalui sarana perhubungan darat kembali.

Bagaimana dengan kondisi dunia perhubungan udara negara Indonesia saat ini? Kemajuan teknologi penerbangan saat ini berkembang dengan cepat dan agresif. Sebagai contoh pesawat terbang pertama berkekuatan mesin baru diterbangkan pada tahun 1903. Jarak dan ketinggian terbang hanya mampu mencapai jarak beberapa meter. Namun pada tahun 1969, 66 tahun kemudian, orang sudah mampu memproduksi pesawat penumpang yang dapat terbang dengan kecepatan lebih daripada dua kali kecepatan suara dan mampu membawa penumpang tidak kurang dari 100 orang.

Dari contoh atas, kemajuan teknologi dunia berkembang dengan cepat. Namun, bangsa kita belum cukup mahir untuk mengikuti dan menguasai lajunya teknologi penerbangan dengan baik. Selain itu perlu adanya pengaturan serta pengelolaan manajemen perhubungan udara terkait dengan maskapai penerbangan dan pelabuhan udara. Penataan perencanaan dalam rentang waktu yang panjang dibutuhkan agar diperoleh pembangunan perhubungan udara yang memadai guna mendukung penyelanggaran Tol Udara.

Penataan infrastruktur penerbangan antara lain airport  atau bandara yang sudah begitu sesak dengan penerbangan sehingga penerbangan mengalami keterlambatan, termasuk pilihan antara yang akan ditentukan sebagai bandara Internasional dan yang menjadi pelabuhan udara yang mendistribusikan penumpang dan barang sesuai kebutuhan. Selain itu, pembinaan sumber daya manusia penerbangan juga diperlukan yaitu pemandu lalu lintas udara atau  Air Traffic Control (ATC).

Berikutnya adalah penataan maskapai penerbangan yang melayani rute-rute jalur penerbangan perintis jauh ke pedalaman mengalami masalah serius. Merpati Nusantara Airlines, sebuah maskapai penerbangan yang melayani rute perintis dan beberapa maskapai lainnya, sekarang ini satu per satu sudah lenyap dari angkasa Ibu Pertiwi. Padahal maskapai ini menjadi tulang punggung administrasi pemerintah daerah pada wilayah terpencil. Dibutuhkan maskapai yang mendukung penerbangan yang melayani rute perintis atau daerah-daerah pelosok agar dapat mendukung pembangunan di daerah tersebut.

Dalam penyelengaraan, Tol Udara sebagai sarana perhubungan nasional, seharusya dapat dituangkan dalam sebuah perencanaan jangka panjang. Perencanaan yang konsisten dan bersifat menyeluruh serta jelas arah dan tujuannya. Dalam perencanaan, Tol Udara sudah harus meliputi tentang pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia dan insfrastruktur penerbangan. Jalur perhubungan udara seharusnya dipahami sebagai sebuah sistem yang terpadu. Di dalamnya banyak aspek yang harus dibangun bersamaan, dan (atau) barangkali terbangun dalam sebuah jaring yang menyatu.

Salah satu contoh sederhana adalah dalam mengelola maskapai penerbangan yang harus hadir di negeri ini. Idealnya adalah mulai dari sebuah "maskapai pembawa bendera" yang berperan sebagai duta serta kebanggaan dan martabat bangsa dengan didukung pesawat-pesawat yang sesuai kelompok dan fungsinya agar dapat menjangkau seluruh negeri dan dunia. Kemudian pembangunan bandara yang memadai untuk mendukung penerbangan ke pelosok negeri. Dan sumber daya manusia yang memadai baik dalam mengatur manajamen perhubungan udara maupun sebagai tenaga kerja di bandara, seperti ATC dan Pilot.

Perhubungan udara dengan latar belakang pengetahuan yang masih sangat muda memang memerlukan penangan yang serius, sungguh-sungguh dan bersifat terpadu. Perhubungan udara adalah sebuah sistem yang banyak berhubungan dengan institusi dan bidang disiplin yang lain sehingga sangat membutuhkan formula manajemen dan kepemimpinan yang khusus. Perhubungan udara tidak bisa diserahkan hanya kepada Kementrian Perhubungan karena pada dasarnya perhubungan udara jauh lebih penting dari sekedar pembangunan Tol Laut dalam konteks merajut persatuan dan kesatuan negara dan juga dalam bersaing dengan negara-negara lain di dunia.

     Dengan demikian, secara nasional akan terbangun jaring perhubungan udara dengan sistem manajemen yang terpadu dan bertujuan menopang pembangunan nasional, termasuk dalam sistem pertahanan dan keamanan negara. Pada titik inilah, dengan kemajuan teknologi dan didukung jaring perhubungan udara terpadu, maka peran perhubungan udara akan sangat dominan dalam aspek kecepatan menembus medan yang sulit dan terisolasi melalui Tol Udara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar