Share by Letda Tek Iqbal
NURTANIO
PERINTIS INDUSTRI PESAWAT TERBANG INDONESIA
Sebuah karya dari J. M. V. Soeparno
Nurtanio lahir dari keluarga terpelajar,
dan diasuh serta dididik secara terpelajar pula pada zamannya. Sejak bersekolah
menengah, meski masih di alam terjajah, Nurtanio sudah mulai tertarik pada
pesawat terbang. Hampir seluruh waktu senggangnya digunakan untuk membuat dan
menerbangkan pesawat model, apalagi pada masa liburan. Salah satu kegemarannya
sejak mulai bersekolah adalah membaca buku dan majalah teknik. Sejak bersekolah
MULO di Semarang, sering kali Nurtanio mengajak Nurprapto pergi ke lapangan
terbang di Kalibanteng untuk melihat sebuah pesawat terbang.
Salah seorang anak bangsa yang layak dikenang dan dihormati sebagai perintis, bahkan sebagi cikal bakal Industri Pesawat Terbang Indonesia adalah Nurtanio. Hampir sepanjang hayat dan seluruh karya intelektualnya di bidang teknologi pesawat terbang, dipersembahkan kepada bangsa dan negara yang sangat dicintainya. Sejak awal perang kemerdekaan sampai gugur di cockpit sebuah pesawat terbang Maret 1966, dia terus berusaha mempersiapkan kemampuan bangsanya untuk dapat memproduksi pesawat terbang sendiri.
Sejak masih
bersekolah di zaman terjajah, Nurtanio sudah mulai tertarik dan bahkan gandrung
dengan dunia penerbangan. Pada awal perang kemerdekaan, Nurtanio mulai
bergabung dengan para perintis AURI pimpinan S. Suryadarma. Seperti halnya R.J
Salatun dan Wiweko Soepono langsung dari pemuda pejuang dan hanya berpengalaman
sebagai aeromodeller dan Pembina aero club. Ketiganya menjadi sekawan dalam
satu kesatuan AURI, yang waktu itu masih disebut TKR Jawatan Penerbangan.
Dalam suatu
diskusi bertiga tentang kekuatan udara bagi Negara merdeka tercetuslah suatu
pandangan yang selanjutnya menjadi visi perjuangannya. “Sebaiknya Indonesia tidak terlalu bergantung pada jasa penerbangan negara
lain. Suatu saat Indonesia harus memiliki pesawat terbang buatan sendiri”.
Kondisi serba keterbatasan pada awal merdeka dan akibat blockade udara lawan di
masa perang Kemerdekaan, justru mampu membuka sebuah visi tentang perlunya
kekuatan udara, “air power”, bagi Indonesia merdeka, dan dapat membuta pesawat
terbang dan merintis industrinya.
Visi dan misi yang begitu diyakini
kebenarannya, semakin membulatkan tekad Nurtanio untuk dapat mempersiapkan
kemampuan Bangsa Indonesia membangun sebuah industri pesawat terbang. Setelah
terlihat keseriusan mewujudkan komitmennya, antara lain dengan membuat enam
pesawat glider di masa perang kemerdekaan, Nurtanio ditugaskan ke Filipina
untuk belajar teknologi pesawat terbang di FEATI University. Sekembali ke tanah
air, Nurtanio sebagai perwira angkatan udara, sarjana teknologi pesawat terbang
dan sekaligus penerbang muda usia, ditugaskan di Depo Perawatan Teknik Udara,
untuk merawat dan memperbaiki pesawat terbang AURI, sebuah tugas dan tanggung
jawab profesi yang telah dirintisnya, sekaligus mempersiapkan pelaksanaan misi
dan komitmen perjuangannya.
Dengan penuh rasa percaya diri
dibangkitkan kembali keinginan dan semangatnya untuk dapat membuat pesawat
terbang sendiri, Nurtanio mulai menggambar rancangan, menyiapkan bahan materil.
Alhasil Nurtanio bersama teman teknisinya dapat membuat berbagai prototype
pesawat terbang, baikyang “fixed wing” maupun “rotary wing”. Diantaranya sebuah
pesawat terbang militer anti gerilya “Si Kumbang”, pesawat latih “Belalang”,
pesawat olahraga “Kunang” dan beberapa jenis helicopter. Semuanya dikerjakan
tanpa mengesampingkan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai Komandan
Depo Perawatan Teknik Udara, Direktur Pemeliharaan Materiil samapai Wakil
Kepala Staf Teknik.
Karsa dan Karya Nurtanio membangun industri
pesawat terbang baru terhenti setelah Nurtanio tiada. Dia gugur sewaktu
bertugas melakukan test flight sebuah pesawat terbang, yang justru bukan
buatannya. Nurtanio meninggalkan seluruh karya intelektual dan teknologi
pesawat terbang yang sangat cemerlang pada zamannya. Nurtanio meninggalkan
suatu kemampuan Bangsa Indonesia untuk membangun, memiliki, dan mengelola
sebuah industry pesawat terbang.
YANG MENARIK DARI BUKU INI
Buku ini menggambarkan
mengenai detail kehidupan Bapak Nuratanio sejak lahir hingga beliau gugur dan
kini namanya masih harum di dunia kedirgantaraan Indonesia. Buku yang menarik
untuk dibaca dan dapat dijadikan motivasi bagi generasi muda negeri ini.
MORAL OF THE STORY
Yang bisa dicontoh dari Bapak Nurtanio adalah beliau terkesan sederhana, rendah hati, gigih, dan tekun bekerja. Karya pengabdian Nurtanio sebagi seorang perwira angkatan udara sekaligus sarjana aeronautical engiinering, diakui dan sangat dihargai oleh generasi penerusnya. Beliau adalah perintis dan cikal bakal industri pesawat terbang Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar