Kapten Pnb Galung
Narator Demo Udara Latgab TNI 2019 |
KISAH INSPIRATIF NARATOR LATGAB TNI 2019
Prolog.
Perkenalkan,
saya bernama lengkap Dolly Johan Perkasa Hutagalung, namun biasa dipanggil
dengan Galung. Saya adalah seorang perwira penerbang berpangkat kapten yang aktif
berdinas di TNI AU. Dalam kisah inspiratif kali ini, saya berperan sebagai
narator demo udara pada Latgab TNI 2019 DARMA YUDHA. Sebelumnya, sedikit akan
saya jelaskan background saya sebagai narator sampai saat ini.
Pengalaman
pertama saya sebagai narator adalah pada saat berdinas di Skadron Udara 7 lanud
Suryadarma-Kalijati, saat itu sedang fase pembentukan tim dynamic helikopter
yang saat ini kita kenal dengan nama Dynamic Pegasus. Ada banyak even-even yang
saya ikuti, mulai dari yang berskala lokal sampai dengan nasional seperti pada
even Indodefend di Jakarta bersama Dynamic Pegasus.
Ketika
berdinas di Lanud Adisutjipto-Yogyakarta, saya juga aktif sebagai narator demo
udara pada saat kegiatan flypast pesawat di upacara Wingday sekolah penerbang, dan
sampai akhirnya kemampuan saya ini dilirik oleh Jupiter Aerobatic Team (JAT),
atau yang akrab dengan sebutan The Jupiters. Bersama The Jupiters, karir
narator saya melesat sampai dengan skala internasional dengan mengikuti even Langkawi
Airshow Malaysia 2019.
Disini
saya ingin memberi sedikit penekanan, bahwa bukan berarti saya hebat atau
berbakat sebagai narator demo udara atau aerobatic
team. Melainkan karena kerja keras, saran masukan dari para senior dan
latihan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai dengan saat ini lah yang
membentuk karakter narator saya.
Dalam
kisah inspiratif ini, saya mencoba mengangkat cerita perjuangan saya pribadi sebagai
seorang prajurit TNI matra udara yang mendapat tugas sebagai narator demo
udara, dalam mendukung suksesnya pelaksanaan Latihan Gabungan TNI 2019 di bumi
Baluran, Kabupaten Asembagus.
Terlihat
sepele mungkin, “kan hanya narator, tidak perlu dibesar-besarkan lah...!”,
namun ternyata bahkan KASAU (Kepala Staf Angkatan Udara) pun sampai ikut
memberikan perhatian khusus terhadap narasi yang saya buat. Ini lah bukti betapa
vital nya posisi seorang narator dalam Latgab TNI.
Dan memang
tidak sesimpel yang kita bayangkan, karena dalam perjalannya saya menempuh
banyak kendala, namun dengan kerja keras dan inovasi, serta kemudahan yang
diberikan oleh Allah swt., pada akhirnya saya mampu melaksanakan tugas tersebut
dengan baik. Mau tau kisahnya...? Inilah dia, SEPENGGAL KISAH DARI NARATOR
LATGAB TNI, semoga para pembaca berkenan.
The Story.
Sebagai
informasi kepada para pembaca, Latihan gabungan ini merupakan latihan puncak
dari TNI yang dilaksanakan 1 tahun sekali, oleh 3 matra : darat, laut dan
udara. Dimana sebelumnya, setiap matra telah melaksanakan latihan puncak matranya
masing-masing. Dan pada kesempatan kali ini, saya terlibat sebagai narator,
khusus nya narator demo udara atau pesawat terbang.
Sebelum
masuk ke kisah utama, sedikit saya ceritakan bagaimana bisa nama saya muncul
sebagai narator. Latgab TNI yang dilaksanakan selama 4 hari, dan sebagai puncak
latihannya adalah pada hari ke-4, dimana ada kemungkinan bapak Presiden RI akan
meninjau langsung ke daerah latihan. Oleh karena itu, dibuatlah suatu skenario latihan
yang bisa dinikmati oleh bapak Presiden, dengan konsep Fire Power Demo (FPD). Dimana akan ditampilkan alutsista TNI
seperti pesawat tempur, tank maupun alteleri untuk menghancurkan
sasaran-sasaran yang telah disiapkan.
Dan untuk
menyukseskan kegiatan FPD tersebut, salah satunya dibutuhkan seorang narator
profesional, dan bukan cabutan, yang berfungsi untuk menjelaskan atau
menceritakan selama proses latihan sedang berjalan kepada seluruh tamu dan
undangan. Sedangkan di TNI AU ini, hanya ada segelintir orang, khusus nya
perwira yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang narator, dan salah
satunya adalah narator dari The Jupiter atau Jupiter 7, yg saat itu dijabat
oleh saya, Kapten Pnb Hutagalung.
Dengan
berbekal Surat Perintah (SP) dari Mabes TNI dan diperkuat dengan SP dari
Pangkoopsau 2 selaku Pangkogasud (Panglima Komando Tugas Gabungan), maka berangkatlah
saya untuk memenuhi panggilan tugas tersebut. Dan pelibatan saya sudah
dimulai semenjak kegiatan Tactical Flor
Game (TFG) yang dilaksanakan di Sesko TNI-Bandung yang merupakan bagian
dari Gladi Posko Latgab TNI 2019.
Bagi yang
belum paham, gladi posko adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
operasi atau latihan di lokasi sebenarnya, atau biasa disebut dengan manuver
lapangan. Di gladi posko ini berisi kegiatan latihan administrasi dan
perencanaan operasi yang akan dilaksanakan oleh seluruh unsur yang terlibat.
Sedikit saya
kutip kesibukan saya sebelum Latgab TNI, agar para pembaca semakin memahami apa
yang saya rasakan. Betapa jiwa militansi saya sangat diuji, karena jadwal
kegiatan saya yang sangat padat. Dimulai dari latihan Paskibraka profinsi DIY
semenjak awal bulan Agustus s. .d. selesai 17-an. Dilanjutkan minggu depannya
dengan acara Jogya Air Show (JAS) 2019,
dan minggu depannnya ladi ada kegiatan Adisutjipto Urban Obstacle Run (AUOR) 2019. Sehari setelah acara AUOR, tepatnya
hari senin, mulailah rangkaian kegiatan saya dalam Latgab TNI.
Pusat Latihan Pertempuran Marinir |
# Senin, 2 September 2019.
Hampir 1
minggu sebelumnya, sudah turun Telegram (TR) dari Pangkoopsau2 selaku
Pangkogasud, agar saya dan Mayor Pnb Dika (seterusnya akan disebut sebagai
senior narator, beliau merupakan ex narator JAT seperti saya) untuk mengikuti
kegiatan TFG di Sesko TNI. Dikarenakan adanya perbedaan Kotama, antara Koopsau
2 dan Kodiklatau, menyebabkan keterlambatan administrasi. Kami berdinas di
Lanud Adisutjipto (Adi) yang berada di bawah Kodiklatau, masih belum menerima
TR dari Dankodiklat. Hal ini sempat menimbulkan keraguan bagi kami untuk
bersegera melaksanakan perintah tersebut, disamping padatnya kegiatan kami juga
di Lanud Adisutjipto. Namun setelah ada penjelasan bahwa, Pangkoopsau2 selaku
Pangkogasud dalam konteks latihan dapat menggerakan seluruh personel yg ada di
TNI AU, maka tanpa keraguan berangkatlah saya memenuhi panggilan tugas
tersebut.
“Ok Galung kamu silahkan berangkat, Komandan Wing sudah
memonitor kegiatan tersebut”. Perintah dari Komandan Skadik 104 kepada saya
melalui telpon. “Siap laksanakan komandan” dengan sigap saya menjawab.
Berdasarkan
info dari Komando Latihan (Kolat), bahwa ada pesawat Boeing 737 Skadron Udara 5
yang akan menuju Lanud Husein-Bandung, berangkat dari Lanud Adisoemarmo-Solo.
Pagi-pagi sekali saya berangkat sendiri dari rumah di Yogya dengan menggunakan
mobil pribadi, menuju Solo. Sesampainya di Solo, mobil saya titip di kantor
leting yg berdinas di Lanud Adisoemarmo (Smo), sedangkan saya berangkat ke Bandung
dengan menumpang pesawat Boeing. Sesampainya di Lanud Husein (Hsn), sudah ada
anggota dari Kolat yang menjemput untuk mengantarkan saya ke Sesko TNI. Namun sebelumnya,
saya sempat bertemu sesaat dengan keluarga yg juga ikut menunggu di Lanud
Husein.
Sampailah saya
di Sesko TNI pada siang hari, dan berencana langsung menghadap senior yang telah
menelpon saya mengenai kegiatan narator tersebut. Suasana gladi posko yang
sibuk, membuat saya agak canggung. Untuk mengatasi hal tersebut, saya langsung
menghubungi leting, Kapten Pnb Dedi Pratomo yg juga ikut terlibat kegiatan gladi
posko tersebut mulai dari awal.
saya bertanya kepada nya, “Mas bro, sudah dari kapan
disini?”. Dengan wajah lelah dia menjawab, “Aku yoo wes dari awal lah bro, lah
koe kok malah baru dateng?”. Saya pun menjelaskan bagaimana ceritanya sampai
bisa terlibat kegiatan ini.
Seketika
itu saya langsung melebur dengan dinamika kegiatan disana. Pada hari ini belum
ada kegiatan yang berarti pagi narator, jadi saya fokus mempersiapkan narasi
dengan berbekal bahan narasi saat Korbantem TNI dan Latgab TNI sebelumnya.
# Selasa, 3 September 2019.
Hari
ini dilaksanakan TFG gladi posko Latgab TNI, yang dipimpin langsung oleh
Pangkostrad selaku Pangkogab (Panglima Komando Gabungan) dan didampingi oleh
Dankodiklat TNI sekalu Dirlat (Direktur Latihan). TFG berlangsung dengan cukup
khitmat, dinamisator mengendalikan jalannya kegiatan sesuai dengan rundown dan setiap Kogas juga telah
mempersiapkan dengan baik.
Sampai
akhir dipenghujung TFG, Dirlat tiba-tiba menanyakan tentang kesiapan narator mendukung
kegiatan pada hari ke-4 atau pada saat FPD. Dengan penuh percaya diri saya
mengangkat tangan, “Narator siap komandan”. dan beliau lanjut bertanya, “dengan
siapa ini?”. Saya pun menjawab, “Mohon ijin Kapten Pnb Galung bapak”. Namun
ternyata yang dicari oleh beliau adalah koordinator naratornya, yaitu Kolonel Saiful
dari Angkatan Darat (AD).
Selesai
kegiatan TFG, saya diajak oleh Kolonel Saiful, berinisiatif menghadap Dirlat
untuk meminta arahan kegiatan narator, dan dari Wadirlat diperintahkan agar
kami mengikuti TFG lanjutan di Koarmada (Komando Armada) 2 - Surabaya pada
tanggal 6 September. Yang luar biasanya, dikarenakan Bapak Kolonel Saiful ada
kegiatan dan baru bisa merapat ke tempat latihan pada tanggal 10 September,
maka tanpa mengurangi rasa hormat, ditunjuklah saya sebagai perwakilan narator
ke Surabaya.
“Ok Galung, sampai berjumpa dua hari ke depan di
Surabaya”, kata Dirlat menutup pembicaraan. Tanpa bisa menolak, saya hanya
mampu berkata “Siap Marsekal”, sambil termenung memikirkan bagaimana cara saya
mencapai Surabaya.
Setelah berkoordinasi dengan Kolat (Koordinator Latihan), untuk perijinan dan teknis saya menuju Surabaya, akhirnya diputuskan besok saya berangkat ke dengan menumpang pesawat Boeing Skadron Udara 5 dari Lanud Husein menuju Lanud Iswahjudi dan Bandara Juanda-Surabaya.
Ruang kerja RSO, tepat dibawah panggung |
# Rabu, 4 September 2019.
Pagi hari
yaang cerah, berangkat saya bersama-sama dengan Kolat yang berasal dari Koopsau
2, dan akhirnya sampai di Surabaya di siang harinya. Dengan banyaknya personel
yang ikut di pesawat Boeing tersebut, sampai akhirnya hampir seluruh penumpang
duduk lesehan di lantai pesawat, dari yang berpangkat Kolonel sampai dengan
Prajurit. Kami sempat singgah di lanud Iswahjudi (Iwj)-Madiun untuk menurunkan
personel yang bertugas disana, dan melanjutkan penerbangan ke Surabaya.
Sesampainya
di Lanudal Juanda-Surabaya, saya sempat bingung mengenai akomodasi saya selama
di Surabaya, namun setelah berkoordinasi dengan senior, maka saya disediakan
kamar di mes Pringgodani Lanud Mulyono (Mul). Namun sayang nya akomodasi
tersebut hanya sebatas mes tempat menginap saja tanpa dilengkapi dengan
fasilitas makan. Mau tidak mau saya bermanuver sendiri untuk memenuhi kebutuhan
primer tersebut.
Permasalahan
selanjutnya adalah akomodasi kendaraan menuju tempat TFG ke Koarmada 2. Namun
saya tidak kehabisan akal, dengan berinisiatif meminjam motor anggotanya junior
yang berdinas di Lanud Mulyono.
“Adek asuh bagaimana kabarnya?, abang boleh minjam motor
mu kah, untuk pergerakan ke Koarmada 2 besok?”, basa-basi sebelum ketujuan
inti. “Siap, nanti saya cari pinjaman ke anggota saya bang”, jawab nya.
“Waduh..., jadi merepotkan neh de”, jawab saya lirih. “Tidak apa-apa bang,
berkenan nanti kami antar ke mes abang”.
Satu
permasalahan terpecahkan, tinggal memikirkan langkah selanjutnya. Pada malam
hari nya saya menghabiskan waktu untuk menyempurnakan narasi untuk kegiatan TFG
besok.
Bersama senior narator |
Pukul 8
pagi saya berbegas berangkat ke Koarmada 2 dengan menggunakan motor pinjaman. Thanks to Google Map, sehingga tidak
sulit menemukan arah dari mes ke Koarmada 2. Setelah kurang lebih 1 jam
perjalanan, maka sampailah saya dengan selamat. Saya langsung lapor datang ke
senior yang sudah berada di lokasi lebih dulu, dan ternyata TFG-nya akan
dilaksanakan siang hari. Alhamdulillah yang terpenting saya tidak terlambat
datang.
“Ijin
bang, saya cari sarapan dulu, sambil menunggu mulai nya TFG”, pinta saya ke
senior yang ada disana. “Loh kmu belom makan toh, hmm.... ngomong-ngomong kamu
sudah dapat dana taktis dari kolat belum?’, tanya nya sambil mengernyitkan
dahi, seperti baru teringat akan sesuatu. “Sana langsung menghadap ke adek mu
dibagian Makolat” (Markas Komando Latihan).
Gayung pun
bersambut, saya pun langsung menghubunig junior yang bertugas sebagai makolat
untuk meminta dana taktis Latgab TNI sampai dengan selesai, terutama apabila saya
terpisah dari pasukan utama. Dengan logistik yang kembali terisi, moril
prajurit pun menjadi tinggi kembali. Memang betul kata pepatah, “Logistik tidak
memenangkan pertempuran, tapi tidak ada kemenangan tanpa logistik yang baik”.
TFG
dimulai setelah selesai makan siang, dihadiri oleh cukup banyak pejabat TNI dan
personel lainnya, dengan dipimpin oleh Pangkostrad selaku Pangkogab, layaknya
saat TFG di Sesko TNI. Kegitan TFG tersebut berjalan dengan cukup khitmat,
namun sayang nya ada satu unsur yang belum bisa hadir mulai dari TFG pertama di
Sesko TNI yaitu unsur Heli AD. Dan lagi-lagi Dirlat mengecek kehadiran saya di
TFG tersebut.
Selesai
kegiatan TFG, saya berinisiatif untuk menumpang leting Paskhas yang berdinas di
Denmatra Lanud Abdulrachmansaleh (Abd), kebetulan dia membawa truck dari kantor
nya dan akan kembali ke Lanud Abdulrachmansaleh-Malang. Saya memutuskan untuk menunggu
di Malang dari pada di Surabaya, sebelum bergerak ke Asembagus pada tanggal 9
September, dikarenakan saya belum pernah kesana dan tidak tahu dimana lokasi
latihannya, jadi menumpang adalah cara yang paling tepat menurut saya saat itu.
Dan Kebetulan juga di Lanud Abdulrachmansaleh juga ada crew Standby SAR Colibri, jadi bisa sedikit
merepotkan adik2. Sampailah di mes Colibri pada malam harinya.
Kalo boleh
jujur, banyak sekali kebetulan dalam kisah saya ini dan saya anggap itu suatu
kemudahan dari Allah Swt.
RSO Mission Comander |
# Jumat, 6 September 2019.
Pada hari
ini, saya menghabiskan waktu dengan beristirahat dan kembali menyempurnakan
narasi. Khusus untuk narasi, masih ada 2 alternatif pelaksanaan dengan
perbedaan durasi, yaitu ; selama 53 menit atau 34 menit, keduanya tergantung
pada alokasi waktu yang dimiliki oleh bapak Presiden. Disamping itu, saya
sedikit bernostalgia dengan berkeliling kota Malang dimana saya pernah juga melaksanakan
tugas Standby SAR di Lanud Abddulrachmansaleh,
selama masih bertugas di skadron operasional.
Sore hari
nya, saya mendapat info rencana penerbangan dalam rangka persiapan Latgab TNI
dan ternyata hari Sabtu ada pesawat Herkules dari Lanud Abddulrachmansaleh ke
Lanud Husein, dan hari minggunya dari Lanud Husein ke bandara
Belimbingsari-Banyuwangi.
Secercah senyum menyimpul dibibir saya, “Waah.., pas
banget pesawatnya menginap di Bandung semalam”, dalam hati saya berguman. Maka saya putuskan
untuk pulang terlebih dahulu ke Bandung menjumpai anak dan istri tercinta
sebelum berangkat kembali ke medan operasi.
# Sabtu, 7 September 2019.
Tanpa
mensia-siakan kesempatan yang ada, saya pun menumpang pesawat Herkules kembali
ke Bandung. Dengan rute semula yang cukup panjang, yaitu : Abd-Hlm-Mul-Bwi-Hsn,
maka perkiraan saya akan sampai di Lanud Husein pada sore hari. Namun memang
rezky nya narator sholeh, sesampainya di Lanud Halim (Hlm), ada perubahan rute menjadi
langsung ke Lanud Husein. Jadi sampailah saya di Bandung pada siang hari, dan
keluarga pun sudah menunggu di Dinas Angkutan Angkatan Udara (DAAU) Lanud Husein.
Saya pun melanjutkan perjalanan ke rumah mertua untuk beristirahat sejenak
melepas penat yang menyelimuti semenjak dimulainya kegiatan ini.
# Minggu, 8 September 2019.
Manusia
punya rencana, Tuhan punya kehendak. Kira-kira itulah yang terjadi pada hari
Minggu. Pada pagi hari yang cerah, saya siap untuk melanjutkan perjalanan ke
bandara Blimbingsari-Banyuwangi dari Lanud Husein, namun apadaya pesawat
Herkules yang mau saya tumpangi mengalami kerusakan dan posisi masih tertahan di
Lanud Halim. Sampai dengan siang hari masih belum ada tanda-tanda perbaikan,
maka saya pun menggunakan rencana cadangan, yaitu menumpang pesawat Herkules yang
lainnya dengan tujuan langsung ke Lanud Abdulrachmansaleh. Saya pun berfikir
keras, memutar otak mencari alternatif kendaraan dari Malang menuju Asembagus,
setelah bertanya kepada leting, ternyata ada travel yang bisa mengantar kesana
dengan biaya Rp. 150.000,- berangkat pukul 7 malam dari kota Malang. Tanpa
menunggu lama, langsung saja sy booking
untuk mengamankan rencana perjalan saya.
Sesampainya
di Lanud Abdulrachmansaleh, saya beristirahat sejenak di mesjid Skadon Udara 32
sambil menunggu jemputan dari crew Colibri. Tidak sengaja saya mendengar
percakapan dari seorang Pamen dan staf
nya yang berdinas di Makoor Paskhas Sulaiman, ternyata mereka mengalami nasib
yang sama dengan saya, dan berencana merapat ke Blimbingsari dengan menumpang
truk Paskhas Denhanud (Detasemen Pertahanan Udara) yang akan menggeser pasukannya
malam ini. Mendengar hal tersebut, saya pun meminta ijin kepada beliau agar saya
bisa ikut menumpang di truk tersebut. Setelah medapat lampu hijau, saya pun
langsung menghubungi junior yang berdinas di Denhanud mengenai niatan saya
menumpang truk nya. Dan gayungpun bersambut kembali, satu kursi kosong telah
disiapkan untuk saya menumpang. Booking
an di travel saya cancle dan sambil
menunggu waktu malam, saya pun menumpang di rumah leting.
Selesai
shalat Isaya, saya diantar leting mencari makan nasi goreng di dekat kantor
Denhanud, agar setelahnya bisa langsung bergabung dengan rombongan. Apel pergeseran
pasukan selesai, maka berangkatlah kami dengan total 3 truk konvoi menuju
daerah latihan.
Truk
berjalan dengan cukup kencang, saya duduk di truk yg paling depan, yang
memiliki tugas untuk membuka jalan bagi ke dua truk lainnya. Tidak jarang truk
yg saya tumpangi membunyikan klakson dan menyalakan lampu jauh guna mengamankan
jalan yang ada didepannya.
Walau
kondisi duduk di truk tidak dapat dikatakan nyaman, toh saya tetap tertidur
pulas juga. Sesekali saya menyalakan aplikasi google map untuk mencari tahu seberapa jauh jarak saya terhadap save house yang telah disiapkan kolat
untuk para pendukung latihan, dan terakhir saya melihat masih 1:30 jam lagi
menuju lokasi.
“Waah, masih lumayan lama neh”, guman saya dalam hati.
“Lumayan lah bisa tidur sebentar”.
Permasalahan
pun kembali datang, dikarenakan saya melakukan dua kesalahan besar, yang
disebabkan oleh kelengahan saya sebagai seorang manusia biasa :
Pertama, saya
tidak mengkomfirmasi tujuan akhir dari rombongan. Dengan polosnya saya berpikir
seluruh rombongan menuju ke Asembagus-Situbondo, ternyata truk yang saya
tumpangi lansung menuju ke Blimbingsari-Banyuwangi, dimana ke dua lokasi
tersebut berbeda kabupaten.
Yang ke dua, saya lupa titip pesan ke driver truk yang saya
tumpangi, bahwa tujuan saya di Baluran-Asembagus. Walhasil, akibat kekhilafan
tersebut, saat saya tertidur dan bablas tidak sampai target tujuan. Begitu
terbangun, saya membuka aplikasi dan melihat waktu tempuh yang seharus nya
berkurang, malah bertambah menjadi 1:45 jam, di detik itulah saya mulai curiga,
“Jangan-jangan saya salah tujuan.” Namun apadaya, rasa lelah dan kantuk mengalahkan
kewaspadaan saya.
Dari panggung melihat ke bawah |
# Senin, 9 September 2019.
Hari
ini merupakan hari pertama manuver lapangan (manlap) Latgab TNI, yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana latihan. Saat saya membuka mata, terasa
pegal-pegal di leher akibat tidur di dalam truk. Tidak terasa waktu menunjukan
pukul 4 dini hari, menjelang Subuh. Maka bergegas saya bangkit dan mencari
mesjid terdekat untuk buang hajat dan dilanjutkan shalat Subuh berjamaah. Sadar
karena saya bablas dari tujuan, saya pun mencoba mencari alternatif kendaraan
untuk kembali ke Asembagus. Syukur alhamdulillah di posko Paskhasau (Pasukan
Khas AU) Blimbingsari ada senior yang standby juga, sehingga saya bisa
menumpang istirahat sejenak, mandi dan makan, sambil mencari solusi dari
kendala yang saya hadapi.
Dengan tergesa-gesa saya berkata, “Mohon ijin bang, saya
terkena musibah”. “Kenapa le?” tanya nya, “Sek toh.., makan dulu biar tidak
masuk angin”. Saya pun mencoba menjelaskan dan mencari solusi, barang kali ada
kendaraan yang bisa saya gunakan.
Pagi
hari yang menegangkan, bagaimana tidak, sudah salah tujuan, saya telah ditunggu
pula untuk melaksanakan gladi narator. Tidak lama Wadirlat yang berpangkat
bintang satu menghubungi saya dan menanyakan posisi, serta menyampaikan bahwa
akan dilaksanakan latihan pada pukul 7 pagi di T-12 (podium tempat melihat
penembakan).
“Mohon ijin menyampaikan Marsekal, saya mengalami sedikit
kendala di perjalanan, namun akan segera saya atasi”. Saya pun mencoba
menjelasakan keadaannya melalui telpon, dan syukurnya beliau dapat memahami,
namun tetap memerintahkan saya secepatnya merapat ke T-12.
Kembali
saya memutar otak, mencari solusi agar saya dapat segera kembali ke Asembagus.
Allah Swt. memang selalu bersama hambanya yang sabar. Saya melaporkan kondisi
saya ke senior narator yang malam itu baru bergerak dari Yogya menuju Asembagus
menggunakan mobil pribadi, dan beliau baru juga tiba di pinggiran kecamatan
Karangtekok.
“Yowes Lung, kamu tunggu disana saja, biar abang yang
merapat ke tempat mu, sekalian jalan-jalan”, dengan bijak senior narator
mencoba menenangkan. “Toh aku juga bingung kalo ke T-12 gak ada kamu, bahan
narasinya kan ada di kamu semua”. Dengan
kuasa Allah, hati beliau menjadi iba dan digerakan untuk menjemput saya ke
Blimbingsari, kemudian kembali lagi ke Asembagus.
Kurang
lebih pukul 10 pagi beliau sampai di posko, setelah beristirahat sejenak kami
pun melanjutkan perjalanan kembali ke Asembagus. Dengan sigap saya inisiatif
mengendarai mobil tersebut, dan senior narator pun beristirahat di kursi
sebelah. Nampak kelelahan di wajahnya setelah nyetir mobil semalam suntuk.
Sekali lagi, alhamdulillah ada tumpangan menuju tempat latihan. Sekali lagi, google map memandu kami sampai ke
tujuan, awal agak nyasar sedikit sesaat sebelum sampai save house.
Sesampainya
di save house Baluran-Asembagus, kami
langsung melebur dengan suasana yang ada. Save
house ini terletak tidak jauh dari tempat latihan dan merupakan rumah warga
yang disewa oleh Kolat selama latihan berlangsung. Beberapa prajurit dari kolat
sudah menempati rumah tersebut dari seminggu lalu. Bila saya perhatikan, lebih
dari 20 orang bercampur perwira dan anggota tinggal di save haouse.
Tempat
nya cukup layak, namun jumlah kamar mandinya yang terbatas, sehingga tidak
jarang saya berimprovisasi mandi ke mesjid terdekat sembari melaksanakan sholat
Subuh. Bagi senior narator yang berpangkat Mayor sudah disediakan satu buah
kamar, sedangkan saya harus berbagi lahan dengan prajurit lainnya yang sudah
duluan tidur di ruang tamu, alhamdulillah masih ada alas kasur dan karpet.
Setelah
siap, saya pun langsung menghadap ke Wadirlat, yang saat itu berada di posko
utama yang terletak di Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) Marinir, bukit
Baluran. Lokasinya cukup dekat dengan save
house. Arahan dari pimpinan untuk melaksanakan latihan di T-12 siang ini.
Setelah makan siang, bergegaslah saya menuju ke T-12, dan melaksanakan latihan
seorang diri, disaksikan langsung oleh Dankodiklat TNI. Pada saat itu, Narator
dari matra yang lain belum ada satupun yang merapat atau bahkan belum ada
penunjukan, maka hal tersebut segera ditindak lanjut oleh komando atas. Gladi
narator hari pertama berjalan dengan cukup lancar, dan di handle oleh saya seorang diri.
“Bagaimana bapak, apakah ada koreksi untuk narator
kita?”, tanya Wadirlat kepada
Dankodiklat TNI. Sambil memegang dagunya yang lebar, beliau pun tersenyum,
“Sudah cukup bagus, dari saya no remark”.
Saya pun menghela napas panjang dengan rasa lega di hati.
# Selasa, 10 September 2019.
Hari ke
dua Latgab TNI dan merupakan gladi kotor untuk kegiatan FPD. Dan hari ini narator
matra lainpun sudah ikut latihan, dipimpin oleh koordinator narator Kolonel AD,
dan juga bererta yang lainnya : 1 orang Mayor Marinir, 2 orang Letda Armed dan
1 orang Mayor Arhanud. Di pagi harinya dilaksanakan latihan kering sebanyak 3
kali, sebelum nanti siang melaksanakan gladi yang telah disertai dengan manuver
lapangan (pergerakan pesawat, tank, alteleri medan dan pasukan darat).
Pelaksanaan
gladi kotor banyak mengalami dinamika, dimulai dari penempatan TOT yang tidak
pas dari flight helikopter AD, bentuk formasi yang belum afirm, dan khusus untuk saya sendiri yang belum pernah melihat
pesawat tempur menembak secara live,
sehingga judgement membaca narasi nya
banyak yang miss. Lebih dari itu, bapak
Kasau meminta rekaman dari pelaksanaan Narator hari ini. Dan hasilnya, cukup banyak
koreksian dari para senior sampai dengan pimpinan tertinggi TNI AU, terutama
narasi mengenai pesawat tanpa awak bersenjata CH-4 yang merupakan alusista
terbaru TNI AU. Tersirat pesan, bahwa TNI AU ingin menampilkan peforma terbaik
dari alutsista terbaru nya ini dihadapan bapak Presiden.
Pasca gladi, kami pun dikumpulkan oleh Wadirlat, “Hasil
latihan hari ini sudah jauh lebih baik dari kemarin”. Nampak senyum puas
diwajahnya. “Narator demo udara, Kapten Galung”, tiba-tiba nama saya dipanggil.
Spontan saya menjawab “Siap Marsekal”. Beliau melanjutkan pembicaraan, “Ada
beberapa koreksi dari bapak Kasau, setalah mendengar rekaman narasi mu hari
ini, tolong segera diperbaiki”.
Malam hari
nya, saya sibuk mengoreksi narasi sesuai arahan dari bapak Kasau dan juga
senior lainnya sampai dengan larut malam. Patut para pembaca ketahui, perubahan isi narasi ini
dapat terjadi setiap hari, terutama pasca latihan/gladi biasa nya baru ketahuan
kendala, ketidak cocokan pemilihan kata-kata, maupun ide-ide segar yang dapat
memperkaya isi narasi. Untuk lebih jelasnya, bagaimana dinamika yang dialami
seorang narator, silahkan para pembaca bisa membaca blog saya (galungs8007.blogspot.com)
mengenai ; “How to become profesional
narator” sesi 1 dan 2.
Flight tempur brieifng persiapan penembakan
# Rabu, 11 September 2019.
Hari
ke tiga Latgab TNI dan merupakan gladi bersih untuk FPD. Sesampainya di T-12,
saya telah ditunggu oleh bapak Pangkoosau 2. Beliau menjelaskan khusus untuk
saya bagaimana teknis pesawat tempur saat menembak atau mengebom, pengetahuan-pengetahuan
mengenai jenis-jenis rudal dan bom yang digunakan pada kegiatan FPD, serta
karakteristik dari drone CH-4. Berbekal penjelasan dari beliau, bertambah dalam
lah pemahaman saya terhadap operasi TNI AU dan hal-hal apa saja yang bisa dikembangkan
pada narasi demo udara.
Pada hari
ini, bapak Panglima TNI langsung yang mengecek pelaksanaan gladi bersih. Dan pelaksanaannya
dapat berjalan dengan cukup baik, dibandingkan dengan gladi sebelumnya. Dengan
memanfaatkan pengalaman pada gladi kotor sebelumnya, seluruh panitia bekerja
keras untuk menampilkan yang terbaik di hadapan bapak Panglima TNI dan seluruh
kepala staf angkatan yang hadir.
Khusus
dibagian narasi, kerjasama dapat berlangsung semakin baik dengan dibantu
perwakilan perwira demo udara, sehingga update pergerakan pesawat dan TOT (Time
Over Target) selalu tersaji. Dengan dibantu oleh senior narator sebagai
pengatur waktu (time keeper), yang
selalu memandu peralihan kegiatan dan khusus untuk saya, sangat terbantu dengan
ditunjukan posisi pesawat yang sudah masuk ke wilayah padangan penonton.
Bapak Panglima
TNI terlihat cukup puas menyaksikan kegiatan gladi bersih, namun tetap ada
beberapa saran dan masukan yaitu : khusus bagian narasi agar disampaikan juga
alutsista-alutsista yang menjadi pengadaan pada Renstra ke dua, dan juga
ditambahkan Quotes dari bapak Presiden Ir. Soekarno dan bapak Jokowi mengenai
TNI. Untuk quote/kata-kata mutiara ini adalah ide saya pribadi pada narasi demo
udara saya, dan nampaknya berhasil mencuri perhatian Panglima TNI. Suatu
kebanggaan tersendiri bagi saya.
Seperti
biasa, malam harinya kembali saya menyempurnakan isi dan komposisi narasi
sesuai dengan koreksi latihan hari ini. Beristirahat yang cukup, persiapan
untuk pelaksanaan esok hari.
Kondisi T-12
# Kamis, 12 September 2019.
Akhirnya,
hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Namun sangat disayangkan, ternyata bapak
Presiden tidak dapat menyaksikan langsung Latgab TNI yang sudah dipersiapkan
sedemikian rupa, dikarenakan beliau menjadi Inspektur upacara pada upaca
pemakaman Bapak B.J.Habibie di Taman Makam Pahlawan Kalibata-Jakarta. Dan posisi
beliau digantikan oleh Menkopolhukam bapak Wiranto. Namun hal tersebut tidak
menyurutkan semangat kami untuk tetap menampikan yang terbaik di hadapan para
tamu dan undangan, serta seluruh masyarakat Indonesia.
Suara
gemuruh pesawat yang melintas memenuhi gendang telinga kami, disusul dengan
ledakan-ledakan target yang hancur oleh rudal maupun bomb. Bergantian mulai
dari pesawat tempur, kendaraan lapis baja dan alteleri medan dari kejauhan
membombardir sasaran lawan. Tidak lupa pasukan manuver bergerak cepat menyusuri
bukit dan lembah diantara dentuman-dentuman ledakan. Suatu pemandangan yang
hanya bisa ditemukan di Latgab TNI.
Kegiatan
Latgab TNI hari ke-4 berlangsung dengan khidmat. Satu-persatu kegiatan
terlaksana dengan aman, tiap-tiap bagian melaksanakan tugas nya dengan baik. Khusus
bagi narator, bisa saya simpulkan hari ini adalah penampilan terbaik bagi kami,
setalah berlatih berhari-hari akhirnya curahan keringat kami pun terbayarkan.
Sampai akhirnya sampailah dipenghujung acara dan selesai dengan aman. Nampak
wajah puas terpancar dari para pimpinan yang menyaksikan acara tersebut. Hal
ini membuat panitia pelaksana menjadi lega dan sumringah.
“Bagus sekali para perwira sekalian, bapak Panglima TNI
puas dengan kinerja kita”. Kata penutup dari Dankodiklat TNI berhasil membayar
semua kerja keras yang telah kami curahkan, semenjak awal sampai dengan hari
ini.
# Tahap Pengakhiran.
Tanpa
menunggu lama, setelah para pejabat meninggalkan lokasi kegiatan di T-12, kami
pun bersiap-siap untuk kembali. Tidak lupa panita bagian bendahara, membagikan uang
saku kepada seluruh narator (alhamdulillah buat ongkos pulang). Saya pun
menumpang di mobil pribadi senior narator kembali menuju Yogyakarta. Kami
menyupir bergantian agar tidak kelelahan dan mengantuk, melewati jalan tol
trans Jawa yang fenomenal. Namun sebelumnya saya turun di Solo terlebih dahulu
untuk mengambil mobil pribadi saya yang sebelumnya saya titipkan di Lanud Smo,
saat berangkat TFG.
Syukur
alhamdulillah kegiatan dapat berjalan dengan lancar mulai dari awal sampai
dengan akhir, walaupun tidak sedikit kendala yang saya hadapi, namun selalu
saja ada jalan keluarnya. Dan akhirnya sampailah saya kembali di rumah tercinta
di Flat Jupiter Blok E Komplek Lanud Adi dengan aman pada malam hari nya.
Beristirahat kembali di rumah, bersiap-siap kembali ke aktfitas rutin saya saat
itu, sebagai Instruktur Penerbang di Wing Pendidikan Terbang. Sekali lagi saya
panjatkan puji syukur atas segala kemudahan yang telah diberikan oleh Allah
Swt., dan semoga kisah ini dapat menginspirasi para pembaca sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar