THINK
SAFETY AND DO SAFELY
Mission first - safety always, misi yang utama dan selamat selalu. Semboyan yang
sangat sering digaungkan oleh TNI Angkatan Udara. Terkesan normatif memang,
namun begitulah adanya, karena sejatinya tidak ada misi yang dikatakan berhasil
tanpa didampingi dengan keselamatan, terutama kondisi pada masa damai ini.
Namun safety / kesalamatan ini bukanlah tugas yang ringan, memerlukan kerjasama mulai dari pimpinan tertinggi TNI sampai dengan prajurit dengan pangkat terendah. Terbukti pada tahun 2020 ini telah terjadi beberapa incident bahkan accident yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan alutsista. Oleh karena itu, Pusat Kelaikan Udara Keselamatan Terbang dan Kerja Angkatan Udara (Puslaik Lambangja AU) mengadakan program Road to Zero Accident dengan mengunjungi lanud-lanud yang ada di TNI AU.
Program
RTZA ini merupakan program tahunan dari Puslaik Lambangja AU dengan tujuan
untuk mengecek tingkat safety
disetiap satuan, menjaring saran dan masukkan dari satuan bawah dan himbauan safety. Selama beberapa hari tim RTZA
berada di lanud Suryadarma dan melaksanakan kunjungan ke dinas-dinas terkait
untuk mencari data-data yang berkaitan dengan safety, dan sebagai finishing
nya adalah pelaksanaan pengarahan yang dilaksanakan di dalam Hanggar Colibri
Skadron Udara 7.
Pengarahan
dari RTZA diikuti oleh seluruh perwira Skadron Udara 7 dan ditambah dengan
perwakilan personel dari tiap-tiap dinas. Jumlah peserta pengarahan memang
sengaja dibatasi sesuai dengan protokol pencegahan Covid-19. Tim RTZA juga membawa
perwakilan-perwakilan dari instansi terkait, seperti ; Sops AU, Puspom AU,
Dispsi AU dan Lakespra. Seluruh perwakilan staf tersebut sengaja didatangkan
untuk memberikan himbauan safety
kepada personel lanud Suryadarma.
Pengarahan
dibuka oleh Komandan Lanud Suryadarma dan dilanjutkan dengan ketua rombongan
RTZA, Wakil kepala Puslaikut Lambangja AU yang berpangkat bintang satu, dan dilanjutkan
dengan paparan singkat oleh Paban bagian pebinaan dan ditutup dengan himbauan safety dari tim RTZA.
Sedikit
saya rangkum mengenai pengarahan tim RTZA di lanud Suryadarma, sebagai berikut :
# Pabandya Bin.
Nara
Sumber adalah seorang perwira penerbang senior di TNI AU yang sudah lama
berdinas di bagian Keselamatan Terbang dan Kerja. Beliau mengawali dengan
penjelasan validasi di lingkungan TNI AU. Semula Kapuslaik Lambangja AU bernama
Dislambangja AU yang dipimpin oleh perwira tinggi berpangkat bintang satu. Saat
ini Kapuslaik Lambangja telah dipimpin oleh perwita tinggi berpangkat bintang
dua, dan membawahi dua direktorat yaitu ; Direktorat Kelaikan Udara dan
Direktorat Lambangja, masing-masing dipimping oleh perwira tinggi berpangkat
bintang satu.
Beliau
melanjutkan dengan penjelasan mengenai persentase incident dan accident
yang terjadi di lingkungan TNI AU selama beberapa tahun belakangan ini. Beliau
juga menyinggung tentang safety
management system dan safety culture,
dimana ke dua hal tersebut diharapkan dapat selalu diterapkan di lingkungan
kerja Skadron Udara 7 dan lanud Suryadarma.
# Puspom AU.
Nara
sumber merupakan perwira korps Polisi Militer yang sudah cukup lama berdinas di
TNI AU. Beliau menginformasikan bahwa telah terjadi cukup banyak kecelakaan
dilingkungan dinas, yang dialami oleh personel TNI AU dan cukup banyak memakan
korban jiwa. Hal ini sangatlah merugikan institusi TNI AU.
Beliau
menghimbau agar seluruh personel lanud Suryadarma selalu berhati-hati dalam berkendaraan,
karena kecelakaan dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Seluruh personel agar selalu melengkapi administrasi berkendaraan dan mengecek
kondisi kendaraannya secara berkala. Serta tidak lupa mengingatkan agar tidak
hanya menjadi seorang safety driver,
namun dapat menjadi defensive driver.
# Dispsi AU.
Nara
sumebr adalah seorang perwira Psikologi yang sangat ahli dibidangnya. Beliau
banyak membahas megenai motivasi dan beban kerja personel lanud Suryadarma
berdasarkan data angket yang telah disebar sebelumnya. Sejumlah 210 orang telah
berpartisipasi pada angket tersebut,
dari perwakilan personel masing-masing dinas. Dimana beliau menjelaskan bahwa
beban kerja yang dimiliki oleh tiap-tiap personel haruslah berimbang, karena
apabila terlalu banyak akan membuat jenuh dan apabila kurang akan menjadi
bosan. Ke dua kondisi tersebut dapat menyebabkan stres dan akhirnya menurunkan
motivasi kerja. Disinilah peran pimpinan menjadi sangat penting untuk
menempatkan orang yang tepat di tempat yang sesuai dengan kemampuannya, meng-upgrade kemampuan anggota agar cocok
dengan lingkungannya dan membuat variasi kegiatan agar tidak monoton dan
membosankan.
Dalam
kesempatan ini pun meliau sedikit menitipkan pesan agar selalu peduli antar
sesama anggota. Apabila ada salah seorang personel yang kebiasaannya mendadak
berubah atau menjadi penyendiri, harus segera ditanyakan kondisinya. Jangan
sampai ada permasalahan yang tidak diketahui menjadi membesar sehingga tidak
dapat ditangani.
# Lakespra.
Nara
sumber merupakan seorang dokter spesialis paru yang saat ini tergabung dalam
tim penangan Covid-19 di jakarta. Beliau banyak membahas mengenai kondisi
penularan Covid-19 di ibu kota semenjak PSBB dilonggarkan. Beliau juga
mengapresiasi Danlanud Suryadarma atas seluruh kebijakan terkait dengan
protokol pencegahan Covid-19 dan juga kepada seluruh personel lanud yang telah
dengan baik melaksanakan prosedur tersebut, terlihat dari data kesehatan bahwa
tidak ada warga lanud Suryadarma yang terpapar Covid-19. Dan berharap kondisi
ini dapat dipertahankan seterusnya.
Khusus
untuk perihal kesehatan personel Skadron Udara 7 berdasarkan data dari lembaga
kesehatan Lakespra Saryanto, ada beberapa hal yang perlu diberikan perhatian
khusus sebagai berikut :
1) 15 orang personel telah mengalami gangguan
pendengaran mulai tingkat ringan s. d. sedang, yang diakibatkan oleh terpapar
suara bising pada intensitas yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Perlu
kita ketahui bahwa bekerja disekitaran pesawat helikopter pasti akan menghadapi
suara bising dari mesin pesawat, dan rata-rata personel bekerja sampai belasan
bahkan puluhan tahun, sehingga kondisi ini sangat rentan mengakibatkan gangguan
pendengaran.
Oleh
karena itu, disarankan agar personel
yang bertugas selalu menggunakan APT (Alat Pelindung Telinga) dengan kondisi
yang baik dan cara pemakaian yang benar. Bila perlu dirangkap pemakaian ear plug dengan ear muff, sehingga dapat mengurangi dampak kebisingan terhadap
telinga. Khusus pilot, agar selalu menggunakan helm terbang dengan baik.
2) Selanjutnya adalah efek dari getaran /
vibrasi pesawat secara terus menerus dapat memberikan dampak buruk bagi
kesehatan. Perlu kita ketahui bahwa pesawat udara sangat rentan terhadap
vibrasi, terutama pada fase-fase tertentu seperti saat start engine, take off, landing dan lain sebagainya. Khusus pada
pesawat helikopter, vibrasi merupakan permasalahan yang sangat sering terjadi.
Oleh karena itu setiap pesawat melaksanakan perawatan, pegecekan terhadap
vibrasi harus dilaksanakan dengan benar.
Pembaca
yang budiman, demikianlah sepenggal cerita tentang kegiatan Road to Zero Accident, semoga
keselamatan selalu menyertai kita disetiap pelaksanaan tugas khusus nya di TNI
AU. Terimakasih, semoga bermanfaat. ;-)
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar