Sabtu, 09 Desember 2023

BAGAIMANA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI ACSC PREPARATORY COURSE 2023

Paparan singkat di dalam kelas

 by Mayor Pnb "Dompak" Hutagalung 

   

      Setiap kegiatan akan lebih baik apabila ada pemanasasnnya. Begitu pula dengan kegiatan belajar-mengajar di Air Command and Staff College (ACSC) di Air University (AU) yang dimiliki oleh U.S. Air Force. Kampus AU berada di kota Montgomery Alabama,  yang berada di negara Amerika bagian selatan. AU memiliki satu dinas yang bernama International Offier School (IOS) yang memiliki tugas mengakomodir seluruh keperluan dari siswa internasional (International Officer/IO) selama mengikuti pendidikan, berupa kelengkapan administrasi, proses masuk-keluar siswa, akomodasi, dan yang tidak kalah penting adalah kursus persiapan (preparatory course). Kursus ini memakan waktu kurang lebih 7 minggu, dimana setiap hari kerja kegiatan belajar berlangsung kurang-lebih dari pukul 8.30 - 15.00 waktu setempat (bisa saja berubah menyesuaikan dinamika kegiatan). ACSC Praparatory Course menerapkan cara pembelajaran yang menarik dan komprehensif, mulai dari bahasa Inggris, pengetahuan umum militer, Sejarah dan budaya US, yang bertujuan untuk mempersiapkan IO menghadapi kegiatan belajar mengajar di ACSC bersama dengan siswa dari US. Dengan adanya kursus persiapan ini, harapannya IO memiliki bekal awal dan bisa segera menyesuaikan pola pendidikan di ACSC sehingga tidak tertinggal dari rekan-rekan siswa dari US.

    Fokus utama dari kursus persiapan ini adalah pemantapan kemampuan bahasa Inggris baik kecakapan pasif dan aktif berbahasa. Perlu diketahui bahwa tidak semua negara asal dari IO menerapkan bahasa Inggris sebagai bagian dari bahasa nasional (english for spoken language). Bahkan seperti di Indonesia, bahasa Inggris merupakan bahasa asing, sehingga untuk dapat mengikuti ACSC harus melewati serangkaian tes bahasa baik di TNI AU sendiri maupun di kedutaan Amerika. Melalui kursus singkat ini, harapannya kemampuan dasar bahasa Inggris para IO dapat memenuhi standar akademis. Disamping itu, melalui kursus persiapan ini para IO dikenalkan bagaimana cara membuat karya ilmiah dalam bentuk essay, yang nantinya akan banyak digunakan selama penugasan di ACSC.

Kegiatan diskusi kelompok

    Speaking and listening skill dilatih dengan adanya diskusi kelas setiap hari, dan interaksi antar sesama IO dan dosen juga sudah pasti menggunakan bahasa Inggris. Sebagai tambahan, ada tugas paparan di kelas dengan alat bantu slide. Materi yang dipaparkan adalah penjelasan dari tugas essay yang telah dibuat agar dapat dijelaskan secara garis besar. Waktu yang diberikan untuk paparan hanya 5 menit, setelah itu dilanjutkan dengan Q&A selama 10 menit. Oleh karena itu, paparan yang singkat harus dipersiapkan dengan matang agar dapat mencakup poin-poin yang ingin disampaikan.

    Writing and reading skill dilatih dengan tugas essay sebanyak 2x, dengan tema Supreme Command (SP) dan Global Security Strategic (GSS). Pada tema SP, IO diberikan sebuah buku yang isinya mengenai hubungan interaksi antara sipil-militer dalam kehidupan bernegara, dan membuat essay terkait dengan kondisi di negara nya masing-masing. Sedangkan pada tema GSS siswa menggunakan open source untuk menganalisa kondisi global security di kawasan negara nya. Ketentuan essay minimal 500 kata, dan khusus bagi IO yang mengambil program master minimal 800 kata. Persyaratan mengambil program master adalah telah memiliki gelar minimal S1 dan telah terverifikasi oleh lembaga yang ditunjuk AU dan ada persyaratan minimum nilai TOEFEL. Selanjutnya syarat-syarat tersebut dikirim ke IOS sebelum IO sampai ke US untuk diverifikasi kembali oleh lembaga AU.

    Selain itu, IO juga diberikan pengetahuan tentang militer US khususnya USAF. Dimulai dari hal-hal umum tentang organisasi militer US baik yang ada di dalam negeri maupun yang berada dibelahan dunia lainnya. Perlu kita ketahui, militer US tersebar diseluruh benua dengan istilah Combatant Command. Contoh nya di kawasan Asia-Pasifik mereka memiliki US Indopacom yang berpusat di Jepang dan Koera Selatan. Bagaimana mereka mengatur penugasan personelnya, mulai dari proses recruitment sampai dengan retairement. US dalam pembinanaan personelnya menggunakan terminologi Trained-Equipt-. Dilengkapi dengan penjelasan beberapa permasalahan dan tantangan yang sedang dihadapi oleh USAF dan beberapa permasalahan relevan dengan seluruh negara lainnya, yaitu anggaran. Walaupun anggaran tahunan pertahan US setara dengan APBN tahunan Indonesia, tapi angka tersebut tetap tidak cukup bagi kekuatan militer sebesar US.

Kunjungan ke monumen di Washington DC 

     Disamping tentang militer, yang tidak kalah penting adalah pengetahuan sejarah dan kebudayaan US. Sejalan dengan pesan Ir. Soekarno, "jangan pernah melupakan sejarah!" Hal ini sangat kental terasa di US, bagaimana meraka mengemas sejarahnya dengan lengkap dan merawatnya agar tetap sampai pada generasi mudanya. Hal ini bisa dibuktikan dari banyaknya museum yang dikelola dengan baik oleh pemerintah disetiap kota. Ada anggapan bahwa, "pemenang yang menciptakan sejarah." Banyaknya bukti-bukti sejarah yang dirawat oleh US, apakah ini menunjukkan secara tidak langsung bahwa mereka lah negara pemenang. Paling tidak itu yang tersirat di dalam nya.

    IO mendapat penjelasan mengenai asal mula kedatangan masyarakat Eropa di benua Amerika, dilanjutkan dengan etnis-etnis lainnya, sejarah panjang perbudakan dan perang sipil, sampai dengan berkembang menjadi negara superpower seperti saat ini. Banyak yang terjadi, bagaimana demokrasi dan liberalisasi mengambil peran membentuk negara Amerika. Masyarakat US saat ini lebih terlihat seperti 'sepiring salad' dimana seluruh perbedaan bergabung dalam satu tempat tanpa kehilangan identitas aslinya. Dibandingkan menjadi 'melting polt', dimana perbedaan melebur menjadi satu dan menghasilkan kebudayaan/persamaan yang baru. Ada salah satu kegiatan lapangan (field study program/FSP) untuk pengenalan budaya US, dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan terkenal di Washington DC (detailnya bisa dilihat di blog, http://johanhutagalung.blogspot.com/2023/11/field-studies-program-acsc-academic.html).

Kunjungan ke ruang sidang AL Supreme Court

    Satu hal yang tidak kalah penting adalah pengenalan budaya negara hukum. Poin ini menjadi sangat penting, karena bagi US yang merupakan negara demokrasi yang berusia cukup tua, supremasi hukum sudah menjadi bagian dari jati dirinya. Kekuatan hukum ini juga lah yang menjadi asuransi bagi negara-negara yang menjadi US allies and partners, apabila US bisa mengatur urusan dalam negeri nya dengan hukum yang independen maka besar kemungkinan US dapat mengatur dunia dengan lebih 'bijaksana'.

    IO berkesempatan mendapatkan pengarahan dari para judge, baik dari local county, state, maupun federal court. Sekaligus ada momen tanya jawab pada kegiatan tersebut. Lebih dari, IO mendapat kesempatan untuk mengunjungi Alabama Federal Court yang berada di Montgomery downtown. Infrastuktur yang megah menjadi ciri khas dari kantor peradilan ini. IO pun berkesempatan melihat ruang sidang sekaligus berinteraksi dengan salah satu judge. Sungguh pengalaman yang menarik, dan pesan yang dapat ditangkap adalah betapa seriusnya US dalam membangun infrastruktur hukum di dalam negaranya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Dan bagi orang awam, itu sangat menyakinkan dan mengagumkan.

      Jadi, ACSC Preparatory Course sangat diperlukan untuk membantu proses transisi IO sebelum mengikuti pendidikan ACSC yang sebenarnya bersama dengan rekan-rekan dari US.  Kursi persiapan ini disajikan dengan menarik dan profesional, IO mendapat pengetahuan tambahan khususnya pada pendalaman bahasa Inggris secara akademik, pengatahuan militer secara umum, sejarah dan budaya US. Melalui proses ini juga, IO yang membawa keluarga dapat sekaligus mengurus keperluan keluarganya, seperti mencari apartemen untuk tempat tinggal, sekolah anak, administrasi identitas keluarga, dan kebutuhan lainnya.

End.

Seminar 164, ACSC Preparatory Course


Tidak ada komentar:

Posting Komentar