MENUNGGU
F-16 PASSING DARI PODIUM
Pesawat
F-16 Fighting falcon yang sedang melintas
dihadapan hadirin seklian merupakan pesawat tempur yang di operasionalkan
oleh Skadron udara 16.
Sampai dengan saat ini, TNI Angkatan Udara telah
memiliki 2 Skadron Udara yang mengoperasionalkan pesawat F-16 Fighting
Falcon.
Republik Indonesia, disamping lokasi nya yang strategis, namun berada
pada wilayah Cincin Api Pasific dan pertemuan dua lempeng tektonik dunia,
sehingga memiliki potensi bencana alam yang sangat besar. Letusan gunung berapi, gempa bumi, bahkan
tsunami mengancam penduduk Indonesia terutama masyarakat Aceh.
Ditengah-tengah pelaksanaan Operasi Militer Perang, Indonesia kembali
dicoba dengan bencana alam yang datang secara tiba-tiba. Tanpa kenal
menyerah, TNI Angkatan Udara merubah manuver operasi udara nya, menyesuiakan
terhadap ancaman bencana alam yang terjadi.
Treatikal main.
Terdengar suara sirine peringatan bencana alam. Disimulasikan telah
terjadi bencana Tsunami di wilayah provinsi Aceh. Tampak sejumlah warga yang
panik berlarian mencari tempat perlindungan. Penderitaan masyarakat akibat
bencana sangat lah besar, tidak terhitung korban jiwa dan materil yang dapat
terjadi apabila pemerintah daerah
terlambat mengambil tindakan.
Pemerintah daerah harus turun tangan langsung memberikan bantuan dan
memimpin proses penanggulangan bencana. Dan sampai pada akhirnya, mengumumkan
bahwa telah terjadi bencana skala nasional dan meminta kepada pemerintah
pusat untuk memberikan bantuan.
Presiden Republik Indonesia kembali memerintahkan Panglima TNI segera
memberikan bantuan. Bersama dengan kepala Staf Angkatan Udara, dengan cepat menggerakkan
jajaran dibawahnya, yaitu Koopsau 1.
Maka Pangkoops AU 1 segera membentuk Satuan Tugas untuk melaksanakan Operasi Pengendali Depan Penanggulangan
Bencana untuk daerah provinsi Aceh. Dan untuk mendapatkan info terkini,
Diperintahkan kepada Komandan Satuan Intai agar memberangkatkan 1 buah
pesawat CN-295 untuk melaksanakan operasi Photo Udara, guna mendapatkan informasi
ter update pasca bencana.
Hadirin yang kami hormati,
sesaat lagi akan melintas dihadapan kita, terbang pada
ketinggian 2.000 kaki diatas permukaan laut, Pesawat CN-295 dari Skadron Udara 2.
Melaksanakan Pengamatan dan Photo Udara, untuk mengambil data wilayah yang terdampak bencana.
Dapat kita saksikan di layar video tron, simulasi photo dan video daerah yang terdampak bencana alam Tsunami.
Data-data tersebut dapat dikirimkan secara langsung atau real time kepada Satgas penanggulangan
bencana, untuk dianalisa dan dijadikan sebagai dasar pelaksanaan operasi
penanggulangan bencana selanjutnya.
Datang dari arah kanan kita, Pesawat CN-295 melintas dihadapan hadirin
sekalian untuk melaksanakan photo udara.
|
Kerusakan yang diakibatkan oleh bencana Tsunami
sangatlah besar, banyak akses jalan yang terputus mengakibatkan lokasi
pemukiman warga menjadi terisolasi. Perkantoran dan perumahan warga luluh
lantak akibat terjangan ombak besar Tsunami, tidak terhitung masyarakat yang
menjadi korban. Pertolongan bencana harus segera dilaksanakan, agar konsisi
tidak semakin memburuk.
Hadirin yang berbahagia,
Berbekal informasi awal dari pesawat CN-295,
maka Satgas Penanggulangan Bencana melanjutkan tahapan operasinya.
Disimulasikan bahwa daerah terdampak bencana yang terisolasi membutuhkan
bantuan segera. Maka diterjunkanlah pasukan khusus dari Korps Pasukan Khas
TNI Angkatan Udara, guna melaksanakan assessment
atau penilaian langsung terhadap lokasi terdampak bencana, sekaligus
melaksanakan konsolidasi dengan pemerintah atau lembaga daerah yang berada di
lokasi bencana.
Tim khusus ini adalah tim
pengendali tempur Pasukan Khas TNI AU, yang pada operasi militer perang merupakan unit tempur khusus matra udara yang mampu melaksanakan infiltrasi
melalui trimedia (darat, laut dan udara), untuk mendapatkan data musuh
dan kondisi medan peperangan, guna kepentingan operasi
selanjutnya.
Seluruh personil
Tim Dalpur akan diterjunkan langsung dari pesawat CN-295 yang berasal dari Skadron Udara 2, dari ketinggian 6.000 kaki Above Ground Level atau di atas
permukaan tanah.
Mari
layangkan pandangan anda ke arah kanan podium, pesawat CN-295, bersiap untuk melintas. Tim Dalpur, telah
siap melaksanakan penerjunan!
Pintu belakang pesawat telah terbuka, tepat di atas droping zone, dan PASUKAN
DITERJUNKAN....!!
Dapat kita saksikan
bersama satu per satu parasut mengembang dengan sempurna.
Seluruh peterjun
telah melayang di udara. Pasukan Dalpur dikomandoi oleh
seorang Komandan Tim yang merupakan perwira Pasukan Khas TNI Angkatan Udara
Dengan memanfaatkan datangnya arah angin, tim Dalpur
bersiap untuk melaksanakan pendaratan. Komandan Tim Dalpur, memimpin pelaksanaan penerjunan sampai dengan
mendarat di sasaran.
Keseluruhan tim Dalpur yang diterjunkan akan bekerjasama dengan ketat dan
bahu-membahu dalam mendukung pelaksanaan Operasi Kendali Depan Penanggulangan
Bencana.
Warna jingga sebagai
ciri khas Pasukan khas TNI Angkatan Udara terinspirasi
dari cahaya jingga saat fajar merekah di langit serambi mekah.
Dengan motto “Karmanye Vadikarasate Mafalesu Kadatjana”, mereka bekerja
tanpa menghitung untung dan rugi.., Bravo Pasukan Khas
Angkatan Udara...!!!
Sepak terjang Paskhas
sudah dimulai sejak era perang kemerdekaan, berbagai misi sudah pernah diemban
oleh pasukan matra udara ini. Terjun payung merupakan salah satu
keahlian utama Paskhas untuk menguasai dan mengoperasikan pangkalan udara
yang
berhasil direbut.
Tim Pengendali Tempur memiliki tugas dan fungsi yang sangat
menentukan bagi kelanjutan dalam keberhasilan operasi-operasi selanjutnya,
tugas tersebut meliputi mencari, menyiapkan Dropping Zone, Landing Zone dan
Extraction Zone serta mengendalikan pesawat udara yang melaksanakan misi
penerjunan.
Tim
Dalpur dikenal sebagai tim elit Paskhas. Pada
operasi militer perang, Mereka diterjunkan sebagai pasukan pendahulu
sebelum serangan. Menyusup ke wilayah musuh dan mengumpulkan data intelijen.
Seluruh prajurit yang
terpilih untuk tergabung dalam Tim Dalpur memiliki berbagai kualifikasi khusus seperti para lanjut
tempur, komando, pengendali tempur, selam, controller, meteo, komunikasi,
kesehatan dan Zeni lapangan serta berbagai kualifikasi khusus lainnya.
husus untuk Operasi
pengendali depan penanggulangan bencana, ada beberapa kemampuan yang dimiliki oleh Tim Dalpur
Paskhas antar lain:
1. Mampu masuk kedaerah operasi melalui darat, udara dan air sesuai
situasi dan kondisi
bencana yang dihadapi.
2. Memberikan data assagement
didaerah terdapat
bencana secara akurat.
3. Mampu untuk mengarahkan pesawat menuju sasaran.
4.
Berkualifikasimelakukan observasi dan memberikan data cuaca.
5. Melaksanakan prosedur komunikasi baik melalui radio
maupun dengan isyarat.
6. Berkualifikasi
melaksanakan pertolongan dan evakuasi medis secara terbatas.
7. Mampu untuk memilih, menentukan dan
menyiapkan serta mengamankan Dropping Zone, dan Landing Zone,
untuk dukungan logistic.
8. Melaksanakan Zeni lapangan secara
terbatas.
Korps
Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas
TNI AU atau sebutan lainnya Baret Jingga),
merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga
matra, yaitu udara, laut, darat. Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal
memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan
tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus
kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur
lainnya.
yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi
paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan
baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan
NKRI.
Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki
oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian
Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan
pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan
pasukan kawan.
Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan
Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan
perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan
udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas
kebijakan Panglima
TNI.
Peterjun berhasil Mendarat.
”berikan
tepuk tangan yang meriah kepada tim Dalpur dari Korps Pasukan Khas TNI
Angkatan Udara!”.
Satu per satu pasukan penerjun
telah mendarat di titik pendaratan yang telah ditentukan, dan segera melaksanakan proses assessment
terhadap wilayah yang terdampak bencana, serta konsolidasi dengan pemerintah
setempat.
Tanpa memerlukan waktu lama, Tim Dalpur segera memberikan laporan hasil assessment nya kepada Satgas
Penanggulangan Bencana melalui radio komunikasi lapangan.
TIM MELAKSANAKAN LAPORAN.
( Dari Informasi yang di terima melalui laporan salah
satu prajurit paskhas, Bayak korban bencana alam yang mengalami luka serius
dan harus segera mendapatkan pertolongan medis.
Di satu sisi, Terdapat
kerusakan yang terjadi di beberapa infrastruktur yang di akibatkan oleh
bencana alam yang tentunya menghalangi akses transportasi darat pada bencana,
|
Oleh karena itu Prajurit
paskhas melaporkan bahwa dibutuhkan segera Bantuan medis dan evakuasi dari
Udara untuk menyelamatkan beberapa korban yang mengalami luka serius dan
pengiriman bantuan logistik dari Udara)
Hadirin
yang kami hormati,
Berdasarkan
hasil penilaian langsung di lokasi bencana, maka Satgas Penanggulangan
Bencana memerintahkan Tim Dalpur untuk meyiapkan Dropping zone atau lokasi
pendaratan darurat yang cukup untuk didarati oleh pasukan tambahan guna
memperkuat tumpuan Tim yang berada di daerah bencana. Pasukan tambahan ini
juga memiliki kemampuan Zeni lapangan untuk melaksanakan Operasi Rekonstruksi Pangkalan Udara, dengan memperbaiki landasan
pacu yang rusak akibat bencana, sehingga landasan tersebut mampu untuk di
darati kembali oleh pesawat udara guna menyalurkan bantuan logistik secara
terpadu.
Satgas
kembali menggerakan dua pesawat CN-295 untuk melaksanakan penerjunan Statik
prajurit-prajurit Pasukan Khas Angkatan Udara. Keseluruhan prajurit Wing 3
Paskhas yang diterjunkan telah dibekali oleh perlengkapan lapangan yang akan
digunakan untuk memperbaiki landasan pacu dan infrastruktur umum di lokasi bencana.
·
2 Pesawat CN-295 saat
ini telah mendekat untuk melaksanakan penerjunan statik
prajurit-prajurit Paskhas. Penerjunan ini tergabung dalam Operasi Pengendali Depan Penanggulangan Bencana, yang merupakan kemampuan khas yang dimiliki oleh prajurit Korpaskhas TNI Angkatan Udara.
(Mulai Terjun)
Pintu kiri
pesawat pertama dan pintu kanan pesawat kedua telah terbuka...., berada tepat
di atas sasaran, dan GO...GO...GO...!! Pasukan diterjunkan....
·
Tampak para peterjun telah keluar melalui pintu kiri dan
kanan pesawat dan terlihat parasut telah mengembang dengan sempurna.
·
Dengan ketinggian 1000 kaki, Satuan Tempur dari Wing 3 Paskhas ini hanya membutuhkan waktu melayang di udara kurang dari 40 detik.
Pada Operasi Militer
Perang, terjun statik ini dilaksanakan untuk kegiatan Operasi Perebutan dan Pengoperasian Pangkalan Udara, dan bisa
menerjunkan puluhan bahkan sampai ratusan prajurit payung Angkatan Udara.
Cepat dan tepatnya waktu yang dibutuhkan oleh peterjun untuk mendarat, sangat menunjang keberhasilan operasi tempur,
karena kecepatan dan ketepatan memasuki sasaran akan menimbulkan unsur
pendadakan dan ketidaksiapan bagi musuh.
Pasukan bantuan yang
diterjunkan pada operasi kali ini, dipimpin oleh perwira Pasukan Khas TNI
Angkatan Udara, sebagai komandan Tim Penerjunan.
(Mendarat)
·
Satu per satu peterjun melaksanakan prosedur pendaratan, dengan kaki
rapat dan kepala simpan, peterjun mendarat menyesuaikan medan yang ada.
·
Kurang dari 2 menit, seluruh prajurit Paskhas yang tergabung dalam
operasi ini sudah berada di lokasi bencana. Selanjutnya komandan tim melaksanakan
konsolidasi
singkat dengan
tim Dalpur yang sudah berada di lapangan, untuk langkah berikutnya.
|
”berikan
tepuk tangan yang meriah kepada tim Penerjun dari Korps Pasukan Khas TNI
Angkatan Udara!”.
Hadirin
yang kami hormati.
Dapat
disaksikan tepat di hadapan kita, pasukan telah selesai membereskan parasut,
setelah melaksanakan penerjunan, dengan sigap segera merapat ke desa yang
terdampak bencana dan segera memberikan pertolongan kepada masyarakat.
Bantuan
yang disalurkan berasal dari pemerintah daerah, pemerintah pusat dan juga
segenap komponen masyarakat. Proses penyaluran bantuan yang cepat dan tepat
sangat lah dibutuhkan guna meredam dampak bencana yang semakin membesar.
Satu
demi satu prajurit TNI Angkatan Udara memberikan bantuan kepada masyarakat
Aceh. Setiap detik menjadi sangat berarti dalam pelaksanaan Operasi
Penanggulangan Bencana ini.
Disamping
itu, sebagian dari prajurit Paskhas sedang berusaha keras melaksanakan
rekonstruksi landasan pacu, agar dapat segera didarati oleh pesawat udara.
Sekali
lagi, kita saksikan kekompakan dan kerjasama yang baik antara Prajurit TNI Angkatan
Udara dengan Komponen penanggulangan bencana alam. Dimana dalam sinergitas
yang berlangsung secara baik. Satu per satu korban dapat di evakuasi dan
segera mendapatkan pertolongan medis.
BASARNAS, adalah
Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (Search And Rescue/SAR).
Palang Merah Indonesia (PMI)
adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak
dalam bidang sosial kemanusiaan.[1]
PMI selalu mempunyai
tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah
yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan,
dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 34 PMI Daerah (tingkat
provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh
Indonesia
Taruna Siaga Bencana, selanjutnya disingkat TAGANA
adalah relawan sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial yang berasal dari
masyarakat dan memiliki kepedulian serta aktif dalam penanggulangan bencana
bidang perlindungan sosial.
Pada tahun 2002, TAGANA dibentuk atas menyikapi rancangan bangun sistem
penanggulangan bencana berbasis masyarakat dan Pertemuan di Lembang pelopor
Tagana menghasilkan “deklarasi” 25 Maret 2004.
|
BPBA adalah suatu kerja perangkat Aceh yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas dan fungsi dalam rangka penanggulangan bencana di Aceh. BPBA dengan
segala kerterbatasan kapasitasnya mulai sejak terbentuk pada tanggal 22 Juni
2010, telah berupaya secara maksimal untuk melakukan tugas pokok dan fungsi
dalam menyelenggarakan pelayanan penanggulangan bencana.
Hadirin yang berbahagia,
Prajurit Paskhas yang berada di
lokasi bencana telah berhasil melaksanakan Operasi Rekonstruksi Pangkalan Udara, sehingga landasan pacu bisa
digunakan kembali secara terbatas, dan segera melaporkan ke Komando Atas.
Tanpa menunggu lama, Komandan
Satgas segera menggerakan 1 pesawat C-130 Hercules untuk melaksanakan Operasi Angkutan Udara dengan membawa
sejumlah logistik yang telah dikumpulkan dari Pemerintah maupun sumbangan
masyarakat, logistik akan dikirimkan dengan cara air landed.
Teknik Air Landed, yaitu teknik mendaratkan pesawat pada jarak landing roll yang minimum, untuk
selenjutnya pesawat berhenti dan
mengeluarkan personel dan logistik.
Pada kesempatan
kali ini pesawat C-130 hercules akan
melaksanakan Air Landed
dengan disimulasikan membawa kendaran taktis, ambulance dan sepeda motor yang sangat
dibutuhkan dalam penanggulangan Bencana.
Pada Operasi Militer Perang, Air Landed biasa digunakan
untuk mendaratkan personel pasukan maupun kendaraan tempur yang dibutuhkan dalam
memperkuat pasukan yang telah mendarat terlebih dahulu. Daya angkut pesawat C-130 hercules dapat
dioptimalkan guna membawa alutsista pertahanan udara
seperti rudal dan senjata penangkis serangan udara guna mempertahankan
pangkalan udara dari serangan udara musuh.
Hadirin yang berbahagia marilah
kita arahkan pandangan ke
kanan podium, terlihat pesawat C-130 hercules akan melaksanakan
Air Landed.
Rantis Exit.
Selanjutnya mari kita saksikan setelah pesawat berhenti dan membuka ram door atau pintu belakang pesawat secara perlahan, maka akan keluar
kendaraan taktis satu persatu dengan cepat.
Seluruh kendaraan taktis telah
berhasil keluar dengan aman, terdiri dari : .1 unit mobil Rescue box Basarnas,
1 unit mobil ambulance PMI, 2 Unit Motor Trailll Basarnas, 1 Unit motor
Traill BPBA, 1 Unit Motor Trail TAGANA, dan 2 motor Trail Paskhas.
Seluruhnya langsung bergerak ke
wilayah yang terdampak bencana.
Herky persiapan T/O.
Setelah load dinyatakan clear
maka pesawat akan berputar balik di
ujung landasan, persiapan untuk segera kembali take
off sesuai dengan arahan dari tim Dalpur yang telah hadir di
landasan pacu sebelumnya
|
Airlanded selesai, C-130
Hercules, take off.... take off...Go....!!
Hadirin
yang berbahagia.
Tepat berada di hadapan hadirin sekalian, terdapat beberapa Kendaraan
taktis yang terdiri dari : Rescue Box, Ambulance dan Motorcycle yang sedang
ber Manuver, dimana dalam simulasi kali ini terdapat beberapa pasukan yang
sedang mengevakuasi dan memberikan pertolongan dengan cepat kepada beberapa
korban yang terjebak di dalam bencana tersebut.
Disusulnya
aksi tersebut, Tim Penanggulangan Bencana TNI Angkatan Udara mendapat bantuan tenaga dari Tim penolong yang
berasal dari : BPBA, PMI, dan TAGANA provinsi Aceh.
Kendaraan Basarnas dan PMI menuju
sasaran.
Dapat kita saksikan bersama di
sebelah kiri kita. Aksi dari kendaraan Rescue Box Basarnas sedang membongkar
mobil untuk mengevakuasi korban yang terjepit dan tidak bisa keluar.
Sementara itu, di sebelah kanan
kita. Terdapat Mobil Ambulance PMI yang telah siap siaga memberikan
pertolongan kepada Korban bencana, agar segera mendapatkan perawatan medis.
Selanjutnya mobil Ambulance membawa korban ke posko Medis terdekat.
Simulasi ini dilaksanakan untuk
dapat mengkoordinasikan satuan pelaksana penyelamatan manusia hingga
perwatan. Sehingga korban yang memerlukan bantuan atau penanganan yang scepat
dapat sesegera mungkin untuk di evakuasi serta menjalani perawatan lebih
lanjut.
Disamping itu, terdapat juga
tim penolong dari BPBA dan Tagana Provinsi Aceh, ikut memberikan bantuan
kepada warga yang terdampak bencana.
Dari penampilan simulasi ini
dapat terlihat kolaborasi, sinergi serta kerjasama tim yang baik antara TNI
dan lembaga pemerintah dalam melaksanakan misi pertolongan terhadap korban
bencana alam.
Hal ini menunjukan bahwa
solidaritas dan kekompakan merupakan kunci dari berhasilnya sebuah misi atau
tujuan apabila dilaksanakan dengan baik bersama-sama.
|
“Berikan
tepuk tangan yang meriah kepada Basarnas, BPBA, PMI dan TAGANA Provinsi Aceh.”
Hadirin yang berbahagia.
Berdasarkan info dari Pemerintah daerah,
terdapat beberapa warga terjebak di
lokasi bencana dan membutuhkan pertolongan segera. Bertindak dengan cepat,
tim Dalpur segera meneruskan informasi tersebut kepada Komandan Satgas dan
meminta bantuan 1 helikopter untuk melaksanakan pertolongan. Mengetahui hal
tersebut, Komandan Satgas memerintahkan Komandan Satuan Heli untuk menyiapkan
dan memberangkatkan pesawatnya.
Segera diberangkatkan 1 helikopter full
combat SAR EC-725 Caracal ke lokasi warga yang terjebak bencana. Helikopter
dilengkapi oleh satu tim Paskhas yang berkemampuan Search and Resque atau SAR, siap untuk melaksanakan penyelamatan
korban bencana.
Disimulasikan bahwa lokasi warga yang
terjebak ternyata tidak mampu didarati oleh helikopter secara langsung,
dikarenakan kondisi medan yang cukup berbahaya dan tidak memiliki lahan
terbuka untuk pendaratan helikopter. Mengetahui hal tersebut dan ditambah
dengan informasi dari tim Dalpur yang berada di lokasi bencana, maka Captain
Pilot helikopter Caracal menutuskan untuk melaksanakan proses penyelamatan
dengan cara Rapelling.
Teknik Rapelling
adalah suatu manuver pesawat dalam kegiatan operasi dengan
cara dropping pasukan menggunakan
tali khusus pada tempat yang dikehendaki dimana pesawat tidak bisa mendarat. Dropping
dilaksanakan dalam jangka waktu yang relatif singkat,
secara aman dan lancar. Teknik
Rapelling ini merupakan kemampuan yang
wajib dimiliki oleh Pasukan Khas TNI Angkatan Udara.
Tali khusus Rapelling
mempunyai kemampuan menahan beban lebih kurang 300 kg,
dengan panjang tali lebih kurang 33 meter atau 100 feet.
Helikopter Caracal dapat melaksanakan Rapelling
pada kedua sisi pintu pesawat dengan melaksanakan hover atau terbang tetap pada ketinggian 70
feet di atas
permukaan tanah. Diharapkan dengan teknik ini pasukan
pengaman dapat dengan cepat diturunkan untuk segera melaksanakan pertolongan kepada warga yang
terjebak di lokasi bencana.
Satu-persatu prajurit pasukan khas TNI
Angakatan Udara keluar dari Helikopter Caracal dengan cara Rapelling , dan berhasil mendarat dengan aman dipermukaan.
Dengan segera prajurit-prajurit tersebut melaksanakan penyelamatan korban
bencana.
|
Setelah
seluruh prajurit keluar dari pesawat, maka helikopter Caracal melaksanakan take off kembali guna melanjutkan
operasi Penanggulangan Bencana.
Hadirin yang kami hormati,
Setelah memalui proses yang tidak mudah,
akhirnya Prajurit TNI Angkatan Udara berhasil melaksanakan penyelamaatan
beberapa korban bencana, namun dihadapkan dengan kondisi medan yang porak
poranda akibat bencana, menyebabkan evakuasi korban melalui jalan darat
tidaklah memungkinkan. Dan satu-satunya jalur yang bisa ditempuh adalah
melalui jalur udara.
Mengetahui hal tersebut, Tim Dalpur yang
tergabung dalam Operasi Kendali Depan Penanggulangan Bencana, segera
melaporkan kondisi tersebut kepada Komando Atas.
Komandan Satgas dengan sigap merespon
informasi dari pasukan yang berada di lokasi bencana, dengan berkoordinasi
dengan satuan Basarnas yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan
Bencana. Maka diputuskanlah untuk memberangkatkan 1 helikopter Basarnas untuk
melaksanakan operasi penyelamatan korban bencana.
Dengan dipandu oleh Tim Dalpur, akhirnya
helikopter Basarnas yang diawaki oleh pilot-pilot handal TNI Angkatan Udara
sampai di lokasi bencana. Sesuai dengan laporan awal dari Tim Dalpur dan
melihat langsung kondisi medan yang sebenarnya, maka Captain Pilot mengambil
keputusan untuk melaksanakan penyelamatan korban dengan menggunakan teknik Hoisting.
Hoisting adalah suatu manuver helikopter untuk
mengambil personil atau barang dengan menggunakan peralatan hoist tanpa harus mendaratkan pesawat
dengan cara melaksanakan hover atau
terbang tetap pada ketinggian 70 feet agl.
Tali khusus hoist mempunyai kemampuan menahan beban kurang lebih 272
kg, dengan panjang tali kurang lebih 75 meter atau 225 feet. Perlengkapan Hoist ini merupakan
perlengkapan standar yang wajib dimiliki oleh pesawat Helikopter berkemampuan
Search and Resque. Setelah melaksanakan hoisting pesawat akan
menuju ke daerah aman untuk melaksanakan pertolongan bagi korban bencana.
Setelah tali hoist sampai dipermukaan dan
diterima oleh pasukan penolong yang ada dibawah, maka korban bencana yang
membutuhkan pertolongan segera, dirapatkan ke tali hoist tersebut. Teknik
hoist bisa menggunakan tandu atau blanchar, jangkar dan juga Resque Net, menyesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Khusus untuk kali ini,
perlengkapan yang digunakan adalah Jangkar dan korban diangkat dengan cara
Tandem.
“Berikan
tepuk tangan yang meriah, kepada Badan Sar Nasional Indonesia.”
orban sudah terhubung
dengan tali hoist, setelah dinyatakan siap oleh pasukan yang ada di
permukaan, maka tali hoist akan ditarik ke atas secara perlahan sampai dengan
merapat ke helikopter
|
Setelah
kondisi helikopter siap, selanjutnya helikopter Basarnas melaksanakan take off kembali guna membawa korban ke
lokasi yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan.
Hadirin yang berbahagia,
Sementara itu, dibagian lokasi bencana lainnya, dilaporkan oleh warga
setempat bahwa terdapat korban bencana yang mengalami kondisi kritis dan memerlukan penanganan
medis segera. Mengetahui hal tersebut, melalui jaring komunikasi dan komando
pasukan yang sudah berada di lokasi bencana, segera melaporkan kondisi
tersebut kepada Komando Atas. Kecepatan dan
ketepatan informasi memegang peranan penting
dalam setiap pelaksanaan operasi militer.
Menindak lanjuti informasi tersebut, Komandan Satgas segera mengecek
kesiapan unsur yang berada di bawah jajarannya. Dan memutuskan
memberangkatkan 1 helikopter untuk
melaksanakan Operasi Evakuasi
Medis Udara.
Berbekal informasi dari Tim Dalpur, helikopter Caracal berangkat menuju
lokasi penjemputan korban bencana yang telah ditentukan. Kondisi korban telah
mendapatkan perawatan pertama oleh prajurit Paskhas yang memiliki kemampuan
medis, sebelum dipindahkan ke helikopter medis.
Lokasi pendaratan helikopter telah disiapkan terlebih dahulu oleh
prajurit Paskhas yang berada di lapangan, dengan memastikan bahwa lokasi tersebut aman untuk didarati dan
mampu diakses oleh pasukan yang membawa korban bencana.
Sebelum melaksanakan pendaratan, helikopter akan mensurvei terlebih
dahulu kondisi lokasi pendaratan melalui udara sesuai dengan prosedur nya.
Sampai akhirnya, helikopter dapat mendekat ke lokasi pendaratan secara
perlahan sampai dengan mendarat dengan aman.
Dengan sigap, awak pesawat keluar dari pesawat dan memberikan petunjuk
untuk mendekat ke pesawat dengan aman kepada pasukan yang membawa korban
bencana. Secara perlahan namun pasti, korban berhasil dipindahkan ke dalam
helikopter. Nampak pasukan kembali menjauhi helikopter menuju lokasi yang
aman.
Helikopter berkemampuan medis ini dilengkapi dengan alat-alat menunjang
kehidupan yang sewaktu-waktu dapat digunakan selama proses pemindahan korban
dari lokasi bencana menuju lokasi yang memilki fasilitas tenaga dan
perlengkapan medis yang lebih memadai.
Kecepatan waktu pemindahan korban dari lokasi bencana sangat menentukan
persentasi keberhasilan dalam menyelamatkan korban bencana. Oleh karena itu,
pemindahan korban dengan menggunakan helikopter merupakan pilihan yang sangat
tepat.
Setelah kondisi helikopter siap,
selanjutnya helikopter melaksanakan take
off kembali guna membawa korban ke lokasi yang lebih aman untuk
mendapatkan pertolongan segera.
|
“Berikan
tepuk tangan yang meriah kepada Flight Helikopter TNI Angkatan Udara.” Dapat kita saksikan
tepat berada hadapan hadirin sekalian, dua unit kendaraan yang disimulasikan
mencoba memasuki daerah bencana melalui jalur darat. Kendaraan ini merupakan
kendaraan Commando Mobile dan HF, dimana dua kendaraan tersebut memiliki fungsi
untuk menggelar perlengkapan komunikasi kepada pesawat bantuan dan juga
membantu melancarkan proses bantuan dari udara terhadap korban yang berada di
daerah bencana.
Hadirin yang berbahagia,
Sejumlah operasi penyelamatan
korban bencana telah diperagakan oleh Satgas Penanggulangan Bencana, mulai
dari teknik Fast Rope, Hoisting sampai dengan Evakuasi Medis Udara.
Sementara itu, di lokasi bencana
lainnya stock persediaan pangan semakin menipis, akses jalan untuk suplai
logistik pun banyak yang terputus akibat bencana alam. Dikwatirkan akan
terjadi kerusuhuhan, apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan baik.
Mengetahui hal tersebut pemerintah
lokal meminta bantuan kepada pasukan Satgas yang berada di wilayah bencana,
untuk memberikan dukungan logistik melalui jalur udara.
Pasukan yang berada di wilayah
bencana segera melaporkan hal tersebut kepada Komando Atas. Satgas Penanggulangan
Bencana bekerjasama dengan pemerintah provinsi Aceh dan Kementrian Sosial
berhasil menghimpun sejumlah logistik untuk disalurkan ke daerah bencana.
Komandan Satgas memerintahkan kepada Tim Dalpur yang berada di lokasi bencana
untuk menyiapkan tempat titik bekal ulang logistik atau droping zone dan mengirimkan titik kordinat nya.
Komandan Satgas juga memerintahkan
Komandan Unsur Angkut untuk pelaksanakan Operasi Angkutan Udara dengan
menerjunkan Container Delivery System
atau CDS dengan jenis payung G-12 D yang berisi logistik tepat ke daerah terdampak bencana.
Akan datang pesawat C-130 Herkules
dengan membawa beberapa perlengkapan CDS yang berisi pasokan logistik baik
dari pemerintah daerah maupun nasional.
Pesawat c-130 hercules ini dibuat di lockheed
aircraft corporation georgia. Pesawat ini memiliki kecepatan maksimum 230
knots (420 km/h) di 35,000 ft. Kecepatan jelajah 220 knots (420 km/h) dan
jangkauan 3,360 nm (6150 km).
Pada
kesempatan ini akan mendemonstrasikan cargo
drop yaitu container delivery
sistem. CDS
dirancang untuk menerjunkan paling banyak
sejumlah 16
container tunggal, dengan menggunakan teknik penerjunan berkecepatan
rendah atau low velocity dan berkecepatan
tinggi atau high velocity yang
lebih dikenal denga istilah HALO yaitu, High
Altitude Low Opening. Apabila menggunakan container ganda, maka
dapat diterjunkan dengan teknik high velocity.
Setiap
container CDS dirancang untuk membawa muatan dengan berat mulai 228 kg sampai
dengan 1000 kg.
Penerjunan logistik dilaksanakan dengan metode
penerjunan CDS dengan pesawat hercules dapat melaksakan
penerjunan sebanyak 16 container, dengan daya angkut masing cointainer
maksimum 1000 kg. Dapat disi dengan bahan makan, obat-obat dan kebutuhan dasar yang bisa
diterima dengan segera oleh
korban bencana alam.
Hadirin yang berbahagia, mari kita saksikan bersama di sebelah kiri
podium , terlihat Pintu belakang pesawat C-130 Hercules telah terbuka siap
menerjunkan 4 Bundle CDS , dan Droping.... Droping.... Goo...!!
1..,2..,3..,4....., dst, CDS
berhasil diterjunkan dari dalam pesawat Herkules.
Dapat kita saksikan bersama, satu persatu CDS telah mendarat dengan aman
di lokasi pendaratan. Tampak pula sejumlah pasukan yang berada di darat
bergegas untuk menerima bantuan logistik tersebut, agar dapat segera didistribusikan kepada
masyarakat yang membutuhkan di lokasi bencana.
1 CDS yang diterjunkan berisi 500 Kg beras dan 100 Kg Sembako, yang
berasal dari Pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Narasi Tambahan :
Penerjunan CDS dengan teknik high
velocity atau HALO biasanya dilaksanakan tanpa Center Line Restraine / CVR atau rel besi tempat CDS bergerak. CVR
bisa disusun untuk multiple airdrop (berangkai), dengan
atau tanpa CVR. Container-
container dilepas pada drop time oleh
suatu sistem pisau guillotine yang dipasang pada static line retriever, yang akan memutus aft restraint gate, sehingga
muatan bisa keluar dari pesawat oleh gaya
gravitasi.
Drop zone
minimum requirement. Penerjunan
dengan menggunakan media CDS membutuhkan
daerah pendaratan atau dropping zone cukup luas. Minimum luas drop zone yang dibutuhkan untuk penerjunan CDS dijelaskan
seperti dibawah ini :
Untuk ketinggian
penerjunan sampai dengan 600 ft di atas permukaan
tanah, dibutuhkan drop zone dengan panjang 366 mtr dan lebar 366 mtr.
|
Untuk setiap penambahan container dalam
multiple drop dibutuhkan penambahan
panjang drop zone 46 meter.
Hadirin yang kami hormati,
Disamping telah menerjun logistik
dengan teknik Container Delivery System,
Satuan Tugas Penanggulangan Bencana melanjutkan pengiriman logistik melalui
jalur udara ke lokasi-lokasi bencana yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan
darat, sesuai dengan koordinat droping
zone yang diberikan oleh Tim Dalpur yang berada di lokasi bencana.
Kali ini akan di demonstrasikan
proses pengiriman logistik dengan menggunakan teknik penerjunan Helibox.
Sejumlah helibox berisikan logistik yang dihimpun oleh pemerintah daerah Aceh dan Rakyat Indonesia, telah berada di
dalam cabin pesawat CN-295 TNI Angkatan Udara.
Pesawat Angkut yang memiliki home
base di Skadron Udara 2 ini sudah sangat teruji dalam melaksanakan Operasi
Angkutan Udara dalam rangka Penanggulangan Bencana.
Penerjunan helibox merupakan simulasi
distribusi logistik umum, dimana kali ini
akan dilaksanakan teknik penerjunan
sejumlah 28 helibox dengan berat tiap helibox 5-10 kg dari ketinggian 500 ft
di atas permukaan
tanah, dari udara ke darat
pada daerah yang terisolasi sehingga dibutuhkan kedisiplinan, ketepatan
sasaran, kejelian dan presisi waktu yang harus dimiliki oleh awak pesawat
terbang.
Dapat kita saksikan bersama, Pintu pesawat CN-295 Telah terbuka siap
menerjunkan 28 Helibox, dan Droping.... Droping.... Goo...!!
1..,2..,3..,4....., dst, helibox
berhasil diterjunkan.
Dapat kita saksikan bersama, satu persatu helibox telah duterjunkan dari
dalam pesawat CN-295. Tampak pula sejumlah pasukan yang berada di darat bersiap-siap
untuk menerima bantuan logistik tersebut,
agar dapat segera didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan
di lokasi bencana.
“Berikan tepuk tangan yang meriah kepada Flight Pesawat Angkut dari TNI
Angkatan Udara.”
|
Baik CDS maupun Helibox, seluruh nya diamankan oleh tim
penolong dari Tagana dan BPBA provinsi Aceh, untuk dapat didistribusikan ke
masyarakat yang terdampak bencana.
Hadirin
yang berbahagia.
Pendistribusian
logistik melalui jalur udara, selain dapat diterjunkan menggunakan teknik Cargo System Delivery dan Helibox, logistik juga dapat
dikirimkan dengan menggunakan teknik Cargo
Sling oleh pesawat Helikopter.
Disimulasikan,
diwilayah lokasi bencana lainnya membutuhkan bantuan logistik segera. Dampak
bencana alam yang cukup parah banyak merusak infrastruktur dan memutus
sejumlah akses jalan ke lokasi pemukiman warga.
Keterlambatan
pengiriman pertolongan dan bantuan logistik dapat berakibat fatal dan
memperburuk keadaan. Pada konsisi inilah kelebihan dari kekuatan udara dalam
mendukung Operasi Kendali Depan Penanggulangan Bencana sangat diperlukan.
Setelah
mendapat data ter-update dari tim Dalpur yang berada di lokasi bencana dan
didukung oleh pemerintah daerah dalam mengumpulkan logistik yang dibutuhkan
oleh korban bencana, seperti; makanan, obat-obatan, pakaian, selimut dan lain
sebagainya.
Kembali
Komandan Satgas memerintahkan Komandan Unsur Heli untuk menggerakan 1
Helikopter NAS 332 Superpuma guna mengirim kebutuhan logistik tersebut.
Dapat
kita saksikan dihadapan kita, 1 helikopter Superpuma yang berasal dari
Skadron Udara 6, bergerak dari apron bandara, persiapan untuk melaksanakan
cargo sling atau mengangkat beban dengan menggunakan tali dan jaring.
Sejumlah
logistik yang cukup banyak, dikemas sedemikian rupa sehingga aman dan tidak
rusak. Selanjutnya, seluruh logistik tersebut digabungkan di dalam
jaring yang nantinya jaring tersebut
di angkut oleh pesawat Helikopter dengan menggunakan teknik Cargo Sling.
Dengan menggunakan teknik ini, helikopter Caracal mampu memindahkan logistik
seberat 5 ton. Dan
dengan adanya teknik ini, helikopter Caracal mampu membawa barang-barang
dengan kapasitas lebih besar yang dikwatirkan tidak masuk ke dalam cabin
pesawat.
Secara perlahan helikopter Caracal berpindah dari
pick up point atau titik pengangkutan di apron bandara, menuju droping point
atau titik penurunan di atas palet
yang telah disiapkan. Sikap kehati-hatian ini bertujuan agar logistik tidak
rusak dan dapat sampai kepada masyarakat dengan kondisi utuh.
Pada proses penurunan beban logistik, kembali
pilot dipandu oleh Marshaller
untuk menempatkan Helikopter di posisi yang tepat. Marshaller tersebut
memberikan kode secara visual kepada pilot dengan cara menggerakan tangannya.
Hal ini bertujuan agar proses cargo sling dapat berlangsung dengan cepat dan
tepat, sesuai dengan tempat yang telah disiapkan.
Setelah
proses pemindahan logistik telah terlaksana dengan aman, barang-barang telah
diterima oleh tim penolong dari TNI Angkatan Udara, BPDB dan Tagana Provinsi
Aceh, untuk segera didistribusikan ke masyarakat.
Helikopter
Superpuma meninggalkan droping zone, untuk melanjutkan tugas penanggulangan
bencana.
|
“Berikan
tepuk tangan yang meriah kepada TNI Angkatan Udara.”
Bersamaan dengan terkirimnya seluruh bantuan logistik ke wilayah yang terdampak Bencana, maka berakhir pulalah seluruh rangkaian
Demonstrasi hari ini dalam rangka Latihan Operasi
gabungan TNI angkatan udara bersama lembaga pemerintah aceh.
Mengutip petikan kata dari presiden pertama indonesia, Bapak Ir. soekarno
“Kuasailah
udara untuk melaksanakan kehendak nasional karena kekuatan nasional di udara
adalah faktor yang menentukan dalam perang modern”
|
KAMI
SEGENAP PELAKSANA DEMONSTRASI MENGUCAPKAN TERIMA KASIH DAN SAMPAI JUMPA!!! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar