Share by Letda Laut (P/W) Michelle
TOL UDARA NUSANTARA
Sebuah karya dari Marsekal (Purn) Chappy Hakim
Marsekal (Purn) Chappy Hakim adalah mantan Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia dengan masa
jabatan dari tahun 2002 hingga 2005. Beliau merupakan lulusan dari Akabri Udara
di Yogyakarta pada tahun 1971 dan beliau memulai mencoba menulis apa saja yang
dialaminya sejak memulai operasi penerbangan ketika duduk di kokpit pesawat
Dakota dengan pangkat Letnan Dua. Setelah purnawira kegiatan beliau adalah
mengajar, memberikan ceramah, dan menjadi pembicara di Lemhanas dan beberapa
perguruan tinggi negeri dan swasta. Salah satu penghargaan dan bintang
kehormatan yang diterimanya adalah Bintang Mahaputra dan beberapa rekor MURI.
Buku Tol Udara Nusantara merupakan salah satu karya dari Marsekal (Purn) Chappy Hakim yang berisi kumpulan artikel-artikel pendek tentang kegiatan sehari-hari beliau, cerita tentang masa lalu dan juga impian-impian akan masa depan. Buku ini terdiri dari 180 artikel yang dibagi dalam tujuan bagian atau bab.
Bab pertama bertema
tentang Kebangsaan terdiri atas 71 artikel. Bab kedua bertema tentang
Kedirgantaraan terdiri atas 47 artikel. Bab ketiga bertema tentang Teknologi
terdiri atas 20 artikel. Bab kelima bertema tentang Olahraga terdiri atas 8
artikel. Bab keenam bertema tentang Sepak Bola terdiri atas 17 artikel. Dan
terakhir bab ketujuh bertema tentang Musik yang
terdiri atas 7 artikel.
Salah satu artikel
pendek yang dibahas dalam buku ini adalah Tol Udara yang mendukung pembangunan
nasional. program Tol Udara adalah salah satu perintah Presiden Joko Widodo
yang dikemukakan pada akhir tahun 2016. Tol Udara merupakan kelanjutan dari
program Tol Laut. Program ini tujuannya agar barang-barang yang telah diangkut
oleh kapal dalam Tol Laut akan dilanjutkan ke daerah-daerah tujuan perintis
menggunakan pesawat udara.
Menurut Dirjen
Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso, ada dua sasaran dari program Tol Udara
ini. Pertama, menjamin ketersediaan barang dan untuk mengurangi disparitas
harga bagi masyarakat. Dan yang kedua adalah menjamin kelangsungan pelayanan
penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan
perbatasan.
Indonesia sebagai sebuah
negara kepulauan terbesar di dunia, memang pantas jika pemerintah Indonesia
menggelar program Tol Laut. Namun perhubungan darat yang ditopang Tol Laut
masih belum akan berarti banyak apabila tidak diiringi program Tol Udara.
Komunikasi dan perhubungan melalui udara adalah satu-satunya solusi yang dapat
memberikan penyelesaian yang cepat dan tepat. Jalur perhubungan darat memang
harus bersambung dengan perhubungan laut. Tetapi pada akhirnya perhubungan laut
juga akan berhenti dan berlanjut melalui sarana perhubungan darat kembali.
Bagaimana dengan
kondisi dunia perhubungan udara negara Indonesia saat ini? Kemajuan teknologi
penerbangan saat ini berkembang dengan cepat dan agresif. Sebagai contoh pesawat
terbang pertama berkekuatan mesin baru diterbangkan pada tahun 1903. Jarak dan
ketinggian terbang hanya mampu mencapai jarak beberapa meter. Namun pada tahun
1969, 66 tahun kemudian, orang sudah mampu memproduksi pesawat penumpang yang
dapat terbang dengan kecepatan lebih daripada dua kali kecepatan suara dan
mampu membawa penumpang tidak kurang dari 100 orang.
Dari contoh atas, kemajuan teknologi dunia berkembang dengan cepat. Namun, bangsa kita belum cukup mahir untuk mengikuti dan menguasai lajunya teknologi penerbangan dengan baik. Selain itu perlu adanya pengaturan serta pengelolaan manajemen perhubungan udara terkait dengan maskapai penerbangan dan pelabuhan udara. Penataan perencanaan dalam rentang waktu yang panjang dibutuhkan agar diperoleh pembangunan perhubungan udara yang memadai guna mendukung penyelanggaran Tol Udara.
Penataan infrastruktur
penerbangan antara lain airport atau bandara yang sudah begitu sesak dengan
penerbangan sehingga penerbangan mengalami keterlambatan, termasuk pilihan
antara yang akan ditentukan sebagai bandara Internasional dan yang menjadi
pelabuhan udara yang mendistribusikan penumpang dan barang sesuai kebutuhan. Selain
itu, pembinaan sumber daya manusia penerbangan juga diperlukan yaitu pemandu
lalu lintas udara atau Air Traffic
Control (ATC).
Berikutnya adalah penataan
maskapai penerbangan yang melayani rute-rute jalur penerbangan perintis jauh ke
pedalaman mengalami masalah serius. Merpati Nusantara Airlines, sebuah maskapai
penerbangan yang melayani rute perintis dan beberapa maskapai lainnya, sekarang
ini satu per satu sudah lenyap dari angkasa Ibu Pertiwi. Padahal maskapai ini
menjadi tulang punggung administrasi pemerintah daerah pada wilayah terpencil. Dibutuhkan
maskapai yang mendukung penerbangan yang melayani rute perintis atau
daerah-daerah pelosok agar dapat mendukung pembangunan di daerah tersebut.
Dalam penyelengaraan, Tol
Udara sebagai sarana perhubungan nasional, seharusya dapat dituangkan dalam
sebuah perencanaan jangka panjang. Perencanaan yang konsisten dan bersifat
menyeluruh serta jelas arah dan tujuannya. Dalam perencanaan, Tol Udara sudah
harus meliputi tentang pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia dan
insfrastruktur penerbangan. Jalur perhubungan udara seharusnya dipahami sebagai
sebuah sistem yang terpadu. Di dalamnya banyak aspek yang harus dibangun
bersamaan, dan (atau) barangkali terbangun dalam sebuah jaring yang menyatu.
Salah satu contoh
sederhana adalah dalam mengelola maskapai penerbangan yang harus hadir di
negeri ini. Idealnya adalah mulai dari sebuah "maskapai pembawa bendera"
yang berperan sebagai duta serta kebanggaan dan martabat bangsa dengan didukung
pesawat-pesawat yang sesuai kelompok dan fungsinya agar dapat menjangkau
seluruh negeri dan dunia. Kemudian pembangunan bandara yang memadai untuk
mendukung penerbangan ke pelosok negeri. Dan sumber daya manusia yang memadai
baik dalam mengatur manajamen perhubungan udara maupun sebagai tenaga kerja di
bandara, seperti ATC dan Pilot.
Perhubungan udara
dengan latar belakang pengetahuan yang masih sangat muda memang memerlukan
penangan yang serius, sungguh-sungguh dan bersifat terpadu. Perhubungan udara
adalah sebuah sistem yang banyak berhubungan dengan institusi dan bidang
disiplin yang lain sehingga sangat membutuhkan formula manajemen dan
kepemimpinan yang khusus. Perhubungan udara tidak bisa diserahkan hanya kepada
Kementrian Perhubungan karena pada dasarnya perhubungan udara jauh lebih
penting dari sekedar pembangunan Tol Laut dalam konteks merajut persatuan dan
kesatuan negara dan juga dalam bersaing dengan negara-negara lain di dunia.
Dengan demikian, secara nasional akan terbangun jaring perhubungan udara dengan sistem manajemen yang terpadu dan bertujuan menopang pembangunan nasional, termasuk dalam sistem pertahanan dan keamanan negara. Pada titik inilah, dengan kemajuan teknologi dan didukung jaring perhubungan udara terpadu, maka peran perhubungan udara akan sangat dominan dalam aspek kecepatan menembus medan yang sulit dan terisolasi melalui Tol Udara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar