Selasa, 15 Oktober 2019

JALAN PANJANG MENUJU BUMI BALURAN


Kapten Pnb Galung


Narator Demo Udara Latgab TNI 2019


           KISAH INSPIRATIF NARATOR LATGAB TNI 2019

Prolog.

          Perkenalkan, saya bernama lengkap Dolly Johan Perkasa Hutagalung, namun biasa dipanggil dengan Galung. Saya adalah seorang perwira penerbang berpangkat kapten yang aktif berdinas di TNI AU. Dalam kisah inspiratif kali ini, saya berperan sebagai narator demo udara pada Latgab TNI 2019 DARMA YUDHA. Sebelumnya, sedikit akan saya jelaskan background saya sebagai narator sampai saat ini.

          Pengalaman pertama saya sebagai narator adalah pada saat berdinas di Skadron Udara 7 lanud Suryadarma-Kalijati, saat itu sedang fase pembentukan tim dynamic helikopter yang saat ini kita kenal dengan nama Dynamic Pegasus. Ada banyak even-even yang saya ikuti, mulai dari yang berskala lokal sampai dengan nasional seperti pada even Indodefend di Jakarta bersama Dynamic Pegasus.


          Ketika berdinas di Lanud Adisutjipto-Yogyakarta, saya juga aktif sebagai narator demo udara pada saat kegiatan flypast pesawat di upacara Wingday sekolah penerbang, dan sampai akhirnya kemampuan saya ini dilirik oleh Jupiter Aerobatic Team (JAT), atau yang akrab dengan sebutan The Jupiters. Bersama The Jupiters, karir narator saya melesat sampai dengan skala internasional dengan mengikuti even Langkawi Airshow Malaysia 2019.

          Disini saya ingin memberi sedikit penekanan, bahwa bukan berarti saya hebat atau berbakat sebagai narator demo udara atau aerobatic team. Melainkan karena kerja keras, saran masukan dari para senior dan latihan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai dengan saat ini lah yang membentuk karakter narator saya.

          Dalam kisah inspiratif ini, saya mencoba mengangkat cerita perjuangan saya pribadi sebagai seorang prajurit TNI matra udara yang mendapat tugas sebagai narator demo udara, dalam mendukung suksesnya pelaksanaan Latihan Gabungan TNI 2019 di bumi Baluran, Kabupaten Asembagus.

       Terlihat sepele mungkin, “kan hanya narator, tidak perlu dibesar-besarkan lah...!”, namun ternyata bahkan KASAU (Kepala Staf Angkatan Udara) pun sampai ikut memberikan perhatian khusus terhadap narasi yang saya buat. Ini lah bukti betapa vital nya posisi seorang narator dalam Latgab TNI.

    Dan memang tidak sesimpel yang kita bayangkan, karena dalam perjalannya saya menempuh banyak kendala, namun dengan kerja keras dan inovasi, serta kemudahan yang diberikan oleh Allah swt., pada akhirnya saya mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik. Mau tau kisahnya...? Inilah dia, SEPENGGAL KISAH DARI NARATOR LATGAB TNI, semoga para pembaca berkenan.
           


The Story.

      Sebagai informasi kepada para pembaca, Latihan gabungan ini merupakan latihan puncak dari TNI yang dilaksanakan 1 tahun sekali, oleh 3 matra : darat, laut dan udara. Dimana sebelumnya, setiap matra telah melaksanakan latihan puncak matranya masing-masing. Dan pada kesempatan kali ini, saya terlibat sebagai narator, khusus nya narator demo udara atau pesawat terbang.
    
      Sebelum masuk ke kisah utama, sedikit saya ceritakan bagaimana bisa nama saya muncul sebagai narator. Latgab TNI yang dilaksanakan selama 4 hari, dan sebagai puncak latihannya adalah pada hari ke-4, dimana ada kemungkinan bapak Presiden RI akan meninjau langsung ke daerah latihan. Oleh karena itu, dibuatlah suatu skenario latihan yang bisa dinikmati oleh bapak Presiden, dengan konsep Fire Power Demo (FPD). Dimana akan ditampilkan alutsista TNI seperti pesawat tempur, tank maupun alteleri untuk menghancurkan sasaran-sasaran yang telah disiapkan.

     Dan untuk menyukseskan kegiatan FPD tersebut, salah satunya dibutuhkan seorang narator profesional, dan bukan cabutan, yang berfungsi untuk menjelaskan atau menceritakan selama proses latihan sedang berjalan kepada seluruh tamu dan undangan. Sedangkan di TNI AU ini, hanya ada segelintir orang, khusus nya perwira yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang narator, dan salah satunya adalah narator dari The Jupiter atau Jupiter 7, yg saat itu dijabat oleh saya, Kapten Pnb Hutagalung.
  
        Dengan berbekal Surat Perintah (SP) dari Mabes TNI dan diperkuat dengan SP dari Pangkoopsau 2 selaku Pangkogasud (Panglima Komando Tugas Gabungan), maka berangkatlah saya  untuk memenuhi  panggilan tugas tersebut. Dan pelibatan saya sudah dimulai semenjak kegiatan Tactical Flor Game (TFG) yang dilaksanakan di Sesko TNI-Bandung yang merupakan bagian dari Gladi Posko Latgab TNI 2019.

          Bagi yang belum paham, gladi posko adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan operasi atau latihan di lokasi sebenarnya, atau biasa disebut dengan manuver lapangan. Di gladi posko ini berisi kegiatan latihan administrasi dan perencanaan operasi yang akan dilaksanakan oleh seluruh unsur yang terlibat.


       Sedikit saya kutip kesibukan saya sebelum Latgab TNI, agar para pembaca semakin memahami apa yang saya rasakan. Betapa jiwa militansi saya sangat diuji, karena jadwal kegiatan saya yang sangat padat. Dimulai dari latihan Paskibraka profinsi DIY semenjak awal bulan Agustus s. .d. selesai 17-an. Dilanjutkan minggu depannya dengan acara Jogya Air Show (JAS) 2019, dan minggu depannnya ladi ada kegiatan Adisutjipto Urban Obstacle Run (AUOR) 2019. Sehari setelah acara AUOR, tepatnya hari senin, mulailah rangkaian kegiatan saya dalam Latgab TNI.

Pusat Latihan Pertempuran Marinir

#       Senin, 2 September 2019.

    Hampir 1 minggu sebelumnya, sudah turun Telegram (TR) dari Pangkoopsau2 selaku Pangkogasud, agar saya dan Mayor Pnb Dika (seterusnya akan disebut sebagai senior narator, beliau merupakan ex narator JAT seperti saya) untuk mengikuti kegiatan TFG di Sesko TNI. Dikarenakan adanya perbedaan Kotama, antara Koopsau 2 dan Kodiklatau, menyebabkan keterlambatan administrasi. Kami berdinas di Lanud Adisutjipto (Adi) yang berada di bawah Kodiklatau, masih belum menerima TR dari Dankodiklat. Hal ini sempat menimbulkan keraguan bagi kami untuk bersegera melaksanakan perintah tersebut, disamping padatnya kegiatan kami juga di Lanud Adisutjipto. Namun setelah ada penjelasan bahwa, Pangkoopsau2 selaku Pangkogasud dalam konteks latihan dapat menggerakan seluruh personel yg ada di TNI AU, maka tanpa keraguan berangkatlah saya memenuhi panggilan tugas tersebut.
“Ok Galung kamu silahkan berangkat, Komandan Wing sudah memonitor kegiatan tersebut”. Perintah dari Komandan Skadik 104 kepada saya melalui telpon. “Siap laksanakan komandan” dengan sigap saya menjawab.

          Berdasarkan info dari Komando Latihan (Kolat), bahwa ada pesawat Boeing 737 Skadron Udara 5 yang akan menuju Lanud Husein-Bandung, berangkat dari Lanud Adisoemarmo-Solo. Pagi-pagi sekali saya berangkat sendiri dari rumah di Yogya dengan menggunakan mobil pribadi, menuju Solo. Sesampainya di Solo, mobil saya titip di kantor leting yg berdinas di Lanud Adisoemarmo (Smo), sedangkan saya berangkat ke Bandung dengan menumpang pesawat Boeing. Sesampainya di Lanud Husein (Hsn), sudah ada anggota dari Kolat yang menjemput untuk mengantarkan saya ke Sesko TNI. Namun sebelumnya, saya sempat bertemu sesaat dengan keluarga yg juga ikut menunggu di Lanud Husein.

          Sampailah saya di Sesko TNI pada siang hari, dan berencana langsung menghadap senior yang telah menelpon saya mengenai kegiatan narator tersebut. Suasana gladi posko yang sibuk, membuat saya agak canggung. Untuk mengatasi hal tersebut, saya langsung menghubungi leting, Kapten Pnb Dedi Pratomo yg juga ikut terlibat kegiatan gladi posko tersebut mulai dari awal.

saya bertanya kepada nya, “Mas bro, sudah dari kapan disini?”. Dengan wajah lelah dia menjawab, “Aku yoo wes dari awal lah bro, lah koe kok malah baru dateng?”. Saya pun menjelaskan bagaimana ceritanya sampai bisa terlibat kegiatan ini.


          Seketika itu saya langsung melebur dengan dinamika kegiatan disana. Pada hari ini belum ada kegiatan yang berarti pagi narator, jadi saya fokus mempersiapkan narasi dengan berbekal bahan narasi saat Korbantem TNI dan Latgab TNI sebelumnya.

Background target penembakan pesawat

#       Selasa, 3 September 2019.

       Hari ini dilaksanakan TFG gladi posko Latgab TNI, yang dipimpin langsung oleh Pangkostrad selaku Pangkogab (Panglima Komando Gabungan) dan didampingi oleh Dankodiklat TNI sekalu Dirlat (Direktur Latihan). TFG berlangsung dengan cukup khitmat, dinamisator mengendalikan jalannya kegiatan sesuai dengan rundown dan setiap Kogas juga telah mempersiapkan dengan baik.

          Sampai akhir dipenghujung TFG, Dirlat tiba-tiba menanyakan tentang kesiapan narator mendukung kegiatan pada hari ke-4 atau pada saat FPD. Dengan penuh percaya diri saya mengangkat tangan, “Narator siap komandan”. dan beliau lanjut bertanya, “dengan siapa ini?”. Saya pun menjawab, “Mohon ijin Kapten Pnb Galung bapak”. Namun ternyata yang dicari oleh beliau adalah koordinator naratornya, yaitu Kolonel Saiful dari Angkatan Darat (AD).

     Selesai kegiatan TFG, saya diajak oleh Kolonel Saiful, berinisiatif menghadap Dirlat untuk meminta arahan kegiatan narator, dan dari Wadirlat diperintahkan agar kami mengikuti TFG lanjutan di Koarmada (Komando Armada) 2 - Surabaya pada tanggal 6 September. Yang luar biasanya, dikarenakan Bapak Kolonel Saiful ada kegiatan dan baru bisa merapat ke tempat latihan pada tanggal 10 September, maka tanpa mengurangi rasa hormat, ditunjuklah saya sebagai perwakilan narator ke Surabaya.

“Ok Galung, sampai berjumpa dua hari ke depan di Surabaya”, kata Dirlat menutup pembicaraan. Tanpa bisa menolak, saya hanya mampu berkata “Siap Marsekal”, sambil termenung memikirkan bagaimana cara saya mencapai Surabaya.

        Setelah berkoordinasi dengan Kolat (Koordinator Latihan), untuk perijinan dan teknis saya menuju Surabaya, akhirnya diputuskan besok saya berangkat ke dengan menumpang pesawat Boeing Skadron Udara 5 dari Lanud Husein menuju Lanud Iswahjudi dan Bandara Juanda-Surabaya. 


Ruang kerja RSO, tepat dibawah panggung

      #       Rabu, 4 September 2019.


          Pagi hari yaang cerah, berangkat saya bersama-sama dengan Kolat yang berasal dari Koopsau 2, dan akhirnya sampai di Surabaya di siang harinya. Dengan banyaknya personel yang ikut di pesawat Boeing tersebut, sampai akhirnya hampir seluruh penumpang duduk lesehan di lantai pesawat, dari yang berpangkat Kolonel sampai dengan Prajurit. Kami sempat singgah di lanud Iswahjudi (Iwj)-Madiun untuk menurunkan personel yang bertugas disana, dan melanjutkan penerbangan ke Surabaya.

       Sesampainya di Lanudal Juanda-Surabaya, saya sempat bingung mengenai akomodasi saya selama di Surabaya, namun setelah berkoordinasi dengan senior, maka saya disediakan kamar di mes Pringgodani Lanud Mulyono (Mul). Namun sayang nya akomodasi tersebut hanya sebatas mes tempat menginap saja tanpa dilengkapi dengan fasilitas makan. Mau tidak mau saya bermanuver sendiri untuk memenuhi kebutuhan primer tersebut.

          Permasalahan selanjutnya adalah akomodasi kendaraan menuju tempat TFG ke Koarmada 2. Namun saya tidak kehabisan akal, dengan berinisiatif meminjam motor anggotanya junior yang berdinas di Lanud Mulyono.
“Adek asuh bagaimana kabarnya?, abang boleh minjam motor mu kah, untuk pergerakan ke Koarmada 2 besok?”, basa-basi sebelum ketujuan inti. “Siap, nanti saya cari pinjaman ke anggota saya bang”, jawab nya. “Waduh..., jadi merepotkan neh de”, jawab saya lirih. “Tidak apa-apa bang, berkenan nanti kami antar ke mes abang”.

        Satu permasalahan terpecahkan, tinggal memikirkan langkah selanjutnya. Pada malam hari nya saya menghabiskan waktu untuk menyempurnakan narasi untuk kegiatan TFG besok.
Bersama senior narator
  
#       Kamis, 5 September 2019.


     Pukul 8 pagi saya berbegas berangkat ke Koarmada 2 dengan menggunakan motor pinjaman. Thanks to Google Map, sehingga tidak sulit menemukan arah dari mes ke Koarmada 2. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, maka sampailah saya dengan selamat. Saya langsung lapor datang ke senior yang sudah berada di lokasi lebih dulu, dan ternyata TFG-nya akan dilaksanakan siang hari. Alhamdulillah yang terpenting saya tidak terlambat datang.

          “Ijin bang, saya cari sarapan dulu, sambil menunggu mulai nya TFG”, pinta saya ke senior yang ada disana. “Loh kmu belom makan toh, hmm.... ngomong-ngomong kamu sudah dapat dana taktis dari kolat belum?’, tanya nya sambil mengernyitkan dahi, seperti baru teringat akan sesuatu. “Sana langsung menghadap ke adek mu dibagian Makolat” (Markas Komando Latihan).

          Gayung pun bersambut, saya pun langsung menghubunig junior yang bertugas sebagai makolat untuk meminta dana taktis Latgab TNI sampai dengan selesai, terutama apabila saya terpisah dari pasukan utama. Dengan logistik yang kembali terisi, moril prajurit pun menjadi tinggi kembali. Memang betul kata pepatah, “Logistik tidak memenangkan pertempuran, tapi tidak ada kemenangan tanpa logistik yang baik”.

          TFG dimulai setelah selesai makan siang, dihadiri oleh cukup banyak pejabat TNI dan personel lainnya, dengan dipimpin oleh Pangkostrad selaku Pangkogab, layaknya saat TFG di Sesko TNI. Kegitan TFG tersebut berjalan dengan cukup khitmat, namun sayang nya ada satu unsur yang belum bisa hadir mulai dari TFG pertama di Sesko TNI yaitu unsur Heli AD. Dan lagi-lagi Dirlat mengecek kehadiran saya di TFG tersebut.

         Selesai kegiatan TFG, saya berinisiatif untuk menumpang leting Paskhas yang berdinas di Denmatra Lanud Abdulrachmansaleh (Abd), kebetulan dia membawa truck dari kantor nya dan akan kembali ke Lanud Abdulrachmansaleh-Malang. Saya memutuskan untuk menunggu di Malang dari pada di Surabaya, sebelum bergerak ke Asembagus pada tanggal 9 September, dikarenakan saya belum pernah kesana dan tidak tahu dimana lokasi latihannya, jadi menumpang adalah cara yang paling tepat menurut saya saat itu. Dan Kebetulan juga di Lanud Abdulrachmansaleh juga ada crew Standby SAR Colibri, jadi bisa sedikit merepotkan adik2. Sampailah di mes Colibri pada malam harinya.

         Kalo boleh jujur, banyak sekali kebetulan dalam kisah saya ini dan saya anggap itu suatu kemudahan dari Allah Swt.
RSO Mission Comander

#       Jumat, 6 September 2019.

         Pada hari ini, saya menghabiskan waktu dengan beristirahat dan kembali menyempurnakan narasi. Khusus untuk narasi, masih ada 2 alternatif pelaksanaan dengan perbedaan durasi, yaitu ; selama 53 menit atau 34 menit, keduanya tergantung pada alokasi waktu yang dimiliki oleh bapak Presiden. Disamping itu, saya sedikit bernostalgia dengan berkeliling kota Malang dimana saya pernah juga melaksanakan tugas Standby SAR di Lanud Abddulrachmansaleh, selama masih bertugas di skadron operasional.

          Sore hari nya, saya mendapat info rencana penerbangan dalam rangka persiapan Latgab TNI dan ternyata hari Sabtu ada pesawat Herkules dari Lanud Abddulrachmansaleh ke Lanud Husein, dan hari minggunya dari Lanud Husein ke bandara Belimbingsari-Banyuwangi.

     Secercah senyum menyimpul dibibir saya, “Waah.., pas banget pesawatnya menginap di Bandung semalam”, dalam hati saya berguman. Maka saya putuskan untuk pulang terlebih dahulu ke Bandung menjumpai anak dan istri tercinta sebelum berangkat kembali ke medan operasi.


#       Sabtu, 7 September 2019.


     Tanpa mensia-siakan kesempatan yang ada, saya pun menumpang pesawat Herkules kembali ke Bandung. Dengan rute semula yang cukup panjang, yaitu : Abd-Hlm-Mul-Bwi-Hsn, maka perkiraan saya akan sampai di Lanud Husein pada sore hari. Namun memang rezky nya narator sholeh, sesampainya di Lanud Halim (Hlm), ada perubahan rute menjadi langsung ke Lanud Husein. Jadi sampailah saya di Bandung pada siang hari, dan keluarga pun sudah menunggu di Dinas Angkutan Angkatan Udara (DAAU) Lanud Husein. Saya pun melanjutkan perjalanan ke rumah mertua untuk beristirahat sejenak melepas penat yang menyelimuti semenjak dimulainya kegiatan ini.



#       Minggu, 8 September 2019.

          Manusia punya rencana, Tuhan punya kehendak. Kira-kira itulah yang terjadi pada hari Minggu. Pada pagi hari yang cerah, saya siap untuk melanjutkan perjalanan ke bandara Blimbingsari-Banyuwangi dari Lanud Husein, namun apadaya pesawat Herkules yang mau saya tumpangi mengalami kerusakan dan posisi masih tertahan di Lanud Halim. Sampai dengan siang hari masih belum ada tanda-tanda perbaikan, maka saya pun menggunakan rencana cadangan, yaitu menumpang pesawat Herkules yang lainnya dengan tujuan langsung ke Lanud Abdulrachmansaleh. Saya pun berfikir keras, memutar otak mencari alternatif kendaraan dari Malang menuju Asembagus, setelah bertanya kepada leting, ternyata ada travel yang bisa mengantar kesana dengan biaya Rp. 150.000,- berangkat pukul 7 malam dari kota Malang. Tanpa menunggu lama, langsung saja sy booking untuk mengamankan rencana perjalan saya.

          Sesampainya di Lanud Abdulrachmansaleh, saya beristirahat sejenak di mesjid Skadon Udara 32 sambil menunggu jemputan dari crew Colibri. Tidak sengaja saya mendengar percakapan  dari seorang Pamen dan staf nya yang berdinas di Makoor Paskhas Sulaiman, ternyata mereka mengalami nasib yang sama dengan saya, dan berencana merapat ke Blimbingsari dengan menumpang truk Paskhas Denhanud (Detasemen Pertahanan Udara) yang akan menggeser pasukannya malam ini. Mendengar hal tersebut, saya pun meminta ijin kepada beliau agar saya bisa ikut menumpang di truk tersebut. Setelah medapat lampu hijau, saya pun langsung menghubungi junior yang berdinas di Denhanud mengenai niatan saya menumpang truk nya. Dan gayungpun bersambut kembali, satu kursi kosong telah disiapkan untuk saya menumpang. Booking an di travel saya cancle dan sambil menunggu waktu malam, saya pun menumpang di rumah leting.

          Selesai shalat Isaya, saya diantar leting mencari makan nasi goreng di dekat kantor Denhanud, agar setelahnya bisa langsung bergabung dengan rombongan. Apel pergeseran pasukan selesai, maka berangkatlah kami dengan total 3 truk konvoi menuju daerah latihan.

        Truk berjalan dengan cukup kencang, saya duduk di truk yg paling depan, yang memiliki tugas untuk membuka jalan bagi ke dua truk lainnya. Tidak jarang truk yg saya tumpangi membunyikan klakson dan menyalakan lampu jauh guna mengamankan jalan yang ada didepannya.

        Walau kondisi duduk di truk tidak dapat dikatakan nyaman, toh saya tetap tertidur pulas juga. Sesekali saya menyalakan aplikasi google map untuk mencari tahu seberapa jauh jarak saya terhadap save house yang telah disiapkan kolat untuk para pendukung latihan, dan terakhir saya melihat masih 1:30 jam lagi menuju lokasi.

“Waah, masih lumayan lama neh”, guman saya dalam hati. “Lumayan lah bisa tidur sebentar”.
      
    Permasalahan pun kembali datang, dikarenakan saya melakukan dua kesalahan besar, yang disebabkan oleh kelengahan saya sebagai seorang manusia biasa :

     Pertama, saya tidak mengkomfirmasi tujuan akhir dari rombongan. Dengan polosnya saya berpikir seluruh rombongan menuju ke Asembagus-Situbondo, ternyata truk yang saya tumpangi lansung menuju ke Blimbingsari-Banyuwangi, dimana ke dua lokasi tersebut berbeda kabupaten.

    Yang ke dua, saya lupa titip pesan ke driver truk yang saya tumpangi, bahwa tujuan saya di Baluran-Asembagus. Walhasil, akibat kekhilafan tersebut, saat saya tertidur dan bablas tidak sampai target tujuan. Begitu terbangun, saya membuka aplikasi dan melihat waktu tempuh yang seharus nya berkurang, malah bertambah menjadi 1:45 jam, di detik itulah saya mulai curiga, “Jangan-jangan saya salah tujuan.” Namun apadaya, rasa lelah dan kantuk mengalahkan kewaspadaan saya.
Dari panggung melihat ke bawah

#       Senin, 9 September 2019.

        Hari ini merupakan hari pertama manuver lapangan (manlap) Latgab TNI, yang dilaksanakan sesuai dengan rencana latihan. Saat saya membuka mata, terasa pegal-pegal di leher akibat tidur di dalam truk. Tidak terasa waktu menunjukan pukul 4 dini hari, menjelang Subuh. Maka bergegas saya bangkit dan mencari mesjid terdekat untuk buang hajat dan dilanjutkan shalat Subuh berjamaah. Sadar karena saya bablas dari tujuan, saya pun mencoba mencari alternatif kendaraan untuk kembali ke Asembagus. Syukur alhamdulillah di posko Paskhasau (Pasukan Khas AU) Blimbingsari ada senior yang standby juga, sehingga saya bisa menumpang istirahat sejenak, mandi dan makan, sambil mencari solusi dari kendala yang saya hadapi.

Dengan tergesa-gesa saya berkata, “Mohon ijin bang, saya terkena musibah”. “Kenapa le?” tanya nya, “Sek toh.., makan dulu biar tidak masuk angin”. Saya pun mencoba menjelaskan dan mencari solusi, barang kali ada kendaraan yang bisa saya gunakan.

        Pagi hari yang menegangkan, bagaimana tidak, sudah salah tujuan, saya telah ditunggu pula untuk melaksanakan gladi narator. Tidak lama Wadirlat yang berpangkat bintang satu menghubungi saya dan menanyakan posisi, serta menyampaikan bahwa akan dilaksanakan latihan pada pukul 7 pagi di T-12 (podium tempat melihat penembakan).

“Mohon ijin menyampaikan Marsekal, saya mengalami sedikit kendala di perjalanan, namun akan segera saya atasi”. Saya pun mencoba menjelasakan keadaannya melalui telpon, dan syukurnya beliau dapat memahami, namun tetap memerintahkan saya secepatnya merapat ke T-12.

      Kembali saya memutar otak, mencari solusi agar saya dapat segera kembali ke Asembagus. Allah Swt. memang selalu bersama hambanya yang sabar. Saya melaporkan kondisi saya ke senior narator yang malam itu baru bergerak dari Yogya menuju Asembagus menggunakan mobil pribadi, dan beliau baru juga tiba di pinggiran kecamatan Karangtekok.

“Yowes Lung, kamu tunggu disana saja, biar abang yang merapat ke tempat mu, sekalian jalan-jalan”, dengan bijak senior narator mencoba menenangkan. “Toh aku juga bingung kalo ke T-12 gak ada kamu, bahan narasinya kan ada di kamu semua”. Dengan kuasa Allah, hati beliau menjadi iba dan digerakan untuk menjemput saya ke Blimbingsari, kemudian kembali lagi ke Asembagus.
   
       Kurang lebih pukul 10 pagi beliau sampai di posko, setelah beristirahat sejenak kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke Asembagus. Dengan sigap saya inisiatif mengendarai mobil tersebut, dan senior narator pun beristirahat di kursi sebelah. Nampak kelelahan di wajahnya setelah nyetir mobil semalam suntuk. Sekali lagi, alhamdulillah ada tumpangan menuju tempat latihan. Sekali lagi, google map memandu kami sampai ke tujuan, awal agak nyasar sedikit sesaat sebelum sampai save house.

       Sesampainya di save house Baluran-Asembagus, kami langsung melebur dengan suasana yang ada. Save house ini terletak tidak jauh dari tempat latihan dan merupakan rumah warga yang disewa oleh Kolat selama latihan berlangsung. Beberapa prajurit dari kolat sudah menempati rumah tersebut dari seminggu lalu. Bila saya perhatikan, lebih dari 20 orang bercampur perwira dan anggota tinggal di save haouse.

         Tempat nya cukup layak, namun jumlah kamar mandinya yang terbatas, sehingga tidak jarang saya berimprovisasi mandi ke mesjid terdekat sembari melaksanakan sholat Subuh. Bagi senior narator yang berpangkat Mayor sudah disediakan satu buah kamar, sedangkan saya harus berbagi lahan dengan prajurit lainnya yang sudah duluan tidur di ruang tamu, alhamdulillah masih ada alas kasur dan karpet.

        Setelah siap, saya pun langsung menghadap ke Wadirlat, yang saat itu berada di posko utama yang terletak di Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) Marinir, bukit Baluran. Lokasinya cukup dekat dengan save house. Arahan dari pimpinan untuk melaksanakan latihan di T-12 siang ini. Setelah makan siang, bergegaslah saya menuju ke T-12, dan melaksanakan latihan seorang diri, disaksikan langsung oleh Dankodiklat TNI. Pada saat itu, Narator dari matra yang lain belum ada satupun yang merapat atau bahkan belum ada penunjukan, maka hal tersebut segera ditindak lanjut oleh komando atas. Gladi narator hari pertama berjalan dengan cukup lancar, dan di handle oleh saya seorang diri.


“Bagaimana bapak, apakah ada koreksi untuk narator kita?”,  tanya Wadirlat kepada Dankodiklat TNI. Sambil memegang dagunya yang lebar, beliau pun tersenyum, “Sudah cukup bagus, dari saya no remark”. Saya pun menghela napas panjang dengan rasa lega di hati.



#       Selasa, 10 September 2019.

          Hari ke dua Latgab TNI dan merupakan gladi kotor untuk kegiatan FPD. Dan hari ini narator matra lainpun sudah ikut latihan, dipimpin oleh koordinator narator Kolonel AD, dan juga bererta yang lainnya : 1 orang Mayor Marinir, 2 orang Letda Armed dan 1 orang Mayor Arhanud. Di pagi harinya dilaksanakan latihan kering sebanyak 3 kali, sebelum nanti siang melaksanakan gladi yang telah disertai dengan manuver lapangan (pergerakan pesawat, tank, alteleri medan dan pasukan darat).

      Pelaksanaan gladi kotor banyak mengalami dinamika, dimulai dari penempatan TOT yang tidak pas dari flight helikopter AD, bentuk formasi yang belum afirm, dan khusus untuk saya sendiri yang belum pernah melihat pesawat tempur menembak secara live, sehingga judgement membaca narasi nya banyak yang miss. Lebih dari itu, bapak Kasau meminta rekaman dari pelaksanaan Narator hari ini. Dan hasilnya, cukup banyak koreksian dari para senior sampai dengan pimpinan tertinggi TNI AU, terutama narasi mengenai pesawat tanpa awak bersenjata CH-4 yang merupakan alusista terbaru TNI AU. Tersirat pesan, bahwa TNI AU ingin menampilkan peforma terbaik dari alutsista terbaru nya ini dihadapan bapak Presiden.

Pasca gladi, kami pun dikumpulkan oleh Wadirlat, “Hasil latihan hari ini sudah jauh lebih baik dari kemarin”. Nampak senyum puas diwajahnya. “Narator demo udara, Kapten Galung”, tiba-tiba nama saya dipanggil. Spontan saya menjawab “Siap Marsekal”. Beliau melanjutkan pembicaraan, “Ada beberapa koreksi dari bapak Kasau, setalah mendengar rekaman narasi mu hari ini, tolong segera diperbaiki”.

          Malam hari nya, saya sibuk mengoreksi narasi sesuai arahan dari bapak Kasau dan juga senior lainnya sampai dengan larut malam. Patut para pembaca ketahui, perubahan isi narasi ini dapat terjadi setiap hari, terutama pasca latihan/gladi biasa nya baru ketahuan kendala, ketidak cocokan pemilihan kata-kata, maupun ide-ide segar yang dapat memperkaya isi narasi. Untuk lebih jelasnya, bagaimana dinamika yang dialami seorang narator, silahkan para pembaca bisa membaca blog saya (galungs8007.blogspot.com) mengenai ; How to become profesional narator sesi 1 dan 2.

Flight tempur brieifng persiapan penembakan


#       Rabu, 11 September 2019.
         
    Hari ke tiga Latgab TNI dan merupakan gladi bersih untuk FPD. Sesampainya di T-12, saya telah ditunggu oleh bapak Pangkoosau 2. Beliau menjelaskan khusus untuk saya bagaimana teknis pesawat tempur saat menembak atau mengebom, pengetahuan-pengetahuan mengenai jenis-jenis rudal dan bom yang digunakan pada kegiatan FPD, serta karakteristik dari drone CH-4. Berbekal penjelasan dari beliau, bertambah dalam lah pemahaman saya terhadap operasi TNI AU dan hal-hal apa saja yang bisa dikembangkan pada narasi demo udara.
     
       Pada hari ini, bapak Panglima TNI langsung yang mengecek pelaksanaan gladi bersih. Dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan cukup baik, dibandingkan dengan gladi sebelumnya. Dengan memanfaatkan pengalaman pada gladi kotor sebelumnya, seluruh panitia bekerja keras untuk menampilkan yang terbaik di hadapan bapak Panglima TNI dan seluruh kepala staf angkatan yang hadir.
  
      Khusus dibagian narasi, kerjasama dapat berlangsung semakin baik dengan dibantu perwakilan perwira demo udara, sehingga update pergerakan pesawat dan TOT (Time Over Target) selalu tersaji. Dengan dibantu oleh senior narator sebagai pengatur waktu (time keeper), yang selalu memandu peralihan kegiatan dan khusus untuk saya, sangat terbantu dengan ditunjukan posisi pesawat yang sudah masuk ke wilayah padangan penonton.

        Bapak Panglima TNI terlihat cukup puas menyaksikan kegiatan gladi bersih, namun tetap ada beberapa saran dan masukan yaitu : khusus bagian narasi agar disampaikan juga alutsista-alutsista yang menjadi pengadaan pada Renstra ke dua, dan juga ditambahkan Quotes dari bapak Presiden Ir. Soekarno dan bapak Jokowi mengenai TNI. Untuk quote/kata-kata mutiara ini adalah ide saya pribadi pada narasi demo udara saya, dan nampaknya berhasil mencuri perhatian Panglima TNI. Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya.

      Seperti biasa, malam harinya kembali saya menyempurnakan isi dan komposisi narasi sesuai dengan koreksi latihan hari ini. Beristirahat yang cukup, persiapan untuk pelaksanaan esok hari.

Kondisi T-12


#       Kamis, 12 September 2019.

      Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Namun sangat disayangkan, ternyata bapak Presiden tidak dapat menyaksikan langsung Latgab TNI yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa, dikarenakan beliau menjadi Inspektur upacara pada upaca pemakaman Bapak B.J.Habibie di Taman Makam Pahlawan Kalibata-Jakarta. Dan posisi beliau digantikan oleh Menkopolhukam bapak Wiranto. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap menampikan yang terbaik di hadapan para tamu dan undangan, serta seluruh masyarakat Indonesia.
    
      Suara gemuruh pesawat yang melintas memenuhi gendang telinga kami, disusul dengan ledakan-ledakan target yang hancur oleh rudal maupun bomb. Bergantian mulai dari pesawat tempur, kendaraan lapis baja dan alteleri medan dari kejauhan membombardir sasaran lawan. Tidak lupa pasukan manuver bergerak cepat menyusuri bukit dan lembah diantara dentuman-dentuman ledakan. Suatu pemandangan yang hanya bisa ditemukan di Latgab TNI.

       Kegiatan Latgab TNI hari ke-4 berlangsung dengan khidmat. Satu-persatu kegiatan terlaksana dengan aman, tiap-tiap bagian melaksanakan tugas nya dengan baik. Khusus bagi narator, bisa saya simpulkan hari ini adalah penampilan terbaik bagi kami, setalah berlatih berhari-hari akhirnya curahan keringat kami pun terbayarkan. Sampai akhirnya sampailah dipenghujung acara dan selesai dengan aman. Nampak wajah puas terpancar dari para pimpinan yang menyaksikan acara tersebut. Hal ini membuat panitia pelaksana menjadi lega dan sumringah.

“Bagus sekali para perwira sekalian, bapak Panglima TNI puas dengan kinerja kita”. Kata penutup dari Dankodiklat TNI berhasil membayar semua kerja keras yang telah kami curahkan, semenjak awal sampai dengan hari ini.


#       Tahap Pengakhiran.

      Tanpa menunggu lama, setelah para pejabat meninggalkan lokasi kegiatan di T-12, kami pun bersiap-siap untuk kembali. Tidak lupa panita bagian bendahara, membagikan uang saku kepada seluruh narator (alhamdulillah buat ongkos pulang). Saya pun menumpang di mobil pribadi senior narator kembali menuju Yogyakarta. Kami menyupir bergantian agar tidak kelelahan dan mengantuk, melewati jalan tol trans Jawa yang fenomenal. Namun sebelumnya saya turun di Solo terlebih dahulu untuk mengambil mobil pribadi saya yang sebelumnya saya titipkan di Lanud Smo, saat berangkat TFG.

     Syukur alhamdulillah kegiatan dapat berjalan dengan lancar mulai dari awal sampai dengan akhir, walaupun tidak sedikit kendala yang saya hadapi, namun selalu saja ada jalan keluarnya. Dan akhirnya sampailah saya kembali di rumah tercinta di Flat Jupiter Blok E Komplek Lanud Adi dengan aman pada malam hari nya. Beristirahat kembali di rumah, bersiap-siap kembali ke aktfitas rutin saya saat itu, sebagai Instruktur Penerbang di Wing Pendidikan Terbang. Sekali lagi saya panjatkan puji syukur atas segala kemudahan yang telah diberikan oleh Allah Swt., dan semoga kisah ini dapat menginspirasi para pembaca sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar