Selasa, 02 Januari 2024

APAKAH YANG MEMBUAT PENDIDIKAN ACSC-AIR UNIVERSITY ISTIMEWA?

 


Mayor Pnb "Dompak" Hutagalung


        "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung." Siapa yang tidak mengenal peribahasa ini. Karena ini lah yang harus dipegang oleh seseorang yang mengunjungi daerah atau komunitas baru, segera pelajari aturan dan kebiasaan yang berlaku disana. Bahkan bagi anggota militer, ada isitilah "2 x 24 jam waktu orientasi," segera analisa dan kuasi medan untuk melaksanakan pegugasan selanjutnya. Apabila hal ini kita coba tarik jauh ke negara super power seperti Amerika, khususnya pada dimensi pendidikan  militer tingkat lanjut yang diterapkan disana. Mereka menyebutnya dengan isitlah Prefessional Military Education (PME), yang salah satunya dilaksanakan oleh lembaga pendidikan Air University milik U.S. Air Force (USAF) yang berlokasi di Maxwell Air Force Base, Montgomery-Alabama. 

        Tujuan utama lembaga pendidikan seperti Air University bagi militer U.S. agar menjadi tentara yang profesional dengan memiliki wawasan yang luas tentang kepemimpinan dan dunia internasional, serta pemahaman yang mendalam terhadap dunia militer khususnya operasi militer dan kampanye militer. Tidak bisa dimungkiri, kualitas dari program pendidikan ini lah yang menyebabkan U.S. menjadi kekuatan militer terbesar dan terbaik di dunia sampai dengan saat ini (paling tidak itu yang terlihat). Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas khusus mengenai program pendidikan Air Command and Staff College (ACSC) dari kacamata seorang siswa internasional/International Officer (IO). Secara garis besar, metode pendidikan ACSC memiliki jam pelajaran kelas yang sedikit, namun mengharuskan siswa mengalokasikan jam membaca yang banyak setiap harinya. Why? mari kita kupas bersama.

    Lembaga Air University ini memiliki banyak program pendidikan militer, diantaranya adalah: 

1. Squadron Officer School (SOS), di TNI AU pendidikan ini setara dengan Sekolah Komando Kasatuan Angkatan Udara (Sekkau).

2. Air Command and Staff College (ACSC), di TNI AU pendidikan ini setara dengan  Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau).

3. Air War College (AWC), di TNI pendidikan ini setara dengan sekolah Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas). 

4. Officer Training School (OTS), di TNI pendidikan ini setara dengan Sekolah Pembentukan Perwira Perajurit Karir (Sepa PK). 

5.  Dan, pendidikan lainnya yang menunjang karir personel militer baik anggota maupun perwiranya, yang berbeda dengan program pendidikan militer yang dimiliki oleh TNI dan TNI AU.

Ini beneran yah, bukan penciteraan. ;-)

        Sebenarnya ACSC memiliki alokasi jam pelajaran di kelas yang nyaman bagi siswa. Rata-rata jam pelajaran di kelas hanya 3 jam sehari, mulai dari pukul 8.30 - 11.30 local time. Kegiatan yang biasa dilakukan dalam jam tersebut adalah: 1 jam mendengarkan ceramah/lecture atau menonton video pelajaran (bahkan beberapa video dapat ditonton siswa sehari sebelumnya), 2 jam melakukan diskusi kelas yang dipimpin oleh course instructor (CI), disesi diskusi ini terkadang ada kegiatan kelompok juga untuk memperdalam pemahaman akan materi. Dalam setiap jam nya CI biasanya memberikan break time 5-10 menit, disamping siswa bisa fleksibel keluar ditengah-tengah pelajaran apabila diperlukan. Apabila ada keperluan penting, bahkan siswa bisa meninggalkan pelajaran (datang terlambat atau pulang mendahului), cukup dengan meminta ijin ke CI. Karena prinsip nya, CI tidak memiliki command and control langsung terhadap siswa, tugas CI hanya membawakan materi dan memimpin diskusi di kelas, perijinan siswa cukup diteruskan ke pihak Directur of Operation (DO) dari ACSC. Menariknya, bagi siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran kelas karena sakit atau berhalangan, masih ada alternatif untuk mengikuti secara online dengan menggunakan peranti bernama OWL yang dimiliki setiap kelas, dan siswa tersebut akan tetap terhitung hadir mengikuti jadwakelas harian.    

        Nah, apabila durasi pelajarannya hanya 3 jam di kelas, kenapa ACSC meng-klaim kegiatan belajarnya cukup padat? Jadi, rahasianya adalah pada alokasi waktu yang dibutuhkan untuk membaca bahan pelajaran yang cukup banyak. Setiap harinya siswa wajib menghabiskan bahan bacaan lebih dari 100 halaman, yang terdiri dari beberapa chapter buku (fisik atau elektronik), jurnal, maupun artikel, yang terkait dengan materi yang akan didiskusikan besok harinya. Selain jumlah halaman nya banyak, yang menjadi tantangan selanjutnya adalah semua bahan bacaan sudah pasti dalam bahasa Inggris, dan semakin tua sumber nya maka akan semakin susah memahaminya, karena gaya bahasanya yang kurang relevan. Saya pribadi mengalokasikan 5 jam sehari (rata-rata: 15.00 - 22.00, diselingi isoma) untuk mempelajari bahan bacaan, itu pun sering tidak selesai dan tidak terlalu paham juga. Memang kita juga diajari teknik membaca cepat seperti scanning dan skimming, namun apabila tidak membaca secara menyeluruh bisa tidak paham konteks nya. Harapan selanjutnya adalah akan menambah pemahaman pada saat momen diskusi di kelas. Namun demikian, apabila kita memahami bahan bacaannya terlalu sedikit maka pada saat sesi diskusi berlangsung, kita berpotensi hanya diam membisu dan berharap waktu berjalan dengan cepat.

        Pada ACSC tahun ajaran 2023-24, mengundang lebih dari 80 IO yang berasal dari lebih 50 negara dari seluruh benua yang merupakan U.S. allies and partners. Fakta ini juga lah yang menguatkan bahwa USAF ACSC merupakan the best ACSC in the militrary world, paling tidak sampai dengan saat ini. Organisasi ACSC dipimpin oleh seorang kolonel dan dibantu oleh seorang Dekan yang juga berpangkat kolonel yang khusus mengurusi perihal akademis.  Terdapat dua Skadron Pendidikan dalam ACSC, yaitu Skadron 21 dan 38, dimana per skadronnya terbagi menjadi dua divisi dan setiap divisi terdiri dari beberapa flight. Flight atau seminar ini lah yang ditempatkan pada tiap-tiap kelas yang terdiri dari 12 - 13 orang siswa, dimana jumlah IO setiap flight nya 2 - 3 orang saja. Sedangkan siswa ACSC asli dari U.S. berjumlah lebih dari 600 orang yang mayoritas berasal dari USAF baik active duty maupun reserves, sister services (Army, Navy, Marine, Space Force), dan civilian yang masih berhubungan dengan Departemen Pertahanan. Dosen-dosen (CI) yang mengajar pun bervariasi baik militer maupun sipil yang merupakan para akademisi, bahkan ada juga lulusan ACSC tahun-tahun sebelumnya. Khususnya CI militer ada juga yang berasal dari militer negara lain. 

KBM ceramah oleh CI di auditoriun

        Disamping itu, hal menarik lainnya di lembaga pendidikan Air University adalah tenaga pendidikan nya rata-rata bergelar profesor atau PhD, atau minimal bergelar master diberbagai macam bidang keilmuan. Dan yang tidak kah menarik adalah mereka  sering dilibatkan sebagai think-tank dalam menganalisa contemporary and emerging warfare atau konflik dari lembaga-lembaga terkait. Serta tidak jarang, hasil kajiannya dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kepusan-keputusan penting. Oleh karena itu suasana pendidikan menjadi lebih hidup dan relevan, karena siswa tidak hanya mempelajari sejarah perang dan potensi konflik di masa depan, namun juga peristiwa-peristiwa aktual seperti perang Rusia-Ukraina dan konflik Israel-Palestina. 

        Dalam kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di Air University menerapkan metode academic freedom, sesuai dengan budaya freedom of speech nya warga negara Amerika, sehingga para siswa bisa bebas menyampaikan pemikirannya tanpa perlu banyak unggah-ungguh, apalagi takut akan bertentangan dengan pendapat umum bahkan norma sekalipun, selama siswa dapat menyampaikan dasar dari pemikirannya. Disamping itu, ACSC juga sering mendatangkan pembicara-pembicara yang kompeten dari luar lembaga pendidikan sesuai dengan materi pelajaran baik sipil maupun militer. Berdasarkan hasil ceramah tersebut siswa dapat menggunakannya sebagai referensi tugas atau essay, namun dengan menerapkan metode non-attribution, yaitu tidak menyertakan nama pembicara namun cukup menyertakan lembaga yang diwakilinya.

Buku bacaan untuk semester pertama

        Penilaian siswa ACSC terbagi dalam dua hal, yang pertama adalah nilai dari tugas-tugas yang diberikan yang sebagian besar berupa essay mulai dari 4 - 8 halaman. Dengan jumlah halaman yang terbatas siswa harus dapat memberikan ide orisinil dan analisa terbaiknya dan tidak keluar dari tema, dengan disertai referensi dari bahan pelajaran yang sudah diberikan dan sumber-sumber eksternal yang bisa dipertanggungjawabkan. Penilaian yang kedua adalah nilai kontribusi yang diperoleh dari keaktifan siswa selama berdiskusi di dalam kelas. Siswa yang aktif dalam diskusi bukan hanya yang banyak berbicara saja, melainkan isi dari pembicaraannya yang dapat memberikan pemahaman pada forum diskusi lah yang dibutuhkan. Disamping itu, siswa yang aktif ada kegaitan kelompok juga akan mendapatkan nilai kontribusi tambahan. Kedua penilaian tersebut minimal 83 atau setara dengan B+, agar siswa bisa lulus ACSC dan mendapatkan gelar master.

        Sebagai siswa internasional yang berasal dari negara yang menempatkan bahasa Inggris bukan sebagai bahasa kedua atau ketiga, melainkan sebagai bahasa asing, dapat dibayangkan betapa menantangnya seluruh kegiatan belajar tersebut. Mulai dari membaca bahan pelajaran berbahasa Inggris (reading), dilanjutkan dengan diskusi (speaking & listening), dan disempurnakan dengan mengerjakan tugas essay (writing). Keseluruhannya menuntut para siswa untuk berpikir secara kritis, dan meluangkan waktu untuk fokus dalam belajar. Saya pribadi memiliki trik dalam mengerjakan tugas essay agar menjadi lebih mudah dan mempersingkat waktu. Penasaran kan...? Insyaallah nanti akan saya bahas terpisah di blog selanjutnya. Semoga bermanfaat.



KBM bisa tetap berjalan menggunakan peranti OWL (daring).

Note: correction by Mayor Lek Arya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar