A story by Letda Lek Reno / Siswa Sekbang Rotarywing A-99
Sebelum membaca artikel ini, marilah kita panjatkan puja
dan puji kita kepada Tuhan YME oleh karena rakhmat dan karunia-Nya, saya pribadi
dapat menyelesaikan tulisan ini dan readers dapat membaca tulisan saya dalam
keadaan sehat. Nama saya Reno Leonard Kasmadi, saya seorang prajurit TNI AU
berpangkat Letnan dua Elektronika, dan saat ini saya sedang menempuh Pendidikan
di Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara. Hidup sebagai manusia tidaklah selalu
berjalan sesuai dengan harapan kita, maka dari itu dalam tulisan ini saya akan
memberi sedikit inspirasi kepada pembaca agar bagaimana tetap menjadi gigih
menjalani kehidupan ini.
Saya termotivasi menjadi seorang Taruna TNI AU berawal dari saat saya duduk di bangku kelas 4 SD. Saat itu saya sedang menonton televisi dimana hari itu adalah hari kemerdekaan RI dan di televisi tersebut menampilkan upacara yang dihadiri oleh seluruh pasukan TNI termasuk didalamnya terdapat Taruna, saat itu ayah saya memotivasi saya untuk menjadi Taruna. Di sisi lain saya ingin menjadi Taruna karena dapat membanggakan orang tua saya, saudara, bahkan tetanggapun dapat membanggakan saya. Singkat cerita pada saat saya duduk di bangku kelas 3 SMA saya semakin mempersiapkan diri saya dan mendaftarkan diri sebagai Taruna, namun di tahun tersebut saya gagal karena Kesehatan yang kurang mendukung saya saat itu.
Hari demi hari kegagalan diratapi dengan rasa sedih dan
kecewa, saat itu teman-teman sekolah saya yang sudah kuliah selalu update
status BBM dimana mereka menceritakan aktivitas mereka di kampus, hal
itu membuat saya semakin merasa malu karena saya tidak kuliah dan hanya
mengikuti kursus Bahasa inggris untuk menunggu pembukaan tes Taruna
diselenggarakan kembali. Dalam menjalani satu tahun kegagalan tersebut saya
merasa membebani orang tua dengan kehadiran saya yang setelah lulus sekolah
masih hadir dan merepotkan mereka untuk mengurus saya. Hati saya pun tergugah
untuk bangkit dalam kekeceweaan yang membuat segala kegiatan menjadi malas atau
Bahasa sehari-harinya “gak mood” menjadi semangat Kembali. Saya
menyiapkan diri saya dengan semaksimal mungkin, namun ditengah perjalanan saya
melakukan medical check up dan terdapat remark terhadap jantung saya. Hal
tersebut membuat saya sadar bahwa mungkin persiapan saya yang terlalu ambisi (dalam
hal ini persisapan fisik) dan tidak memikiran dampak yang akan terjadi, dan
memang hal tersebut sinkron dengan yang disampaikan pihak rumah sakit kepada
saya.
Akhirnya saya pun berhenti sejenak dalam persiapan saya
untuk melaksanakan pemulihan. Di tengah pemulihan saya sempat berpikir bahwa
apakah saya akan berhasil di tahun ini? Apakah saya diterima menjadi Taruna?
Saya sempat ragu, namun saya jalani dengan penuh doa dan sisa kemampuan yang
saya miliki untuk melakukan persiapan ditengah pemulihan. Tibalah saatnya
dokter menyampaikan kepada saya bahwa saya dapat melaksanakan persiapan fisik
Kembali namun tidak usah dengan “hardcore”. Saya pun melakukan persiapan
Kembali setelah beristirahat selama 1 bulan. Hari yang ditunggu-tunggu pun
tiba, saya bergegas untuk melaksanakan tes dan tidak lupa meminta doa restu
kepada orang tua. Singkat cerita saya pun di terima sebagai seorang Taruna TNI
AU. Sebelum melakukan pergeseran menuju mess Akademi TNI dan melakukan
karantina, saya dipesankan kepada Ayah saya untuk tetap semangat dan jangan
menyerah mendapatkan kepahitan apapun yang akan saya terima sebagai seorang
Taruna, karena itu semua hanya untuk membentuk saya menjadi seseorang yang
baik.
Memang secara manusiawi, tersungkur akan kekececawaan itu
sangat wajar, namun Kembali lagi bahwa kita manusia yang diberikan hati Nurani
dan akal sehat oleh Tuhan YME untuk memilih. Memilih berlama-lama untuk
tersungkur, ataukah memilih untuk bangkit dan melawan kekecewaan tersebut
dengan hal yang dapat mengembangkan diri kita. Tetapi pahamilah, sesuatu yang
diperjuangkan dengan ambisi yang besar, ibarat berlari kencang, tersandung
kemudian jatuh dengan sangat keras. Untuk itu kunci dalam mengejar sesuatu
adalah dengan tidak berlari kencang atau berusaha keras untuk mengejar
tujuannya saja tapi kita harus menikmati proses perjalanan usaha kita untuk
mencapai suatu hal tersebut, baik senang maupun memberatkan hati. Maka kita
bisa menjadi manusia gigih dalam mendapati permasalahan apapun juga. Demikian
tulisan yang dapat kami sampaikan, apabila terdapat kata yang tidak
menyenangkan menurut pembaca, sebagai manusia kami memohon maaf
sebesar-besarnya. Terima kasih.
Selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar