Rabu, 09 September 2020

NARASI DEMONSTRASI JALAK SAKTI 2020

  


Narasi ini dibuat oleh :

1.  Kapten Pnb Galung

2.  Lettu Nav Igi

3.  Letda Pnb Gilang

Narasi ini menggunakan referensi dari narasi-narasi yang pernah digunakan pada demo-demo udara sebelumnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan, megurangan dan penambahan kata-kata, mudah-mudah tidak mempengaruhi nilai subtansif dari kegiatan real yang dilaksanakan. Narasi ini murni digunakan untuk konsumsi demo yang bertujuan untuk menghibur dan memberikan pemahaman kepada seluruh audience.

Semoga bermanfaat.



Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Selamat datang Kami ucapkan di Lanud Sultan Iskandar Muda.

           Dalam rangka latihan Jalak Sakti Koops AU 1 dan Latihan Harda Maruta Paskhas TNI Angkatan Udara tahun 2020, prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dengan bangga mempersembahkan “Demonstrasi Operasi Udara Gabungan TNI Angkatan Udara dan Lembaga pemerintah.

Latihan ini dilaksanakan dalam rangka menyiapkan kekuatan yang ada, guna memproyeksikan penggunaan kekuatan ke daerah operasi yang bersifat taktis maupun strategis.

 Sehingga, diharapkan memiliki kemampuan dalam proses perencanaan, persiapan dan pelaksanaan operasi serta kesiagaan yang mampu menghadapi KONTIJENSI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

Demonstrasi gabungan kali ini, merupakan penampilan TNI Angkatan Udara beserta Basarnas, BPBA, PMI dan Kemenentrian Sosial Provinsi Aceh.


Hadirin yang kami hormati, mari kita saksikan bersama, Demonstrasi gabungan dari TNI Angkatan Udara!!


Hadirin yang berbahagia,

Mengawali demonstrasi kali ini, dapat kita saksikan bersama dilayar video tron, akan disimulasikan  Operasi Militer yang dilaksanakan oleh TNI Angkatan Udara.

  Video diputar.

Potensi sumber daya alam Indonesia yang sangat berlimpah, tidak jarang mengundang keinginan pihak asing untuk ikut mengeksploitasi secara ilegal, dan dengan sengaja merongrong kedamaian bumi nusantara.

Ditambah lagi dengan kondisi Pandemi Covid-19, semakin  memperlemah kondisi ibu pertiwi.

Namun bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang pantang menyerah. Tentara Nasional Indonesia bahu-membahu bersama rakyat, untuk bangkit dan terus maju.

Sementara itu, telah terjadi konflik perebutan wilayah di daerah perbatasan Indonesia. Memanfaat momentum yang ada, dengan menciptakan ancaman bersenjata, yang memiliki potensi mengganggu kedaulatan NKRI.

Presiden Republik Indonesia dengan tegas memerintahkan Panglima TNI untuk menumpas ancaman tersebut. Bersama Kepala Staf Angkatan Udara, segera membetuk Komando Gabungan, yang di dalam nya terdapat Komando Tugas Udara Gabungan yang dipimpin oleh Panglima Komando Operasi Udara 1 untuk melaksanakan tugas penindakan.

Berdasarkan informasi intelejen dari pasukan yang melaksanakan misi infiltrasi di daerah musuh, objek vital atau titik lemah musuh telah berhasil diidentifikasi dan diputuskan untuk dilaksanakan penghancuran.

Panglima Komando Tugas Udara Gabungan, memerintahkan kepada Komandan Satuan Tempur untuk melaksanakan Operasi Udara Serangan Strategis, dengan tujuan untuk menyerang dan menghancurkan sasaran-sasaran yang bernilai strategis, guna menetralisir kemampuan dan membatalkan niat musuh untuk berperang.   

Seluruh awak pesawat tempur TNI Angkatan Udara harus selalu siap-siaga, dan sewaktu-waktu dapat digerakkan dengan cepat untuk melaksanakan Operasi Militer Perang.

Diberangkatkanlah  pesawat tempur Hawk 100/200 yang berasal dari Skadron Udara 12 dan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang berasal dari Skadron Udara 16.

Didalam Operasi Udara ini, Pesawat Hawk 100/200 menggunakan persenjataan berjenis Bomb MK-81, dengan radius ledakan 1 Km. Dan Pesawat F-16 menggunakan persenjataan berjenis bom MK-12 dengan radius ledakan 1,5 Km.

Sasaran terlihat dan terkunci, Bom dilepaskan...., dan target  berhasil dihancurkan..!!

“Berikan tepuk tangan untuk Pesawat Hawk 100-200 TNI Angkatan Udara!!”

Target Hancur.

Telah kisa saksikan bersama, bahwa seluruh sasaran berhasil dihancurkan, sehingga kekuatan tempur lawan berhasil dilumpuhkan.


“Mission Complish, Return to Home Base”

Hadirin yang kami hormati.

 Sementara itu, wilayah udara di sekitar lokasi konflik bersenjata, sedang dalam pengawasan Satuan Radar. Disimulasikan bahwa sebuah titik tidak dikenal muncul dilayar radar. Dan segera dilaksanakan tahapan penanganan dari pesawat asing yang masuk ke wiliyah NKRI.

 Dapat kita saksikan di layar video Tron sebuah objek terbang yang tidak dikenal, mencoba memasuki  Air Defence Identificaiton Zone atau Wilayah Identifikasi Pertahanan Udara Indonesia. Hal ini berpotensi terjadinya pelanggaran wilayah udara dan mengancam kedaulatan NKRI.

 Ada beberapa tindakan sampai dengan pelaksanaan tugas penangkalan berupa; pengusiran, penghancuran ataupun pendaratan paksa yang dikenal dengan istilah  Force down, oleh pesawat tempur TNI Angkatan Udara.

 Video diputar.

 Dapat kita saksikan kembali di layar video tron, terlihat dengan jelas tahapan koordinasi yang dilaksanakan:

 - Dimulai dengan penyampaian informasi dari Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional 3, kepada Komandan Lanud Sultan Iskandar Muda, mengenai adanya pesawat asing yang tidak dikenal, serta perintah untuk melaksanakan pendaratan paksa atau Force down.

 - dilanjutkan dengan pelaporan ke komando atas, yaitu Komando Operasi Angkatan Udara 1, mengenai rencana Force down yang akan dilaksanakan di lanud Sultan Iskandar Muda-Aceh.

 - Tidak lupa Komandan Lanud berkordinasi dengan otoritas sipil dari pihak pengelola bandara dan Airnav yang mengatur lalu lintas udara  agar menyiapkan fasilitas bandara serta prioritas untuk melaksanakan pendaratan   dalam pelaksanakan Force down.

 Kemudian, koordinasi kepada satuan pengamanan yang dilaksanakan oleh Polisi militer  TNI Angkatan udara dan Pasukan Khas TNI Angkatan Udara untuk membantu menjaga keamanan pangkalan selama proses Force down dilaksanakan.

 PESAWAT TERLIHAT

 Dapat kita layangkan sejenak pandangan dari arah kanan atas hadirin sekalian, Terdapat Pesawat F-16 Melaksanakan pengawalan terhadap Pesawat Asing, Yang memasuki wilayah udara NKRI dan segera melaksanaan Forcedown.

 kerjasama dari seluruh komponen, baik militer maupun sipil sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan operasi udara ini, dimana muara nya adalah penegakkan kedaulatan Indonesia di udara.

  Ini lah dia, pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI Angkatan Udara...

 VIDEO TRON

 Dapat kita lihat kembali di layar Video Tron, Personil Lanud Sultan Iskandar muda, yang terdiri dari : Polisi Militer dan Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, Yang tergabung sebagi Tim pengaman Forcedown.

 Seluruhnya dengan sigap mengenakan perlengkapan dan segera meluncur ke lokasi Force down dengan menggunakan kendaraan taktis.

 Dengan perlengkapan khusus dan kewaspadaan yang tinggi, tim pengamanan segera mendekati pesawat asing yang telah di Force Down sesuai dengan tahapan prosedur pengamanan.

 

Video ini  juga mengilustrasikan kesiapsiagaan seluruh personel TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugasnya untuk menjaga dan menegakkan kedaulatan NKRI.

Hadirin yang berbahagia.

 Force down telah berhasil dilaksanakan, pesawat asing yang melanggar wilayah udara Republik Indonesia, telah mendarat dengan aman di pangkalan udara Sultan Iskandar Muda-Aceh.  Dan segera diarahkan menuju lokasi parkir yang telah disiapkan, dilanjutkan dengan prosedur penindakan Force down oleh tim pengaman dari lanud.

 Disaat tim penindak Force down dari lanuf melaksanakan tugasnya, diwaktu yang sama flight pesawat tempur F-16, yang telah selesai melaksanakan misi penangkalan, akan melintas kembali, sekaligus sebagai simbol bahwa Air Supremacy atau keunggulan udara berhasil dikuasai, sehingga wilayah udara indonesia sepenuhnya berada pada kendali TNI Angkatan Udara.

 Pesawat F-16 Fighting falcon yang akan melintas dihadapan hadirin seklian merupakan pesawat tempur yang di operasionalkan oleh Skadron udara 16.

 Marikan kita saksikan bersama, Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari TNI Angkatan Udara...............

 Dari arah depan, pesawat  F-16 Fighting falcon, persiapan melintas.

Falcon 1....    Falcon 2....

 “TNI Angkatan Udara, selalu siap sedia dalam menjaga kedaulatan NKRI

 ”berikan tepuk tangan yang meriah, kepada Flight pesawat tempur TNI Angkatan Udara!”.

 Setelah melintas, Flight pesawat tempur F-16 Fighting Falcon persiapan melaksanakan pendaratan di lanud Sultan Iskandar muda, persiapan melaksanakan tugas selanjutnya.

 Sesuai peraturan internasional, seluruh pesawat terbang yang akan masuk ke wilayah udara Indonesia wajib melengkapi administrasi berupa; Diplomatic Clearance dan Flight Security Clearance, sehingga pesawat tersebut ter  registrasi dan dapat dikenali oleh radar sipil maupun militer Indonesia. Namun apabila, ada pesawat asing yang tidak terdaftar masuk di wilayah Air Defence Identification Zone atau Wilayah Identifikasi Pertahanan Udara Indonesia, maka sebagai bentuk penegakkan kedaulatan wilayah udara Indonesia, TNI Angkatan Udara memberangkatkan pesawat-pesawat tempurnya untuk melaksanakan identifikasi secara visual terhadap pesawat asing tersebut. Setelah teridentifikasi, maka flight pesawat tempur TNI Angkata Udara bisa melaksanakan prosedur lanjutan berupa;  tindakan penghancuran, pengusiran, serta pendaratan paksa atau Force down.


Sampai dengan saat ini, TNI Angkatan Udara telah memiliki 2 Skadron Udara yang mengoperasionalkan pesawat F-16 Fighting Falcon.

Hadirin yang berbahagia.

 Berdasarkan Buku Prosedur Tetap pelaksankaan penindakan Force Down di pangkalan TNI Angkatan Udara. Pesawat asing tersebut, diberi kode nama pesawat “X”.

 Setelah pesawat X parkir dengan aman, maka pesawat X akan diperintahkan untuk mematikan mesinnya, dilanjutkan dengan proses Introgasi kepada Pilot pesawat yang bersangkutan.

             -Setelah pesawat X  parkir-

      Parking Master memberi isyarat untuk mematikan mesin pesawat.

Dilanjutkan Tim Pengamanan Paskhas melaksanakan penjagaan melingkar dengan sikap siaga dibekali dengan senjata yang mengarah pada pesawat, untuk menjaga kemungkinan yang tidak diharapkan pada jarak 15 m.

Selain itu Terdapat Kendaraan Taktis Pasukan khas  dengan Type Strada L-200 yang dimodifikasi khusus serta dipersenjatai GPMG Kaliber 7.62 mm,  yang di awaki oleh personil-personil Pasukan khas dengan kemampuan bertempur jarak dekat.

Kemudian terdapat Petugas Pasukan Pengaman Polisi Militer atau Pasukampom yang menempatkan diri sebagai petugas pos Titik dan Petugas Crash Team dan PK mendekat ke pesawat pada jarak 15 meter.

Terlihat Petugas penjinak bahan peledak mendekat ke pintu-pintu pesawat, disertai 1 (satu) anggota Paskampom dan juga Kendaraan personel dan barang bergerak menuju belakang pesawat pada jarak 15 meter.

             -Setelah mesin pesawat dimatikan dan pintu dibuka.-

Pasukan pengamanan memerintahkan Captain, Co Pilot dan penumpang segera turun, Paskampom mengawasi. Segera Tim Penjinak Bahan Peledak dan Paskampom masuk untuk mengamankan pesawat.

Apabila pesawat aman, Paskampom memberikan tanda ancungan ibu jari kepada jajaran Tim pengamanan yang dilanjutkan dengan memberi info kepada pesawat fighter untuk kembali berpatroli udara.

Petugas Paskampom mengadakan penggeledahan kepada awak pesawat dan   penumpang. Awak pesawat dibawa menuju ruang interogasi dengan dikawal oleh personel Pomau, kemudian penumpang dibawa menuju ruang yang telah ditentukan.

Paskampom, Intelijen mengadakan pemeriksaan pesawat, dokumen dan hal-hal yang mencurigakan untuk diamankan ditempat yang telah ditentukan. kemudian Petugas Satpomau, Paskhas, dan Intelijen mengamankan pesawat.

Hadirin yang berbahagia.

Dapat kita dengarkan pada dialog proses intrograsi.

Kita saksikan secara seksama, Tim interogator, mengadakan pemeriksaan terhadap awak pesawat dan penumpang. Kemampuan analisa dan komunikasi seorang integerator, sangatlah dibutuhkan untuk mengorek informasi dari awak dan penumpang pesawat asing tersebut.

Dari data dan informasi yang telah didapatkan, diketahui bahwa pilot pesawat asing tersebut menjelaskan tidak sadar telah memasuki wilayah udara NKRI sehingga tidak melaksanakan perizinan lintas udara. Dan juga diketahui beberapa informasi tambahan dimana nantinya informasi tersebut akan dijadikan acuan untuk tindakan-tindakan selanjutnya, seperti pelaksanaan procedure kesehatan covid-19. Dan juga tindakan lebih lanjut lainya.

 Disamping itu, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh tim penindak dari pangkalan. Selain memeriksa kesehatan fisik dan psikis seluruh awak dan penumpang pesawat. Anggota Operasi memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan operasi penerbangan. Dilanjutkan Anggota Intelijen memeriksa kaitannya dengan Intelijen Udara, Lambangja memeriksa kelaikan teknis pesawat serta Anggota Hukum memeriksa kaitannya dengan pelanggaran wilayah hukum Indonesia.

 

MENUNGGU F-16 PASSING DARI PODIUM

Pesawat F-16 Fighting falcon yang sedang melintas dihadapan hadirin seklian merupakan pesawat tempur yang di operasionalkan oleh Skadron udara 16.

Sampai dengan saat ini, TNI Angkatan Udara telah memiliki 2 Skadron Udara yang mengoperasionalkan pesawat F-16 Fighting Falcon.

 Republik Indonesia, disamping lokasi nya yang strategis, namun berada pada wilayah Cincin Api Pasific dan pertemuan dua lempeng tektonik dunia, sehingga memiliki potensi bencana alam yang sangat besar.  Letusan gunung berapi, gempa bumi, bahkan tsunami mengancam penduduk Indonesia terutama masyarakat Aceh.

 Ditengah-tengah pelaksanaan Operasi Militer Perang, Indonesia kembali dicoba dengan bencana alam yang datang secara tiba-tiba. Tanpa kenal menyerah, TNI Angkatan Udara merubah manuver operasi udara nya, menyesuiakan terhadap ancaman bencana alam yang terjadi.

Treatikal main.

Terdengar suara sirine peringatan bencana alam. Disimulasikan telah terjadi bencana Tsunami di wilayah provinsi Aceh. Tampak sejumlah warga yang panik berlarian mencari tempat perlindungan. Penderitaan masyarakat akibat bencana sangat lah besar, tidak terhitung korban jiwa dan materil yang dapat terjadi apabila pemerintah daerah  terlambat mengambil tindakan.

Pemerintah daerah harus turun tangan langsung memberikan bantuan dan memimpin proses penanggulangan bencana. Dan sampai pada akhirnya, mengumumkan bahwa telah terjadi bencana skala nasional dan meminta kepada pemerintah pusat untuk memberikan bantuan.

Presiden Republik Indonesia kembali memerintahkan Panglima TNI segera memberikan bantuan. Bersama dengan kepala Staf Angkatan Udara, dengan cepat menggerakkan jajaran dibawahnya, yaitu Koopsau 1.

Maka Pangkoops AU 1 segera membentuk Satuan Tugas untuk melaksanakan Operasi Pengendali Depan Penanggulangan Bencana untuk daerah provinsi Aceh. Dan untuk mendapatkan info terkini,

Diperintahkan kepada Komandan Satuan Intai agar memberangkatkan 1 buah pesawat CN-295 untuk melaksanakan operasi Photo Udara, guna mendapatkan informasi ter update pasca bencana.


Hadirin yang kami hormati,

sesaat lagi akan melintas dihadapan kita, terbang pada ketinggian 2.000 kaki diatas permukaan laut, Pesawat CN-295 dari Skadron Udara 2. Melaksanakan Pengamatan dan Photo Udara, untuk mengambil data wilayah yang terdampak bencana.

Dapat kita saksikan di layar video tron, simulasi photo dan video daerah yang terdampak bencana alam Tsunami.

Data-data tersebut dapat dikirimkan secara langsung atau real time kepada Satgas penanggulangan bencana, untuk dianalisa dan dijadikan sebagai dasar pelaksanaan operasi penanggulangan bencana selanjutnya.

Datang dari arah kanan kita, Pesawat CN-295 melintas dihadapan hadirin sekalian untuk melaksanakan photo udara.


Kerusakan yang diakibatkan oleh bencana Tsunami sangatlah besar, banyak akses jalan yang terputus mengakibatkan lokasi pemukiman warga menjadi terisolasi. Perkantoran dan perumahan warga luluh lantak akibat terjangan ombak besar Tsunami, tidak terhitung masyarakat yang menjadi korban. Pertolongan bencana harus segera dilaksanakan, agar konsisi tidak semakin memburuk.


Hadirin yang berbahagia,

Berbekal informasi awal dari pesawat CN-295, maka Satgas Penanggulangan Bencana melanjutkan tahapan operasinya. Disimulasikan bahwa daerah terdampak bencana yang terisolasi membutuhkan bantuan segera. Maka diterjunkanlah pasukan khusus dari Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, guna melaksanakan assessment atau penilaian langsung terhadap lokasi terdampak bencana, sekaligus melaksanakan konsolidasi dengan pemerintah atau lembaga daerah yang berada di lokasi bencana.

Tim khusus ini adalah tim pengendali tempur Pasukan Khas TNI AU, yang pada operasi militer perang merupakan unit tempur khusus matra udara yang mampu melaksanakan infiltrasi melalui trimedia (darat, laut dan udara), untuk mendapatkan data musuh dan kondisi medan peperangan, guna kepentingan operasi selanjutnya.

Seluruh personil Tim Dalpur akan diterjunkan langsung dari  pesawat CN-295  yang berasal dari Skadron Udara 2,  dari ketinggian 6.000 kaki Above Ground Level atau di atas permukaan tanah.

Mari layangkan pandangan anda ke arah kanan podium, pesawat CN-295, bersiap untuk melintas. Tim Dalpur, telah siap melaksanakan penerjunan!

Pintu belakang pesawat telah terbuka, tepat di atas droping zone, dan PASUKAN DITERJUNKAN....!!

Dapat kita saksikan bersama satu per satu parasut mengembang dengan sempurna.

Seluruh peterjun telah melayang di udara. Pasukan Dalpur dikomandoi oleh seorang Komandan Tim yang merupakan perwira Pasukan Khas TNI Angkatan Udara

Dengan memanfaatkan datangnya arah angin, tim Dalpur bersiap untuk melaksanakan pendaratan. Komandan Tim Dalpur, memimpin pelaksanaan penerjunan sampai dengan mendarat di sasaran.

Keseluruhan tim Dalpur yang diterjunkan akan bekerjasama dengan ketat dan bahu-membahu dalam mendukung pelaksanaan Operasi Kendali Depan Penanggulangan Bencana.

Warna jingga sebagai ciri khas Pasukan khas TNI Angkatan Udara terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar merekah di langit serambi mekah. Dengan motto “Karmanye Vadikarasate Mafalesu Kadatjana”, mereka bekerja tanpa menghitung untung dan rugi.., Bravo Pasukan Khas Angkatan Udara...!!!

Sepak terjang Paskhas sudah dimulai sejak era perang kemerdekaan, berbagai misi sudah pernah diemban oleh pasukan matra udara ini. Terjun payung merupakan salah satu keahlian utama Paskhas untuk menguasai dan mengoperasikan pangkalan udara yang berhasil direbut.

Tim Pengendali Tempur memiliki tugas dan fungsi yang sangat menentukan bagi kelanjutan dalam keberhasilan operasi-operasi selanjutnya, tugas tersebut meliputi mencari, menyiapkan Dropping Zone, Landing Zone dan Extraction Zone serta mengendalikan pesawat udara yang melaksanakan misi penerjunan.

Tim Dalpur dikenal sebagai tim elit Paskhas. Pada operasi militer perang,  Mereka diterjunkan sebagai pasukan pendahulu sebelum serangan. Menyusup ke wilayah musuh dan mengumpulkan data intelijen.

Seluruh prajurit yang terpilih untuk tergabung dalam Tim Dalpur memiliki berbagai kualifikasi khusus seperti para lanjut tempur, komando, pengendali tempur, selam, controller, meteo, komunikasi, kesehatan dan Zeni lapangan serta berbagai kualifikasi khusus lainnya.

husus untuk Operasi pengendali depan penanggulangan bencana, ada beberapa kemampuan yang dimiliki oleh Tim Dalpur Paskhas antar lain:

1. Mampu masuk kedaerah operasi melalui darat, udara dan air sesuai situasi dan kondisi bencana yang dihadapi.

2. Memberikan data assagement didaerah terdapat bencana secara akurat.

3. Mampu untuk mengarahkan pesawat menuju sasaran.

4.  Berkualifikasimelakukan observasi dan memberikan data cuaca.

5. Melaksanakan prosedur komunikasi baik melalui radio maupun dengan isyarat.

6. Berkualifikasi melaksanakan pertolongan dan evakuasi medis secara terbatas.
7. Mampu untuk memilih, menentukan dan menyiapkan serta mengamankan Dropping Zone,
dan Landing Zone, untuk dukungan logistic.
8. Melaksanakan Zeni lapangan secara terbatas.

 Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat KorpaskhasauPaskhas TNI AU atau sebutan lainnya Baret Jingga),

merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat. Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.

 Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya. yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI.

 Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.

 Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.

 Peterjun berhasil Mendarat.

 ”berikan tepuk tangan yang meriah kepada tim Dalpur dari Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara!”.

 Satu per satu pasukan penerjun telah mendarat di titik pendaratan yang telah ditentukan, dan segera melaksanakan proses assessment terhadap wilayah yang terdampak bencana, serta konsolidasi dengan pemerintah setempat.

 Tanpa memerlukan waktu lama, Tim Dalpur segera memberikan laporan hasil assessment nya kepada Satgas Penanggulangan Bencana melalui radio komunikasi lapangan.

 TIM MELAKSANAKAN LAPORAN.

 ( Dari Informasi yang di terima melalui laporan salah satu prajurit paskhas, Bayak korban bencana alam yang mengalami luka serius dan harus segera mendapatkan pertolongan medis.

 Di satu sisi,  Terdapat kerusakan yang terjadi di beberapa infrastruktur yang di akibatkan oleh bencana alam yang tentunya menghalangi akses transportasi darat pada bencana,


Oleh karena itu Prajurit paskhas melaporkan bahwa dibutuhkan segera Bantuan medis dan evakuasi dari Udara untuk menyelamatkan beberapa korban yang mengalami luka serius dan pengiriman bantuan logistik dari Udara)


Hadirin yang kami hormati,

Berdasarkan hasil penilaian langsung di lokasi bencana, maka Satgas Penanggulangan Bencana memerintahkan Tim Dalpur untuk meyiapkan  Dropping zone atau lokasi pendaratan darurat yang cukup untuk didarati oleh pasukan tambahan guna memperkuat tumpuan Tim yang berada di daerah bencana. Pasukan tambahan ini juga memiliki kemampuan Zeni lapangan untuk melaksanakan Operasi Rekonstruksi Pangkalan Udara, dengan memperbaiki landasan pacu yang rusak akibat bencana, sehingga landasan tersebut mampu untuk di darati kembali oleh pesawat udara guna menyalurkan bantuan logistik secara terpadu.

Satgas kembali menggerakan dua pesawat CN-295 untuk melaksanakan penerjunan Statik prajurit-prajurit Pasukan Khas Angkatan Udara. Keseluruhan prajurit Wing 3 Paskhas yang diterjunkan telah dibekali oleh perlengkapan lapangan yang akan digunakan untuk memperbaiki landasan pacu dan infrastruktur umum  di lokasi bencana.

·                     2 Pesawat CN-295 saat ini telah mendekat untuk melaksanakan penerjunan statik prajurit-prajurit Paskhas. Penerjunan ini tergabung dalam Operasi Pengendali Depan Penanggulangan Bencana, yang merupakan kemampuan khas yang dimiliki oleh prajurit Korpaskhas TNI Angkatan Udara.

(Mulai Terjun)

Pintu kiri pesawat pertama dan pintu kanan pesawat kedua telah terbuka...., berada tepat di atas sasaran, dan GO...GO...GO...!! Pasukan diterjunkan....

·                     Tampak para peterjun telah keluar melalui pintu kiri dan kanan pesawat dan terlihat parasut telah mengembang dengan sempurna.

·                     Dengan ketinggian 1000 kaki, Satuan Tempur dari Wing 3 Paskhas ini hanya membutuhkan waktu melayang di udara kurang dari 40 detik.

Pada Operasi Militer Perang, terjun statik ini dilaksanakan untuk kegiatan Operasi Perebutan dan Pengoperasian Pangkalan Udara, dan bisa menerjunkan puluhan bahkan sampai ratusan prajurit payung Angkatan Udara. Cepat dan tepatnya waktu yang dibutuhkan oleh peterjun untuk mendarat,  sangat menunjang keberhasilan operasi tempur, karena kecepatan dan ketepatan memasuki sasaran akan menimbulkan unsur pendadakan dan ketidaksiapan bagi musuh.

Pasukan bantuan yang diterjunkan pada operasi kali ini, dipimpin oleh perwira Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, sebagai komandan Tim Penerjunan.

(Mendarat)

·                     Satu per satu peterjun melaksanakan prosedur pendaratan, dengan kaki rapat dan kepala simpan, peterjun mendarat menyesuaikan medan yang ada.

·                     Kurang dari 2 menit, seluruh prajurit Paskhas yang tergabung dalam operasi ini sudah berada di lokasi bencana. Selanjutnya komandan tim melaksanakan konsolidasi singkat dengan tim Dalpur yang sudah berada di lapangan, untuk langkah berikutnya.


”berikan tepuk tangan yang meriah kepada tim Penerjun dari Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara!”.


Hadirin yang kami hormati.

Dapat disaksikan tepat di hadapan kita, pasukan telah selesai membereskan parasut, setelah melaksanakan penerjunan, dengan sigap segera merapat ke desa yang terdampak bencana dan segera memberikan pertolongan kepada masyarakat.

Bantuan yang disalurkan berasal dari pemerintah daerah, pemerintah pusat dan juga segenap komponen masyarakat. Proses penyaluran bantuan yang cepat dan tepat sangat lah dibutuhkan guna meredam dampak bencana yang semakin membesar.

Satu demi satu prajurit TNI Angkatan Udara memberikan bantuan kepada masyarakat Aceh. Setiap detik menjadi sangat berarti dalam pelaksanaan Operasi Penanggulangan Bencana ini.

Disamping itu, sebagian dari prajurit Paskhas sedang berusaha keras melaksanakan rekonstruksi landasan pacu, agar dapat segera didarati oleh pesawat udara.

Sekali lagi, kita saksikan kekompakan dan kerjasama yang baik antara Prajurit TNI Angkatan Udara dengan Komponen penanggulangan bencana alam. Dimana dalam sinergitas yang berlangsung secara baik. Satu per satu korban dapat di evakuasi dan segera mendapatkan pertolongan medis.

BASARNAS, adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (Search And Rescue/SAR).

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.[1]

PMI selalu mempunyai tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 34 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia

Taruna Siaga Bencana, selanjutnya disingkat TAGANA adalah relawan sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial yang berasal dari masyarakat dan memiliki kepedulian serta aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.

Pada tahun 2002, TAGANA dibentuk atas menyikapi rancangan bangun sistem penanggulangan bencana berbasis masyarakat dan Pertemuan di Lembang pelopor Tagana menghasilkan “deklarasi” 25 Maret 2004.

BPBA adalah suatu kerja perangkat Aceh yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka penanggulangan bencana di Aceh. BPBA dengan segala kerterbatasan kapasitasnya mulai sejak terbentuk pada tanggal 22 Juni 2010, telah berupaya secara maksimal untuk melakukan tugas pokok dan fungsi dalam menyelenggarakan pelayanan penanggulangan bencana.


Hadirin yang berbahagia,

Prajurit Paskhas yang berada di lokasi bencana telah berhasil melaksanakan Operasi Rekonstruksi Pangkalan Udara, sehingga landasan pacu bisa digunakan kembali secara terbatas, dan segera melaporkan ke Komando Atas.

Tanpa menunggu lama, Komandan Satgas segera menggerakan 1 pesawat C-130 Hercules untuk melaksanakan Operasi Angkutan Udara dengan membawa sejumlah logistik yang telah dikumpulkan dari Pemerintah maupun sumbangan masyarakat, logistik akan dikirimkan dengan cara air landed.

Teknik Air Landed, yaitu teknik mendaratkan pesawat pada jarak landing roll yang minimum, untuk selenjutnya pesawat berhenti dan mengeluarkan personel dan logistik.

Pada kesempatan kali ini pesawat C-130 hercules akan melaksanakan Air Landed dengan disimulasikan membawa kendaran taktis, ambulance dan sepeda motor yang sangat dibutuhkan dalam penanggulangan Bencana.

Pada Operasi Militer Perang, Air Landed biasa digunakan untuk mendaratkan personel pasukan maupun kendaraan tempur yang dibutuhkan dalam memperkuat pasukan yang telah mendarat terlebih dahulu. Daya angkut pesawat C-130 hercules dapat dioptimalkan guna membawa alutsista pertahanan udara seperti rudal dan senjata penangkis serangan udara guna mempertahankan pangkalan udara dari serangan udara musuh.

Hadirin yang berbahagia marilah kita arahkan pandangan ke kanan podium, terlihat pesawat C-130 hercules akan melaksanakan Air Landed.

Rantis Exit.

Selanjutnya mari kita saksikan setelah pesawat berhenti dan membuka ram door atau pintu belakang pesawat secara perlahan, maka akan keluar kendaraan taktis satu persatu dengan cepat.

Seluruh kendaraan taktis telah berhasil keluar dengan aman, terdiri dari : .1 unit mobil Rescue box Basarnas, 1 unit mobil ambulance PMI, 2 Unit Motor Trailll Basarnas, 1 Unit motor Traill BPBA, 1 Unit Motor Trail TAGANA, dan 2 motor Trail Paskhas.

Seluruhnya langsung bergerak ke wilayah yang terdampak bencana.

Herky persiapan T/O.

Setelah load dinyatakan clear maka pesawat akan berputar balik di ujung landasan, persiapan untuk segera kembali take off sesuai dengan arahan dari tim Dalpur yang telah hadir di landasan pacu sebelumnya


Airlanded selesai, C-130 Hercules, take off.... take off...Go....!!


Hadirin yang berbahagia.

Tepat berada di hadapan hadirin sekalian, terdapat beberapa Kendaraan taktis yang terdiri dari : Rescue Box, Ambulance dan Motorcycle yang sedang ber Manuver, dimana dalam simulasi kali ini terdapat beberapa pasukan yang sedang mengevakuasi dan memberikan pertolongan dengan cepat kepada beberapa korban yang terjebak di dalam bencana tersebut.

Disusulnya aksi tersebut, Tim Penanggulangan Bencana TNI Angkatan Udara  mendapat bantuan tenaga dari Tim penolong yang berasal dari : BPBA, PMI, dan TAGANA provinsi Aceh.

Kendaraan Basarnas dan PMI menuju sasaran.

Dapat kita saksikan bersama di sebelah kiri kita. Aksi dari kendaraan Rescue Box Basarnas sedang membongkar mobil untuk mengevakuasi korban yang terjepit dan tidak bisa keluar.

Sementara itu, di sebelah kanan kita. Terdapat Mobil Ambulance PMI yang telah siap siaga memberikan pertolongan kepada Korban bencana, agar segera mendapatkan perawatan medis. Selanjutnya mobil Ambulance membawa korban ke posko Medis terdekat.

Simulasi ini dilaksanakan untuk dapat mengkoordinasikan satuan pelaksana penyelamatan manusia hingga perwatan. Sehingga korban yang memerlukan bantuan atau penanganan yang scepat dapat sesegera mungkin untuk di evakuasi serta menjalani perawatan lebih lanjut.

Disamping itu, terdapat juga tim penolong dari BPBA dan Tagana Provinsi Aceh, ikut memberikan bantuan kepada warga yang terdampak bencana.

Dari penampilan simulasi ini dapat terlihat kolaborasi, sinergi serta kerjasama tim yang baik antara TNI dan lembaga pemerintah dalam melaksanakan misi pertolongan terhadap korban bencana alam.

Hal ini menunjukan bahwa solidaritas dan kekompakan merupakan kunci dari berhasilnya sebuah misi atau tujuan apabila dilaksanakan dengan baik bersama-sama.








“Berikan tepuk tangan yang meriah kepada Basarnas, BPBA, PMI dan TAGANA Provinsi Aceh.”


Hadirin yang berbahagia.

Berdasarkan info dari Pemerintah daerah, terdapat beberapa warga terjebak  di lokasi bencana dan membutuhkan pertolongan segera. Bertindak dengan cepat, tim Dalpur segera meneruskan informasi tersebut kepada Komandan Satgas dan meminta bantuan 1 helikopter untuk melaksanakan pertolongan. Mengetahui hal tersebut, Komandan Satgas memerintahkan Komandan Satuan Heli untuk menyiapkan dan memberangkatkan pesawatnya.

Segera diberangkatkan 1 helikopter full combat SAR EC-725 Caracal ke lokasi warga yang terjebak bencana. Helikopter dilengkapi oleh satu tim Paskhas yang berkemampuan Search and Resque atau SAR, siap untuk melaksanakan penyelamatan korban bencana.

Disimulasikan bahwa lokasi warga yang terjebak ternyata tidak mampu didarati oleh helikopter secara langsung, dikarenakan kondisi medan yang cukup berbahaya dan tidak memiliki lahan terbuka untuk pendaratan helikopter. Mengetahui hal tersebut dan ditambah dengan informasi dari tim Dalpur yang berada di lokasi bencana, maka Captain Pilot helikopter Caracal menutuskan untuk melaksanakan proses penyelamatan dengan cara Rapelling.

Teknik  Rapelling adalah suatu manuver pesawat dalam kegiatan operasi dengan cara dropping pasukan menggunakan tali khusus pada tempat yang dikehendaki dimana pesawat tidak bisa mendarat. Dropping dilaksanakan dalam jangka waktu yang relatif singkat, secara aman dan lancar. Teknik  Rapelling ini merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh Pasukan Khas TNI Angkatan Udara.

Tali khusus  Rapelling mempunyai kemampuan menahan beban lebih kurang 300 kg, dengan panjang tali lebih kurang 33 meter atau 100 feet.

Helikopter Caracal dapat melaksanakan  Rapelling pada kedua sisi pintu pesawat dengan melaksanakan  hover atau terbang tetap pada ketinggian 70 feet di atas permukaan tanah.   Diharapkan dengan teknik ini pasukan pengaman dapat dengan cepat diturunkan untuk segera melaksanakan pertolongan kepada warga yang terjebak di lokasi bencana.

Satu-persatu prajurit pasukan khas TNI Angakatan Udara keluar dari Helikopter Caracal dengan cara  Rapelling , dan  berhasil mendarat dengan aman dipermukaan. Dengan segera prajurit-prajurit tersebut melaksanakan penyelamatan korban bencana.


Setelah seluruh prajurit keluar dari pesawat, maka helikopter Caracal melaksanakan take off kembali guna melanjutkan operasi Penanggulangan Bencana.


Hadirin yang kami hormati,

Setelah memalui proses yang tidak mudah, akhirnya Prajurit TNI Angkatan Udara berhasil melaksanakan penyelamaatan beberapa korban bencana, namun dihadapkan dengan kondisi medan yang porak poranda akibat bencana, menyebabkan evakuasi korban melalui jalan darat tidaklah memungkinkan. Dan satu-satunya jalur yang bisa ditempuh adalah melalui jalur udara.

Mengetahui hal tersebut, Tim Dalpur yang tergabung dalam Operasi Kendali Depan Penanggulangan Bencana, segera melaporkan kondisi tersebut kepada Komando Atas.

Komandan Satgas dengan sigap merespon informasi dari pasukan yang berada di lokasi bencana, dengan berkoordinasi dengan satuan Basarnas yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Bencana. Maka diputuskanlah untuk memberangkatkan 1 helikopter Basarnas untuk melaksanakan operasi penyelamatan korban bencana.

Dengan dipandu oleh Tim Dalpur, akhirnya helikopter Basarnas yang diawaki oleh pilot-pilot handal TNI Angkatan Udara sampai di lokasi bencana. Sesuai dengan laporan awal dari Tim Dalpur dan melihat langsung kondisi medan yang sebenarnya, maka Captain Pilot mengambil keputusan untuk melaksanakan penyelamatan korban dengan menggunakan teknik Hoisting.

Hoisting adalah suatu manuver helikopter untuk mengambil personil atau barang dengan menggunakan peralatan hoist tanpa harus mendaratkan pesawat dengan cara melaksanakan  hover atau terbang tetap pada ketinggian 70 feet agl.  Tali khusus hoist mempunyai kemampuan menahan beban kurang lebih 272 kg, dengan panjang tali kurang lebih 75 meter atau 225 feet. Perlengkapan Hoist ini merupakan perlengkapan standar yang wajib dimiliki oleh pesawat Helikopter berkemampuan Search and Resque. Setelah melaksanakan hoisting pesawat akan menuju ke daerah aman untuk melaksanakan pertolongan bagi korban bencana.

Setelah tali hoist sampai dipermukaan dan diterima oleh pasukan penolong yang ada dibawah, maka korban bencana yang membutuhkan pertolongan segera, dirapatkan ke tali hoist tersebut. Teknik hoist bisa menggunakan tandu atau blanchar, jangkar dan juga Resque Net, menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Khusus untuk kali ini, perlengkapan yang digunakan adalah Jangkar dan korban diangkat dengan cara Tandem.

“Berikan tepuk tangan yang meriah, kepada Badan Sar Nasional Indonesia.”

 orban sudah terhubung dengan tali hoist, setelah dinyatakan siap oleh pasukan yang ada di permukaan, maka tali hoist akan ditarik ke atas secara perlahan sampai dengan merapat ke helikopter


Setelah kondisi helikopter siap, selanjutnya helikopter Basarnas melaksanakan take off kembali guna membawa korban ke lokasi yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan.

 

Hadirin yang berbahagia,

Sementara itu, dibagian lokasi bencana lainnya, dilaporkan oleh warga setempat bahwa terdapat korban bencana yang mengalami kondisi kritis dan memerlukan penanganan medis segera. Mengetahui hal tersebut, melalui jaring komunikasi dan komando pasukan yang sudah berada di lokasi bencana, segera melaporkan kondisi tersebut kepada Komando Atas. Kecepatan dan ketepatan informasi memegang peranan penting  dalam setiap pelaksanaan operasi militer.

Menindak lanjuti informasi tersebut, Komandan Satgas segera mengecek kesiapan unsur yang berada di bawah jajarannya. Dan memutuskan memberangkatkan 1 helikopter untuk  melaksanakan Operasi Evakuasi Medis Udara.

Berbekal informasi dari Tim Dalpur, helikopter Caracal berangkat menuju lokasi penjemputan korban bencana yang telah ditentukan. Kondisi korban telah mendapatkan perawatan pertama oleh prajurit Paskhas yang memiliki kemampuan medis, sebelum dipindahkan ke helikopter medis.

Lokasi pendaratan helikopter telah disiapkan terlebih dahulu oleh prajurit Paskhas yang berada di lapangan, dengan memastikan bahwa  lokasi tersebut aman untuk didarati dan mampu diakses oleh pasukan yang membawa korban bencana.

Sebelum melaksanakan pendaratan, helikopter akan mensurvei terlebih dahulu kondisi lokasi pendaratan melalui udara sesuai dengan prosedur nya. Sampai akhirnya, helikopter dapat mendekat ke lokasi pendaratan secara perlahan sampai dengan mendarat dengan aman.

Dengan sigap, awak pesawat keluar dari pesawat dan memberikan petunjuk untuk mendekat ke pesawat dengan aman kepada pasukan yang membawa korban bencana. Secara perlahan namun pasti, korban berhasil dipindahkan ke dalam helikopter. Nampak pasukan kembali menjauhi helikopter menuju lokasi yang aman.

Helikopter berkemampuan medis ini dilengkapi dengan alat-alat menunjang kehidupan yang sewaktu-waktu dapat digunakan selama proses pemindahan korban dari lokasi bencana menuju lokasi yang memilki fasilitas tenaga dan perlengkapan medis yang lebih memadai.

Kecepatan waktu pemindahan korban dari lokasi bencana sangat menentukan persentasi keberhasilan dalam menyelamatkan korban bencana. Oleh karena itu, pemindahan korban dengan menggunakan helikopter merupakan pilihan yang sangat tepat.

Setelah kondisi helikopter siap, selanjutnya helikopter melaksanakan take off kembali guna membawa korban ke lokasi yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan segera.

 

“Berikan tepuk tangan yang meriah kepada Flight Helikopter TNI Angkatan Udara.”

Dapat kita saksikan tepat berada hadapan hadirin sekalian, dua unit kendaraan yang disimulasikan mencoba memasuki daerah bencana melalui jalur darat. Kendaraan ini merupakan kendaraan Commando Mobile dan HF, dimana dua kendaraan tersebut memiliki fungsi untuk menggelar perlengkapan komunikasi kepada pesawat bantuan dan juga membantu melancarkan proses bantuan dari udara terhadap korban yang berada di daerah bencana.

 

Hadirin yang berbahagia,

Sejumlah operasi penyelamatan korban bencana telah diperagakan oleh Satgas Penanggulangan Bencana, mulai dari teknik Fast Rope, Hoisting sampai dengan Evakuasi Medis Udara.

Sementara itu, di lokasi bencana lainnya stock persediaan pangan semakin menipis, akses jalan untuk suplai logistik pun banyak yang terputus akibat bencana alam. Dikwatirkan akan terjadi kerusuhuhan, apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan baik.

Mengetahui hal tersebut pemerintah lokal meminta bantuan kepada pasukan Satgas yang berada di wilayah bencana, untuk memberikan dukungan logistik melalui jalur udara.

Pasukan yang berada di wilayah bencana segera melaporkan hal tersebut kepada Komando Atas. Satgas Penanggulangan Bencana bekerjasama dengan pemerintah provinsi Aceh dan Kementrian Sosial berhasil menghimpun sejumlah logistik untuk disalurkan ke daerah bencana. Komandan Satgas memerintahkan kepada Tim Dalpur yang berada di lokasi bencana untuk menyiapkan tempat titik bekal ulang logistik atau droping zone dan mengirimkan titik kordinat nya.

Komandan Satgas juga memerintahkan Komandan Unsur Angkut untuk pelaksanakan Operasi Angkutan Udara dengan menerjunkan Container Delivery System atau CDS dengan jenis payung G-12 D yang berisi logistik tepat ke daerah  terdampak bencana.

Akan datang pesawat C-130 Herkules dengan membawa beberapa perlengkapan CDS yang berisi pasokan logistik baik dari pemerintah daerah maupun nasional.

Pesawat c-130 hercules ini dibuat di lockheed aircraft corporation georgia. Pesawat ini memiliki kecepatan maksimum 230 knots (420 km/h) di 35,000 ft. Kecepatan jelajah 220 knots (420 km/h) dan jangkauan 3,360 nm (6150 km).

Pada kesempatan ini akan mendemonstrasikan cargo drop yaitu container delivery sistem. CDS    dirancang untuk menerjunkan   paling  banyak   sejumlah 16   container tunggal,  dengan menggunakan teknik penerjunan berkecepatan rendah atau low velocity dan berkecepatan tinggi atau high velocity yang lebih dikenal denga istilah HALO yaitu, High Altitude Low Opening. Apabila menggunakan container  ganda, maka dapat diterjunkan dengan  teknik high velocity

Setiap container CDS dirancang untuk membawa muatan dengan berat mulai 228 kg sampai dengan 1000 kg.

Penerjunan logistik dilaksanakan dengan metode penerjunan CDS dengan pesawat hercules dapat melaksakan penerjunan sebanyak 16 container, dengan daya angkut masing cointainer maksimum 1000 kg. Dapat disi dengan bahan makan, obat-obat dan kebutuhan dasar yang bisa diterima dengan segera oleh korban bencana alam.

Hadirin yang berbahagia, mari kita saksikan bersama di sebelah kiri podium , terlihat Pintu belakang pesawat C-130 Hercules telah terbuka siap menerjunkan 4 Bundle CDS , dan Droping.... Droping.... Goo...!!

1..,2..,3..,4....., dst,     CDS berhasil diterjunkan dari dalam pesawat Herkules.

Dapat kita saksikan bersama, satu persatu CDS telah mendarat dengan aman di lokasi pendaratan. Tampak pula sejumlah pasukan yang berada di darat bergegas untuk menerima bantuan logistik tersebut,  agar dapat segera didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di lokasi bencana.

1 CDS yang diterjunkan berisi 500 Kg beras dan 100 Kg Sembako, yang berasal dari Pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Narasi Tambahan :

Penerjunan CDS dengan teknik high velocity atau HALO biasanya dilaksanakan tanpa Center Line Restraine / CVR atau rel besi tempat CDS bergerak. CVR bisa disusun  untuk  multiple airdrop (berangkai), dengan  atau  tanpa CVR.  Container- container dilepas pada drop time oleh suatu sistem pisau guillotine yang dipasang pada static line retriever, yang  akan  memutus aft restraint gate, sehingga  muatan  bisa keluar  dari  pesawat  oleh gaya  gravitasi.

Drop zone minimum requirement.        Penerjunan dengan menggunakan media CDS membutuhkan  daerah pendaratan atau dropping zone cukup luas.  Minimum luas drop zone yang dibutuhkan untuk penerjunan CDS dijelaskan seperti dibawah ini :

Untuk ketinggian penerjunan sampai dengan 600 ft di atas permukaan tanah, dibutuhkan drop zone dengan panjang  366 mtr dan lebar 366 mtr.

Untuk setiap penambahan container dalam multiple drop dibutuhkan penambahan panjang drop zone 46 meter.

Hadirin yang kami hormati,

Disamping telah menerjun logistik dengan teknik Container Delivery System, Satuan Tugas Penanggulangan Bencana melanjutkan pengiriman logistik melalui jalur udara ke lokasi-lokasi bencana yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan darat, sesuai dengan koordinat droping zone yang diberikan oleh Tim Dalpur yang berada di lokasi bencana.

Kali ini akan di demonstrasikan proses pengiriman logistik dengan menggunakan teknik penerjunan Helibox. Sejumlah helibox berisikan logistik yang dihimpun oleh pemerintah daerah  Aceh dan Rakyat Indonesia, telah berada di dalam cabin pesawat CN-295 TNI Angkatan Udara.

Pesawat Angkut yang memiliki home base di Skadron Udara 2 ini sudah sangat teruji dalam melaksanakan Operasi Angkutan Udara dalam rangka Penanggulangan Bencana.

Penerjunan helibox merupakan simulasi distribusi logistik umum, dimana kali ini akan dilaksanakan teknik  penerjunan sejumlah 28 helibox dengan berat tiap helibox 5-10 kg dari ketinggian 500 ft di atas permukaan tanah, dari udara ke darat pada daerah yang terisolasi sehingga dibutuhkan kedisiplinan, ketepatan sasaran, kejelian dan presisi waktu yang harus dimiliki oleh awak pesawat terbang.

Dapat kita saksikan bersama, Pintu pesawat CN-295 Telah terbuka siap menerjunkan 28 Helibox, dan Droping.... Droping.... Goo...!!

1..,2..,3..,4....., dst,     helibox berhasil diterjunkan.

Dapat kita saksikan bersama, satu persatu helibox telah duterjunkan dari dalam pesawat CN-295. Tampak pula sejumlah pasukan yang berada di darat bersiap-siap untuk menerima bantuan logistik tersebut,  agar dapat segera didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di lokasi bencana.

“Berikan tepuk tangan yang meriah kepada Flight Pesawat Angkut dari TNI Angkatan Udara.”

Baik CDS maupun Helibox, seluruh nya diamankan oleh tim penolong dari Tagana dan BPBA provinsi Aceh, untuk dapat didistribusikan ke masyarakat yang terdampak bencana.

Hadirin yang berbahagia.

 Pendistribusian logistik melalui jalur udara, selain dapat diterjunkan menggunakan teknik Cargo System Delivery dan Helibox, logistik juga dapat dikirimkan dengan menggunakan teknik Cargo Sling oleh pesawat Helikopter.

 Disimulasikan, diwilayah lokasi bencana lainnya membutuhkan bantuan logistik segera. Dampak bencana alam yang cukup parah banyak merusak infrastruktur dan memutus sejumlah akses jalan ke lokasi pemukiman warga.

 Keterlambatan pengiriman pertolongan dan bantuan logistik dapat berakibat fatal dan memperburuk keadaan. Pada konsisi inilah kelebihan dari kekuatan udara dalam mendukung Operasi Kendali Depan Penanggulangan Bencana sangat diperlukan.

 Setelah mendapat data ter-update dari tim Dalpur yang berada di lokasi bencana dan didukung oleh pemerintah daerah dalam mengumpulkan logistik yang dibutuhkan oleh korban bencana, seperti; makanan, obat-obatan, pakaian, selimut dan lain sebagainya.

Kembali Komandan Satgas memerintahkan Komandan Unsur Heli untuk menggerakan 1 Helikopter NAS 332 Superpuma guna mengirim kebutuhan logistik tersebut.

 Dapat kita saksikan dihadapan kita, 1 helikopter Superpuma yang berasal dari Skadron Udara 6, bergerak dari apron bandara, persiapan untuk melaksanakan cargo sling atau mengangkat beban dengan menggunakan tali dan jaring.

 Sejumlah logistik yang cukup banyak, dikemas sedemikian rupa sehingga aman dan tidak rusak. Selanjutnya, seluruh logistik tersebut digabungkan di dalam jaring  yang nantinya jaring tersebut di angkut oleh pesawat Helikopter dengan menggunakan teknik Cargo Sling. Dengan menggunakan teknik ini, helikopter Caracal mampu memindahkan logistik seberat 5 ton. Dan dengan adanya teknik ini, helikopter Caracal mampu membawa barang-barang dengan kapasitas lebih besar yang dikwatirkan tidak masuk ke dalam cabin pesawat.

 Secara perlahan helikopter Caracal berpindah dari pick up point atau titik pengangkutan di apron bandara, menuju droping point atau titik penurunan di  atas palet yang telah disiapkan. Sikap kehati-hatian ini bertujuan agar logistik tidak rusak dan dapat sampai kepada masyarakat dengan kondisi utuh.

 Pada proses penurunan beban logistik, kembali pilot dipandu oleh Marshaller untuk menempatkan Helikopter di posisi yang tepat. Marshaller tersebut memberikan kode secara visual kepada pilot dengan cara menggerakan tangannya. Hal ini bertujuan agar proses cargo sling dapat berlangsung dengan cepat dan tepat, sesuai dengan tempat yang telah disiapkan.

 Setelah proses pemindahan logistik telah terlaksana dengan aman, barang-barang telah diterima oleh tim penolong dari TNI Angkatan Udara, BPDB dan Tagana Provinsi Aceh, untuk segera didistribusikan ke masyarakat.

 Helikopter Superpuma meninggalkan droping zone, untuk melanjutkan tugas penanggulangan bencana.

 

“Berikan tepuk tangan yang meriah kepada TNI Angkatan Udara.”

Bersamaan dengan terkirimnya seluruh bantuan logistik ke wilayah yang terdampak Bencana,  maka berakhir pulalah seluruh rangkaian Demonstrasi hari ini dalam rangka Latihan Operasi gabungan TNI angkatan udara bersama lembaga pemerintah aceh.

 Mengutip petikan kata dari presiden pertama indonesia, Bapak Ir. soekarno

 Kuasailah udara untuk melaksanakan kehendak nasional karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern

 

KAMI SEGENAP PELAKSANA DEMONSTRASI MENGUCAPKAN TERIMA KASIH DAN SAMPAI JUMPA!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar